Tahap Persiapan Penelitian Tahap Pelaksanaan Penelitian Hasil Uji Hipotesa Penelitian a. Hasil Uji Hipotesa Mayor

Tabel 7. Distribusi Skala Perceived behavioral control Setelah Uji Coba Aspek Favorable Unfavorable Total Bobot Control Beliefs, Perceived Power Control 14, 18, 20 19 4 100

4. Hasil Uji Coba Skala Intensi

Aitem yang diujicobakan dalam skala intensi ini sebanyak4 aitem, dimana semua aitem valid dan tidak ada yang gugur, sehingga peneliti akan menggunakan semua aitem dalam penelitian. Hasil uji coba terhadap skala intensi ini menunjukkan koefisien α = 0.810 dengan r xy aitem yang bergerak dari 0.513 sampai dengan 0.734 yang memiliki daya diskriminasi aitem yang tinggi r xy ≥ 0.30. G. Prosedur Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat beberapa tahap yang perlu diperhatikan, yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan penelitian, serta tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan penelitian yang terdiri dari langkah-langkah berikut: Universitas Sumatera Utara a. Pertama kali peneliti akan membuat alat ukur. Penelitian ini menggunakan empat skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Sebelum membuat skala, peneliti melakukan elisitasi untuk mendapatkan belief yang menjadi dasar dalam penyusunan skala. Adapun belief-belief tersebut meliputi behavioral belief, normative belief, dan control belief. Skala terdiri dari 24 aitem yang terdiri dari 8 aitem untuk skala sikap, 5 aitem untuk skala norma subjektif, 7 aitem untuk skala perceived behavioral control, dan 4 aitem untuk skala intensi. b. Setelah skala disusun, maka aitem-aitem tersebut akan ditelaah dengan analisis rasional dari professional judgement. c. Setelah diuji validitasnya skala tersebut akan diuji coba kepada mahasiswa fakultas psikologi yang ada di kota Medan yang memenuhi kriteria sampel. d. Setelah melakukan try out peneliti akan melakukan uji coba alat ukur dengan menguji validitas, daya beda aitem, dan reliabilitas semua skala. Aitem-aitem yang lolos hasil uji coba alat ukurlah yang akan dimasukkan ke dalam skala.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah diujicobakan, selanjutnya peneliti akan menyebarkan skala pada sampel penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor nilai pada masing-masing subjek, maka untuk pengolahan data selanjutnya diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS for windows 20.0 version.

H. Metode Pengolahan Data

Metode analisa data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan metode Multiple Regression regresi berganda. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan program Statistical Package for Social Science SPSS versi 20.00. Uji asumsi yang dilakukan sebelum melakukan analisa data adalah : 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data Santoso Ashari, 2005. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini dengan melihat pola penyebaran data pada grafik Normal P- Plot of Regression Standardized Residual. Data dikatakan terdistribusi normal jika titik-titik pada grafik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal tersebut Singgih, 2002. 2. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel linear atau tidak. Asumsi ini menyatakan bahwa hubungan antara Universitas Sumatera Utara variabel sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan variabel intensi yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus. Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan melalui Test for Linearity pada program SPSS version 16.0 for Windows dengan melihat nilai p, dimana jika p ≤ 0.05 artinya terdapat hubungan linear antara variabel bebas dan variabel tergantung. Sebaliknya jika p 0.05 artinya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung tidak linear Hadi, 2000. 3. Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen Ghozali, 2005. Menurut Gujarati 2003, multikolinearitas adalah terjadinya hubungan linear antara variabel bebas dalam metode regresi linear berganda. Hubungan linear antara variabel bebas dapat terjadi dalam bentuk hubungan linear yang sempurna perfect dan hubungan linear yang kurang sempurna imperfect. Untuk mengetahui adanya multikorelasi dalam model regresi linear berganda, dapat digunakan nilai variance inflation factor VIF dan tolerance TOL dengan ketentuan jika nilai VIF 10, maka terjadi multikorelasi dalam model regresi. Namun, jika nilai TOL = 1, maka tidak terjadi multikorelasi dalam model regresi. 4. Autokorelasi Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara satu variabel error dengan variabel error yang lain. Autokorelasi seringkali terjadi pada data Universitas Sumatera Utara time series dan dapat juga terjadi pada data cross section Widarjono, 2007. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan antara gangguan atau distribusi yang masuk dalam regresi Gonick Smith, 2002. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linear berganda, dapat digunakan metode Durbin-Watson DW dengan melihat koefisien korelasi test. Tingkat Autokorelasi Durbin-Watson Durbin Watson Kesimpulan Kurang dari 1,10 Ada autokorelasi 1,10 – 1,54 1,55 – 2,46 Tidak ada kesimpulan Tidak ada autokorelasi 2,47 – 2,90 Tidak ada kesimpulan Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi 5. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah variansi dari error model regresi tidak konstan atau variansi antar error yang satu dengan error yang lain berbeda Widarjono, 2007. Menurut Ghozali 2005, tujuan heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan grafik Scatterplot antara standardized residual SRESID terhadap standardized predicted value ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang Universitas Sumatera Utara telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di standarisasi. Adapun dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas adalah Singgih, 2010 : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar ke atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi di Kota Medan berjumlah 126 orang. Subjek yang berasal dari Universitas Sumatera Utara sebanyak 56 orang, Universitas Prima Indonesia sebanyak 40 orang, Universitas Medan Area sebanyak 16 orang, dan yang berasal dari Universitas HKBP Nommensen sebanyak 14 orang. Sebagian besar partisipan merupakan mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011.

B. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisa data menggunakan regresi linear berganda peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan melihat pola penyebaran data pada grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual. Pola penyebaran data dapat dilihat padda gambar 1 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Hasil Uji Normalitas Dari gambar 1 terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data yang ada telah terdistribusi secara normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berkorelasi secara linear dengan variabel intensi. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yanglinear jika p ≤ 0.05 untuk linearity dan jika p 0.05 untuk deviation for linearity. Tabel 8. Hasil Uji Linearitas Sikap Signifikansi Intensisikap 0,000 Deviation from Linearity 0,717 Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Hasil Uji Linearitas Norma Subjektif Signifikansi Intensinorma 0,000 Deviation from Linearity 0,790 Tabel 10. Hasil Uji Linearitas Perceived Behavioral Control Signifikansi IntensiPBC 0,000 Deviation from Linearity 0,465 Berdasarkan Tabel di atas diperoleh bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control memiliki nilai linearitas p=0.000. Kemudian, nilai deviation for linearity pada sikap p=0.717, norma subjektif p=0.790, dan perceived behavior control p=0.465. Hasil ini menunjukkan nilai p0.000 0.05 untuk linearity dan p0.717, 0.790, 0.465 0.05 untuk deviation for linearity, artinya terdapat hubungan yang linear antara sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control terhadap intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antar variabel independen pada model regresi. Multikolinieritasdapat diuji dengan melihat nilai tolerence dan nilai VIF Varience Inflation Factor. Universitas Sumatera Utara Multikolinearitas terjadi jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF 10, dan multikolinearitas tidak terjadi jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF 10. Hasil uji multikoliearitas dapat dilihat pada Tabel 11 berikut: Tabel 11. Hasil Uji Multikolinieritas Aspek Tolerance VIF Sikap 0,659 1,517 Norma 0,723 1,383 PBC 0,705 1,418 Dari tabel hasil uji multikolinieritas diatas dapat dilihat nilai tolerance dan VIF dari variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control menunjukkan nilai tolerence 0.1 dan VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan asumsi autokorelasi. Pengujian yang digunakan adalah Uji Durbin-Watson Uji DW, dimana jika nilai DW 1,10 sampai 2,90 menunjukkan tidak terjadinya autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini: Tabel 12. Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 2,158 Universitas Sumatera Utara Dari hasil uji autokorelasi dapat dilihat nilai DW sebesar 2.158. Angka tersebut berada di antara 1,10 sampai 2,90 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi

e. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Field, 2009. Penelitian ini menggunakan uji heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SPRED. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari Gambar 2. Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Universitas Sumatera Utara Berdasarkan grafik scatterplots di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disumpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini

2. Hasil Uji Hipotesa Penelitian a. Hasil Uji Hipotesa Mayor

Setelah dilakukan uji asumsi, maka data dianalisa untuk menguji hipotesa mayor penelitian. Adapun hipotesa mayor dalam penelitian ini adalah: “sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersama-sama berhubungan dengan intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU.”. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesa utama dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode regresi linear berganda metode enter. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 13 berikut: Tabel 13. Hasil Uji Hipotesa Mayor Mode l Koefisie n Korelasi Koefisien Determina si Signifikan si 1 0,749 0,550 0,000 Berdasarkan tabel 13, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi r antara sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control dengan intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU adalah sebesar 0,749 Universitas Sumatera Utara dengan p 0,000. Kriteria penerimaan Ha adalah jika p α0.05. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai p0.000, karena p0.000 α0.05 maka Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control secara bersama-sama berhubungan dengan intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU. Hubungan antara sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control dengan intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU ini cukup kuat dan sangat signifikan. Dari tabel 13 dapat dilihat juga bahwa hasil koefisien determinasi Adjusted R Square sebesar 0.550. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control mempengaruhi intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU sebesar 55, sedangkan sisanya sebesar 45 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Selanjutnya, Tabel 14 menunjukkan kelayakan model regresi untuk digunakan dalam memprediksi tingkat intensi. Tabel 14. Hasil Analisis Varians Model F Signifikansi 1 51,896 0,000 Hasil analisa data pada Tabel 14 menunjukkan nilai F sebesar 51.896 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Dengan tingkat kepercayaan 95 p 0.05, maka model regresi yang diperoleh dapat dipakai untuk Universitas Sumatera Utara memprediksi intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU p 0.05. Selain itu, hasil analisa data casewise diagnostic Tabel pada lampiran menunjukkan hasil prediksi dari persamaan regresi, dimana semakin kecil angka standard residual dan residual maka model regresi semakin baik untuk digunakan dalam memprediksi. Residual adalah selisih antara intensi dari hasil yang diperoleh dengan intensi yang diprediksikan, sehingga semakin kecil nilai residual maka semakin baik model regresi untuk digunakan. Hasil residual dalam casewise diagnostic penelitian ini memiliki nilai minus, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi cocok digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya, pada Tabel 15 didapatkan persamaan regresi pada data penelitian ini. Tabel 15. Koefisien Model Koefisien Signifikansi Konstanta -0,453 0,661 Sikap 0,393 0,000 Norma Subjektif 0,235 0,003 PBC 0,279 0,001 Persamaan garis regresi pada penelitian ini adalah Y`= β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 . Intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU Universitas Sumatera Utara dilambangkan dengan Y`, sikap X1, norma subjektif X2, dan perceived behavior control X3. Hasil analisa data pada Tabel 15 berdasarkan rumus tersebut, persamaan garis regresinya adalah Y`= - 0 . 4 5 3 + 0.393 X 1 + 0.235 X 2 + 0.279 X 3 . Persamaan garis regresi ini menunjukkan jika tidak ada sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control maka skor intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU adalah -0.453. Hal ini mengindikasikan intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU lemah jika tidak ada sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control. Koefisien regresi 0.393 pada sikap menggambarkan setiap penambahan 1 satuan sikap akan meningkatkan intensi sebesar 0.393, koefisien regresi 0.235 pada norma subjektif menggambarkan setiap penambahan 1 satuan norma subjektif akan meningkatkan intensi sebesar 0.235, dan koefisien regresi 0.279 pada perceived behavior control menggambarkan setiap penambahan 1 satuan perceived behavior control akan meningkatkan intensi sebesar 0.279.

b. Hasil Uji Hipotesa Minor

Hipotesa minor dalam penelitian ini adalah: 1. Sikap berhubungan dengan intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU. 2. Norma subjektif berhubungan dengan intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU. Universitas Sumatera Utara 3. Perceived behavior control berhubungan dengan intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesa minor dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode regresi linear berganda metode enter. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 16 berikut. Tabel 16. Koefisien Variabel Model Korelasi Signifikansi Sikap 0,493 0,000 Norma subjektif 0,262 0,003 PBC 0,287 0,001 Variabel sikap memilki r sebesar 0.493, sehingga r 2 =0.243. Hal ini menunjukkan bahwa sikap memiliki pengaruh terhadap intensi sebesar 24,3. Kemudian, variabel norma subjektif memiliki r sebesar 0.262, sehingga r 2 =0.068. Hal ini menunjukkan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh terhadap intensi sebesar 6,8. Kemudian, variabel perceived behavioral control memiliki r sebesar 0.287 sehingga r 2 =0.082. Hal ini menunjukkan bahwa perceived behavior control memiliki pengaruh terhadap intensi sebesar 8,2. Jika dilihat dari nilai signifikansi, masing-masing variabel memiliki korelasi terhadap intensi yang cukup signifikan tetapi jika dilihat dari nilai r, variabel sikap memiliki korelasi lemah sedangkan norma subjektif dan perceived behavioral control berkorelasi sangat lemah terhadap intensi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisa data diatas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen, yaitu sikap, norma subjektif, perceived behavioral control berhubungan dengan variabel dependen, yaitu intensi melanjutkan program MP2 di Fakultas Psikologi USU.

3. Hasil Tambahan Penelitian