35
Bank terakhir yang menerima permohonan nasabah tersebut pada hakikatnya telah menerima suatu pemberian fasilitas kredit dengan mengurangi prinsip kehati-hatian
prudential banking berarti juga telah memperbesar posisi take a risk. Pada sisi lain, ketika funding
sedemikian besar, yang artinya rate cost semakin tidak efisien, maka satu2nya cara lembaga perbankan untuk mendapatkan
suatu profit adalah penggunaan funding untuk secara efisien disalurkan dalam bentuk kredit. Bagi lembaga2 perbankan yang berfungsi juga sebagai agent of development ,
juga dituntut tidak hanya melakukan bisnis dengan profit oriented, tetapi sebagai agent of development mewajibkan bank untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
mendukung program pemerintah.
41
2. Pengertian
Purchasing Order Financing dan Invoice Financing.
Pembiayaan Receivable Financing ini direalisasikan atas dasar
42
: 1.
Purchasing Order Financing PO Financing. Purchasing Order Financing adalah pembiayaan yang dilakukan dengan adanya
PO atau dokumen lain yang berfungsi serupa dari daftar pembeli.yang merupakan dokumen komersial yang diterbitkan oleh pembeli kepada penjual
yang menunjukkan pemesanan suatu barang maupun jasa. 2.
Invoice Financing.
41
Try Widiyono, Agunan Kredit dalam Financial Enggineering, Ghalia Indonesia Jakarta, Mei 2009, hal 1.
42
Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer bank mandiri, pada tanggal 7-9-2013, pada pukul 10.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
36
Merupakan Pembiayaan yang dilakukan oleh bank untuk percepatan pembayaran tagihan oleh daftar pembeli atas penjualan barang jasa yang telah dilakukan oleh
penjual kepada pembeli. Invoice terbit setelah adanya PO. Invoice Financing merupakan Kredit modal Kerja yang tujuannya untuk percepatan collection
tagihanpiutang dagang.
43
Pada umumnya dalam transaksi jual beli untuk penyerahan dan pembayaran atas barang yang dibeli terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini berarti modal kerja
atau modal usaha si penjual cepat diperolehnya kembali dan langsung dipakai untuk perputaran bisnis selanjutnya. Namun dalam hal ini tidak jarang pelaksanaan
pembayaran dari pembeli itu baru dapat ditunaikan berdasarkan kesepakatan diantara mereka dalam tenggang waktu tertentu, misalnya sekitar dua sampai empat bulan
berikutnya. Kondisi sebelum dilaksanakannya pembayaran dari pihak pembeli tersebut
akan melahirkan konsekuensi timbulnya hak tagih dari pihak penjual sehingga keadaan ini disebut masa penagihan Collection period. Hak tagih atas piutang ini
dalam dunia ekonomi dikenal sebagai piutang dagang Account Receivable . Lamanya masa penagihan atau tenggang waktu didalam pelaksanaan
pembayaran dan besarnya piutang dagang yang terjadi akan mengurangi kemampuan penjual mengembangkan omzetnya, yaitu jumlah total penjualan. Penjual dalam
keadaan ini sangat membutuhkan tambahan dana modal kerja, guna mencukupi kebutuhan besarnya perputaran usaha dan akibat lamanya jangka waktu pembayaran
43
Try Widiyono, Op.cit, hal. 288.
Universitas Sumatera Utara
37
piutang dagang
tersebut. Periode
menunggu pembayaran
dari pelaksanaan
pembayaran dapat menimbulkan permasalahan “cash flow” atau terhambatnya aliran dana dari kas penjual, dengan kata lain si penjual tidak lagi mempunyai uang tunai
untuk membiayai usahanya pada waktu-waktu tertentu
44
. Disisi pembeli saat menerima barang atau jasa yang dibeli, maka dia
berkewajiban untuk segera memberikan pembayaran atau minimal memberikan janji melakukan pembayaran dalam tenggang waktu tertentu yang telah disepakati. Bentuk
dokumen yang melengkapi syarat adanya pembayaran ini umumnya dari pihak pembeli perlu menandatangani bukti penerimaan “ barang yang dibeli “ di atas
Delivery Order disingkat DO atau bukti dokumen barang keluar dari gudang maupun Berita Acara Serah Terima BAST yang ditandatangani oleh pembeli, yang
biasanya dilengkapi dengan identitas barang yang termuat dalam Invoice atau Facture, sekaligus juga menyerahkan janji pelaksanaan pembayaran berjangka dalam
wujud piutang atas nama berupa penyerahan Cheque atau bilyet giro yang bertanggal mundur sebesar nilai transaksi yang disepakati sebagai nominal pembayaran.
Tuntutan dari persaingan bisnis dan kondisi pasar pembeli buyer’s market memberi peluang kepada pembeli untuk selalu mendapat kelonggaran jangka waktu
pelaksanaan pembayaran. Keadaan ini menyebabkan piutang dagang yang bertanggal mundur makin umum dan lazim terjadi dalam praktek bisnis dewasa ini. Fenomena
ini berarti kemudahan bagi pihak pembeli, akan tetapi di sisi lain hal ini akan mengaharuskan penjual menyediakan modal kerja usaha yang cukup memenuhi
44
Wawancara dengan Ibu Roliesca, Komisaris PT. Era Bangun Jaya, pada tanggal 10-09- 2013, pada pukul 10.00. WIB.
Universitas Sumatera Utara
38
perputaran usaha yang diakibatkan modal yang tertanam dalam tagihan piutang dagang yang belum jatuh tempo dan mengurangi kemampuan penjual membiayai
kegiatan bisnis selanjutnya, dan untuk menambah penyediaan jumlah modal kerjanya penjual dapat menempuh macam-macam cara, diantaranya melalui pembiayaan yang
berasal dari pinjaman. Namun prosedur pemberian pinjaman pada umumnya dari pihak pemberi pinjaman selalu mensyaratkan adanya agunan Collateral atau
jaminan yang dapat dicairkan atau diuangkan, Jikalau terjadi kegagalan dalam pinjaman tersebut.
Apabila penjual tidak mau ataupun tidak mampu menyerahkan agunan atau jaminan sebagai persyaratan adanya pinjaman. Dalam hal ini yang dipunyai penjual
dari transaksi jual beli hanyalah piutang dagang yang dilengkapi dokumen pendukung berupa Invoice faktur, Delivery Order DO dan atau dilengkapi juga dengan
cheque atau bilyet giro dari pembeli. Penjual dalam hal ini mengalami problem cash flow atau tertundanya aliran dana dari kasnya penjual. Solusi bagi penjual untuk
mengatasi hal itu adalah diperlukan suatu fasilitas keuangan dengan tujuan membiayai Piutang dagang.
45
Juga membiayai Proyek berdasarkan PO dari Pembeli.
3. Kredit Dengan Agunan