Bentuk Mitigasi Resiko yang dilakukan oleh kreditur.

65 Bentuk kehati-hatian yang dilakukan oleh bank dalam mengantisipasi segala kemungkinan harus diterapkan baik dalam analisa kredit maupun dalam ketentuan- ketentuan kredit yang dimasukkan dalam surat permohonan kredit. Bentuk prinsip kehatihatian yang dilakukan oleh bank dalam mengantisipasi apabila debitur wanprestasi yaitu dengan menerapkan Mitigasi resiko terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sehubungan dengan kredit yang diberikan kepada debitur. Mitigasi Terhadap Resiko dapat dilakukan sebelum Kredit diberikan dan juga setelah Kredit tersebut diberikan.

2. Bentuk Mitigasi Resiko yang dilakukan oleh kreditur.

Bentuk Mitigasi Resiko yang dapat dilakukan Oleh Bank Sebelum Kredit diberikan yaitu dapat dalam hal 66 : 1. Untuk mengantisipasi menyimpangnya peruntukan penggunaan kredit ataupun tidak digunakanya dana kredit yang telah diberikan dengan Purchasing Order Financing guna aktivitas pemenuhan barangjasa, maka bank melakukan Mitigasi Resiko dengan cara pencairan kredit Purchasing Order Financing yang hanya diperkenankan dibayarkan langsung kepada daftar supplier untuk keperluan pemenuhan pesanan barang maupun jasa yang dibiayai oleh Bank. 66 Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer Bank Mandiri Cabang Imam Bonjol, pada tanggal 7-9-2013, pada pukul 10.00 WIB. Universitas Sumatera Utara 66 2. Untuk mengantisipasi Calon Debitur tidak menggunakan hasil pembayaran dari pembelipemberi Purchasing Order untuk pelunasan Purchasing Order financing, maka bank dapat melakukan Mitigasi Resiko dengan cara : a. Bank berwenang menangguhkan dan atau membatalkan pencairan kredit yang belum ditarik oleh debitur jika penggunaan dana kredit digunakan secara tidak wajar atau menyimpang dari tujuan semula penggunaan kredit sesuai perjanjian kredit. b. Pembayaran Invoice oleh pembeli ditujukan kerekening escrow yang dicantumkan pada Invoice sebagai rekening tujuan pembayaran. c. Bank memiliki Hak regres kepada nasabah debitur. 3. Untuk Mengantisipasi nasabah tidak mampu membayar beban bunga yang diberikan dari PO Financing, Bank dapat melakukan Mitigasi Resiko dengan melakukan Seleksi nasabah yang memiliki profit margin memadai. Profit margin nasabah dapat diketahui dengan melihat neraca laba rugi enam enam bulan terakhir. 4. Untuk mencegah Purchase Order atau Invoice yang dibiayai telah dibiayai oleh pihak lain, maka bank dapat melakukan Mitigasi Resiko dengan cara : a. Bank melakukan analisa aspek 5C Character, Capacity, Capital, Collateral dan Conditions nasabah, terutama aspek Character nasabah. b. Nasabah memberikan pernyataan bahwa Purchase order atau Invoice yang akan dibiayai belum mendapatkan pembiayaan dari pihak lain. Pernyataan Universitas Sumatera Utara 67 nasabah ini tercantum dalam Aplikasi Receivables Financing yang ditandatangani oleh Nasabah Debitur. Sedangkan bentuk Mitigasi resiko yang diterapkan oleh bank Setelah Kredit Purchasing Order maupun Invoice Financing diberikan yaitu dalam hal : 1. Pembeli wanprestasi terhadap kewajiban pembayaran kepada nasabah atau menunda pembayaran Invoice yang telah jatuh tempo, maka bank dalam hal ini menerapkan Mitigasi resiko dengan cara : Bank memiliki Hak Regress kepada nasabah. Hak Regress recht van regres itu dalam kamus Bank Indonesia adalah hak pemegang surat weselceksurat sanggup untuk menagih penarikendosanevalis guna mendapat pembayaran jika pihak tertarik menolak melakukan pembayaran. 67 Invoice yang dibiayai dengan Invoice Financing adalah Invoice yang telah mendapatkan Akseptasi dari Pembeli. Bila diperlukan, Bank dapat menggunakan jasa asuransi untuk memitigasi resiko unpaid dari Pembeli. 2. Apabila Invoice yang dibiayai dengan Invoice Financing adalah Invoice yang belum mendapatkan akseptasi, maka nasabah menyerahkan Invoice dilengkapi dengan bukti Pengiriman barang jika ada berupa copy dokumen Goods Receipt atau copy Delivery Order atau copy Berita Acara Serah Terima Barang BAST 67 Bank Indonesia, kamus Bank Indonesia, http:www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 26-06- 2013, pada pukul 13.00 WIB . Universitas Sumatera Utara 68 yang mengandung tanda terima barang oleh pihak pembeli yang masuk dalam daftar Pembeli. Hal ini untuk memitigasi Resiko barang belum dikirim oleh nasabah kepada pembeli, sehingga pembeli tidak memiliki kewajiban membayar. 3. Seleksi pembeli dengan Track Record atau rekam jejak tidak pernah terjadi defauld pembayaran dan sudah berhubungan dengan nasabah minimum 1 satu tahun. Busines Unit dan Risk Unit dapat menetapkan seleksi pembeli dengan hubungan bisnis kurang dari 1 satu tahun dengan mencantumkanya pada Nota analisa secara spesifik beserta pertimbangannya. Dalam melakukan seleksi pembeli, Bank melalui Busines Unit dapat meminta bukti historis pembayaran pembeli selama 6 enam bulan terakhir kepada nasabah dan dicocokkan dengan jatuh tempo pembayaran sesuai Invoice atau Sales Contract. 4. Bank Melalui Busines Unit dapat melakukan Trade Checking Terhadap Pembeli.

B. Peran Asuransi Kredit dalam Kredit Purchasing Order financing maupun

Invoice Financing. 1. Pengertian dan peran Asuransi dalam penanganan resiko kredit bermasalah. Mengingat bahwa setiap usaha sektor produksi yang dilakukan oleh para pengusaha kecil maupun menengah dapat lebih berperan dalam meningkatkan produksi secara nasional, namun sebagai akibat keterbatasan modal menjadikan hal tersebut sangat sulit untuk dicapai, terlebih pada saat masih berlakunya undang- undang pokok perbankan 1967 yang menetapkan bahwa pemberian kredit harus Universitas Sumatera Utara 69 berdasarkan atas suatu jaminan yang cukup, dan kredit tidak boleh diberikan tanpa adanya jaminan yang sangat bertolak belakang dengan apa yang dihadapi oleh para pengusaha yang sangat membutuhkan modal untuk meenjalankan usahanya yang prospektif tetapi terkendala dengan kurang atau tidak terpenuhinya jaminan yang dimintakan oleh pihak perbankan dalam mengucurkan kredit. Mengingat hal tersebut, pemerintah dalam upaya meningkatkan kemampuan usaha para pengusaha, merasa perlu untuk mendirikan suatu badan yang dapat diserahi tugas untuk menjamin kredit-kredit yang diperlukan. Untuk itu dicarikan suatu jalan bagaimana supaya resiko bank itu dapat ditanggung oleh pihak lain dan sebaliknya bank dapat memberi pinjaman atau kredit kepada pengusaha yang tidak mampu memberikan jaminan atas pinjamanya. Adapun kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mendirikan suatu badan usaha yang merupakan kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia dengan Bank Indonesia, yang mana badan usaha tersebut adalah merupakan Perusahaan Asuransi penjamin kredit. Perkataan Asuransi sering sekali dsamakan dengan istilah Pertanggungan atau dalam bahasa Belandanya disebut dengan “Verzekering”. Walaupun dari istilah keduanya berbeda, namun pengertiannya adalah sama antara ketiga tersebut. Dalam pasal 246 KUH Dagang, pengertian asuransi adalah sebagai berikut : “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan Universitas Sumatera Utara 70 atau kehilangan keuntungan yang diharapakan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa tak tentu onzeker vourhaal. 68 Dari pengertian yang diuraikan oleh pasal ini dapat diketahui bahwasanya unsur-unsur dari pada Asuransi itu pada dasarnya adalah sebagai berikut 69 : 1. Penanggung menerima premi. 2. Tertanggung akan menerima penggantian kerugian. 3. Adanya suatu peristiwa tak tentu. Namun bila melihat pada ketentuan pasal 1774 KUHPerdata, suatu perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu. 70 Dari kedua pengertian asuransi yang diberikan oleh pasal-pasal diatas, terlihat jelas bahwa perjanjian asuransi ini sebagai suatu perjanjian kemungkinan konsurvereenkomst. Melihat kedua pengertian tersebut diatas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan perjanjian asuransi itu adalah terletak pada resiko yang akan ditanggung oleh penanggung akibat suatu kejadian atau peristiwa tak tentu. Dengan demikian pertanggungan asuransi dapat juga dikatakan perjanjian peralihan resiko, dimana penanggung mengambil resiko yang akan menjadi tanggungan tertanggung, dan 68 Subekti,R, Kitab Undang-undang Hukum Dagang, cetakan XX, PT.Pradnya Paramita,1982, hal. 73. 69 Iur,R,Soerjatin, Hukum Dagang I,II, Cetakan VI, Press Inc,1975, hal. 147. 70 Subekti,Op.Cit., hal. 402. Universitas Sumatera Utara 71 sebagai kontra prestasinya, tertanggung wajib membayar sejumlah uang premi kepada penanggung. Dilihat dari sudut pandang ini berarti pegambil alihan resiko dari tangan tertanggung oleh penanggung, secara langsung telah mengikatkan diri penanggung untuk memberi ganti rugi nantinya kepada tertanggung bila terjadi evenemen peristiwa tak tentu yang menjadi kenyataan, yang menimpa benda pertanggungan dan merugikan tertanggung. 71 Pada dasarnya asuransi dibagi atas dua, yaitu : 1. Pertanggungan Asuransi kerugian Schade Verzekering 2. Pertanggungan Asuransi Sejumlah uang Sommen Verzekering 72 Perbedaan antara kedua jenis asuransi ini adalah bahwa dalam asuransi kerugian, si penjamin berjanji akan mengganti kerugian tertentu yang diderita oleh si terjamin, sedangkan dalam asuransi sejumlah uang yang jumlahnya sudah ditentukan sebelumnya, tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu. Sedangkan menurut Pasal 24 KUHD, jenis Asuransi ada lima, yaitu : 1. Asuransi terhadap kebakaran. 2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian. 3. Asuransi terhadap jiwa. 4. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat dan di sungai. 71 H.M.N. Poerwosoetjipto, Pengerian pokok Hukum dagang Indonesia, Seri Hukum Pertanggungan, Jilid 6, 1983, Cetakan ke-6, hal.46. 72 Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Cetakan II, 1990, hal 36. Universitas Sumatera Utara 72 Disamping Jenis asuransi yang diatur dalam KUHD ini, ada lagi jenis asuransi lainnya yang tidak diatur dalam KUHD tapi berlaku dalam masyarakat, seperti : 1. Asuransi terhadap pencurian dan pembongkaran. 2. Asuransi terhadap kerugian perusahaan. 3. Asuransi terhadap kecelakaan. 4. Asuransi terhadap pertanggungjawaban seseorang atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga karena perbuatanya melawan hukum sendiri atau bawahannya. 5. Asuransi kredit. 6. Asuransi atas kerugian yang diderita oleh suatu perusahaan. 7. Dan segala bentuk asuransi lainnya yang ada dalam masyarakat. 73 Dalam melaksanakan suatu pembangunan atau Investasi ataupun kegiatan usaha lain, seorang investor seringkali tidak saja menggunakan dana yang dimiliki sendiri, melainkan juga dengan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman yang berasal dari lembaga perbankan. Agar kredit yang diberikan oleh suatu bank itu mendapat jaminan pengembalian pokok dan bunganya, maka selain bank akan melakukan study atas proposal yang diajukan peminjam juga sering menggunakan lembaga asuransi dalam transaksi tersebut karena terdapatnya bahaya peril lain yang tidak dapat dijangkau oleh sistem pengawasan perbankan. Dalam hubungan seperti itu biasanya pihak bank kreditur akan meminta agar pihak debitur peminjam menutup suatu asuransi, guna menjaga pengembalian kreditnya apabila debitur ternyata tidak mampu 73 Ibid,, hal 11. Universitas Sumatera Utara 73 mengembalikan pinjamanya default. Karena debitur yang harus menutup asuransi, maka pembayaran premi juga harus dibebankan kepada pihak debitur. Peril atau peristiwa yang dapat menyebabkan debitur tidak mampu membayar kembali pokok dan bunga pinjaman, sehingga menimbulkan kerugian terhadap kreditur antara lain adalah 74 : a. Kematian dari sipeminjam, b. Ketidakmampuan sipeminjam cacat dan sebagainya, c. Ketidakmampuan keuangan sipeminjam insolvency , d. Pengrusakan atau penggelapan catatan asuransi, e. Kegagalan usaha, baik karena persaingan atau sebab lain, f. Keadaan social, politik, dan lainya, g. Moral hazard si peminjam, h. Niat jahat pihak lain, i. Bencana alam, J. Kecelakaan: tabrakan, kebakaran dan sebagainya, k. Dan lain-lain. Selanjutnya Soni Dwi Harsono menjelaskan bahwa kontrak asuransi kredit dapat dibagi kedalam tiga Kategori, yaitu : a. Back Coverage Contract, yaitu kontrak asuransi yang menjamin kerugian yang timbul dalam jangka waktu pertanggungan. Misal, kerugian yang terjadi pada 74 Soni Dwi Harsono, Prinsip-prinsip dan Praktik Asuransi, Yayasan Pengembangan Ilmu Asuransi, Jakarta, 1993, hal. 195. Universitas Sumatera Utara 74 saat penjualan yang dilakukan sebelum kontrak asuransi dan atau terjadi pada masa pertanggungan. b. Forward Coverage Contract, yaitu kontrak asuransi yang menjamin kerugian yang timbul dari penjualan yang terjadi pada masa pertanggungan, dan c. General Coverage Form, yaitu jaminan terhadap seluruh debitur tanpa memberikan perincian nama-nama debitur. Usaha yang tidak memenuhi persyaratan teknis perbankan unbankable umumnya dipandang oleh bank mengandung unsur “default risk” atau kemungkinan kredit macet. Dalam prakteknya untuk menekan resiko tersebut bank akan mewajibkan adanya jaminan tambahan untuk kredit yang akan dikucurkan, mengasuransikan baik kredit yang diberikan maupun jaminan kredit yang dimiliki oleh pengusaha calon penerima kredit atau bahkan menolak pemberian kredit tersebut, walaupun pengusaha tersebut memiliki prospek usaha yang sangat baik. Usaha menurunkan resiko kredit macet dapat dikatakan menjadi penghambat bagi terbiayainya usaha-usaha yang layak feasible dan prospektif menghasilkan laba profitable. Asuransi jaminan kredit adalah suatu perjanjian pertanggungan kerugian yang menanggung akibat-akibat yang timbul terhadap perkreditan yang diberikan oleh Pihak bank kepada Debitur. Debitur yang dimaksud adalah para pelaku usaha baik perorangan maupun badan hukum untuk digunakan sebagai modal usaha. Dalam asuransi jaminan kredit, sebenarnya jika melihat segi pihak yang berkepentingan, ada tiga yaitu debitur, Bank sebagai tertanggung, dan lembaga Universitas Sumatera Utara 75 asuransi jaminan kredit sebagai penanggung. Namun walaupun ada tiga pihak yang berkepentingan, sebenarnya yang mempunyai kedudukan untuk berhubungan adalah dua pihak saja, yaitu Bank sebagai tertanggung dan lembaga Asuransi jaminan kredit sebagai penanggung. Kedudukan Bank sebagai tertanggung adalah karena bank lah yang nantinya akan menanggung segala resiko yang timbul dari masalah kredit ini. Oleh karena itu kepentingan bank perlu diperhatikan dan diamankan. Pengamanan kepentingan bank ini adalah dengan cara mempertanggungkan kredit yang telah diberikan kepada debitur.

2. Definisi Umum tentang resiko.

Dokumen yang terkait

Perlindungan hukum terhadap kreditur dalam pemberian kredit dengan jaminan Purchasing Order, apabila debitur wanprestasi (Studi perjanjian kredit PT. Bank mandiri dengan PT. Era Bangun Jaya

0 49 109

Analisis yuridis perjanjian kredit dengan sistem tanggung renteng (hoofdelijkheid) dan akibat hukum apabila debitur wanprestasi

1 5 103

Analisis yuridis perjanjian pemberian kredit Pegawai Negeri Sipil dengan jaminan Surat Putusan pengangkatan dan akibat hukumnya jika terjadi kredit macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) cabang Jember

0 5 78

Aspek yuridis perjanjian kredit dengan jaminan cessie pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

0 7 67

Pengamanan pemberian kredit bank dengan jaminan hak guna bangunan

0 2 16

Tanggung jawab debitur atas musnahnya benda jaminan fidusia dalam perjanjian kredit : analisis putusan MA nomor 2914K/Pdt/2001.

1 19 101

Mekanisme penyelesaian kredit bermasalah pada perjanjian kredit dengan jaminan (analisis putusan nomor : 73/pdt.g/2013pn.kpg)

0 20 0

mekanisme penyelesaian kredit bermasalah pada perjanjian kredit dengan jaminan (analisis putusan nomor : 73/Pdt.G/2013PN.Kpg)

0 18 155

BAB II SYARAT DAN DASAR PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PURCHASING ORDER A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan - Perlindungan hukum terhadap kreditur dalam pemberian kredit dengan jaminan Purchasing Order, apabila debitur wanprestasi (Studi perjanjian kredit P

0 1 28

Perlindungan hukum terhadap kreditur dalam pemberian kredit dengan jaminan Purchasing Order, apabila debitur wanprestasi (Studi perjanjian kredit PT. Bank mandiri dengan PT. Era Bangun Jaya

0 3 13