Asumsi pada analisis conjoint berbeda dengan analisis multivariat lainnya, proses conjoint
tidak membutuhkan uji asumsi seperti normalitas, homoskedastisitas, dan lainnya Santoso, 2012.
Dalam evaluasi model, hasil analisis konjoin dinilai untuk akurasi baik individu maupun agregat. Tujuan keduanya adalah memastikan seberapa konsisten model
memprediksi preferensi yang diberikan responden. Untuk memeriksa kecocokan model keseluruhan dapat digunakan nilai korelasinya. Semakin tinggi korelasinya
semakin cocok atau semakin baik modelnya. Untuk data ranking dilihat korelasi antara ranking aktual dan prediksi dengan Tau Kendall, sedangkan data rating
digunakan korelasi Pearson Hair, et al, 2006.
2.3. Penelitian Terdahulu
Adiyoga dan Nurmalinda 2012 meneliti tentang analisis konjoin preferensi konsumen terhadap atribut produk kentang, bawang merah, dan cabai. Penelitian
ini diarahkan untuk menghimpun informasi menyangkut preferensi konsumen atau optimalisasi utilitas atribut produk untuk komoditas prioritas unggulan
sayuran kentang, bawang merah, dan cabai merah. Atribut yang diamati mencakup atribut eksternal, internal, dan organoleptik. Preferensi diidentifikasi
menggunakan analisis konjoin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen mengekspresikan preferensinya terhadap kentang yang berukuran 6 – 8 butir kg,
berkulit mulus dan memiliki jumlah mata sedikit 10. Sedangkan bawang merah yang disukai oleh konsumen ialah bawang merah dengan diameter umbi 2,5 cm,
berwarna kulit merah - ungu tua, dan beraroma tidak menyengat. Sementara itu,
Universitas Sumatera Utara
konsumen lebih menyukai cabai merah yang besar, kulit berwarna merah terang, dan memiliki kepedasan agak pedas.
Resmawati 2013 dimana penelitiannya berjudul “Analisis Preferensi Konsumen terhadap Produk Susu Berbasis Analisis Conjoint” menggunakan Metode
Presentasi “pairwise – comparison” bertujuan untuk memahami dan mengetahui preferensi konsumen terhadap kombinasi atribut produk susu khusus untuk umur
remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis conjoint dengan menggunakan pairwise – comparison sebagai metode presentasinya.
Atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis susu, rasa, kemasan, dan kandungan lemak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemasan merupakan
atribut terpenting dibandingkan dengan atribut lainnya dengan nilai relative importance
sebesar 56,13 . Atribut terpenting kedua yaitu rasa susu dengan nilai relative importance
38,55. Kandungan lemak menempati ranking ketiga dengan nilai relative importance sebesar 4,28, dan jenis susu sebagai atribut keempat
dengan nilai relative importance sebesar 1,05. Selain itu, stimuli yang diinginkan oleh konsumen untuk produk susu khusus umur remaja adalah jenis
susu kental, rasa coklat, kemasan kaleng, dan kandungan lemak non fat.
2.4. Kerangka Pemikiran