Universitas Sumatera Utara BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Hemodialisis
Perkembangan hemodialisis sangatlah berkembang, dilihat dari sejarahnya, dicatat bahwa Abel, Rowntree, dan Turner di John Hopkins University in
Baltimore, terakreditasi dengan menunjukkan Hemodialisis pertama Van Stone, 1983.
Di Indonesia hemodialisis dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap hemodialisis dilakukan selama 5 jam. Di senter dialisis yang dilakukan 3 kali
seminggu dengan lama dialisis 4 jam Suhardjono, Rahardjo Susalit, 2009. Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah
dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermeabel
hollow fibre kidney. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang
mahal.
2.1.1. Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan
menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal renal replacement therapyRRT dan hanya menggantikan
sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI Acute Kidney Injury yang memerlukan
terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD daruratemergency, HD persiapanpreparative, dan HD
kronikreguler Kandarini, 2013.
2.1.2. Indikasi Hemodialisis
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Suhardjono, Rahardjo Susalit 2009 mencatat bahwa pada umumnya indikasi dialisis pada GGK adalah bila laju filtrasi glomerulus LFG sudah
kurang dari 5 mLmenit. Keadaan pasien yang hanya memiliki LFG 5 mLmenit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai
salah satu dari hal tersebut di bawah: • Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
• K serum 6 mEqL • Ureum darah 200 mgdL
• pH darah 7,1 • Anuria berkepanjangan 5 hari
• Fluid overloaded
Kandarini 2013 menyebutkan bahwa indikasi HD dibedakan menjadi HD segera dan HD kronik.
A. Indikasi hemodialisis segera antara lain: 1. Kegawatan ginjal
a. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi b. Oligouria produksi urine 200 ml12 jam
c. Anuria produksi urine 50 ml12 jam d. Hiperkalemia terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K 6,5
mmoll e. Asidosis berat pH 7,1 atau bikarbonat 12 meql
f. Uremia BUN 150 mgdL g. Ensefalopati uremikum
h. Neuropatimiopati uremikum 12 i. Perikarditis uremikum
j. Disnatremia berat Na 160 atau 115 mmolL k. Hipertermia
2. Keracunan akut alkohol, obat-obatan yang bisa melewati membran dialisis.
B. Indikasi Hemodialisis Kronik
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut
KDOQI dialisis dimulai jika GFR 15 mlmnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR 15mlmenit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu
dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini Kandarini, 2013: a. GFR 15 mlmenit, tergantung gejala klinis
b. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah. c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan. e. Komplikasi metabolik yang refrakter.
Seperti yang direkomendasikan oleh National Kidney Foundation’s Kidney Disease Outcome Quality Initiative KDOQI, perencanaan untuk dialisis harus
dimulai setelah laju filtrasi glomerulus pasien LFG atau kreatinin klirens CL
cr
turun di bawah 30 mLmenit per 1,73 m
2
. Awal proses persiapan pada saat ini memungkinkan waktu yang cukup untuk edukasi yang tepat dari pasien dan
keluarga dan untuk pembuatan sebuah akses vaskular atau akses peritoneal. Untuk pasien HD tertentu, akses arteriovenous AV permanen sebaiknya fistula,
pembedahan harus dibuat sebelum 6 bulan diantisipasi kebutuhan untuk dialisis Manley Foote, 2008.
Kriteria utama untuk inisiasi dialisis adalah pasien status klinis: adanya anoreksia terus-menerus, mual, dan muntah, terutama jika disertai dengan
penurunan berat badan, kelelahan, penurunan kadar serum albumin, hipertensi yang tidak terkontrol atau kegagalan jantung kongestif, dan defisit neurologis atau
pruritus. Beberapa nephrologis menggunakan critic lab values serum kreatinin atau nitrogen urea darah sebagai indikator kapan harus memulai dialisis. Update
2006 dari Pedoman KDOQI menunjukkan bahwa manfaat dan risiko dialisis harus dievaluasi ketika diperkirakan LFG atau CL
cr
adalah 15 mLmenit per 1,73 m
2
.
2.1.3. Peralatan Hemodialisis