commit to user
II-9 c.
Quota sampling Suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel diambil dari suatu sub
populasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu dalam batasan jumlah atau kuota tertentu yang diinginkan.
d. Snowball sampling
Suatu teknik pengambilan sampel yang sangat sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri-ciri khusus yang sulit dijangkau.
Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan
lain yang mempunyai kesamaan karakteristik yang dibutuhkan, sehingga diperoleh responden tambahan.
2.3.3 Skala Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu proses suatu angka atau simbol dilekatkan pada karakteristik atau properti suatu stimuli sesuai dengan aturan atau prosedur
yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Prosedur pemberian angka atau simbol yang dapat diartikan sebagai suatu
proses penentuan angka atau simbol yang diperlukan dalam suatu skala. 2.
Property of object yang berarti sifat-sifat yang terlekat pada obyek yang diteliti.
3. Dalam rangka memberikan karakterisasi pada beberapa properti yang akan
ditanyakan, yang berarti pemberian simbol tersebut terkait dengan sifat-sifat obyek yang diteliti.
2.3.4 Jenis Skala Pengukuran
Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasi variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan
langkah penelitian selanjutnya Sugiyono, 1997. Pada dasarnya proses pengukuran dalam penelitian merupakan rangkaian beberapa kegiatan, sebagai
berikut: 1.
Pengukuran dimensi variabel pengukuran 2.
Perumusan ukuran untuk masing-masing dimensi 3.
Penentuan tingkat ukuran.
commit to user
II-10 Proses pengukuran dan pemberian angka-angka diharapkan bersifat
isomorfik terhadap realita artinya mempunyai persamaan dengan kenyataan. Tingkat ukuran yang diberikan terhadap konsep yang diamati tergantung pada
aturan yang digunakan. Peraturan ini perlu diketahui oleh peneliti agar peneliti dapat mengukur dan memberikan nilai yang tepat bagi konsep yang diamati.
Tigkat pengukuran pertama kali dilakukan oleh Steven pada tahun 1946. Adapun Skala pengukuran dapat dikelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu Sugiyono, 1997: 1.
Skala Nominal Skala nominal merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori,
kelompok dari suatu subyek. Misalkan variabel jenis kelamin, responden dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori laki-laki dan wanita. Kedua
kelompok ini dapat diberi kode angka 1 dan 2. Angka ini hanya berfungsi sebagai label kategori semata tanpa nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa-
apa. Oleh sebab itu tidaklah tepat menghitung rata-rata dan standar deviasi dari variabel jenis kelamin. Angka 1 dan 2 hanya sebagai cara untuk
mengelompokkan subyek ke dalam kelompok yang berbeda atau hanya untuk menghitung berapa banyak jumlah di setiap kategori.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal tidak hanya mengkategorikan variabel kedalam kelompok, tetapi juga melakukan rangking terhadap kategori. Misalkan kita ingin
mengukur preferensi responden terhadap empat merek produk air mineral, merek Aqua, Aquana, Aquaria, Aquades. Kita dapat meminta responden
untuk memberi angka 1 untuk yang disukai, angka 2 untuk rangking kedua dan seterusnya.
Merek Air Mineral Rangking
Aqua 1
Aquana 2
Aquaria 3
Aquades 4
commit to user
II-11 3.
Skala Interval Skala interval meliputi konsep equality dari peningkatan menunjukkan jarak
antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Misalkan disamping menanyakan responden untuk melakukan rangking
preferensi terhadap merek, mereka juga diminta untuk memberikan nilai rate terhadap preferensi merek sesuai dengan lima skala penilaian, sebagai
berikut:
Nilai Skala Preferensi
1 Preferensi sangat tinggi
2 Preferensi tinggi
3 Preferensi moderat
4 Preferensi rendah
5 Preferensi sangat rendah
Jika kita berasumsi bahwa urutan kategori menggambarkan tingkat preferensi yang sama, jika kita dapat mengatakan bahwa perbedaan preferensi
responden untuk kedua merek air mineral mendapatkan rating 1 dan 2 adalah sama dengan perbedaan preferensi untuk dua merek lainnya yang memiliki
rating 4 dan 5. 4.
Skala Rasio Skala rasio adalah skala interval dan memiliki nilai dasar based value yang
tidak dapat dirubah. Misalkan umur responden memiliki nilai dasar nol. Nilai rasio dapat ditransformasikan dengan cara mengalikan dengan konstanta,
tetepi transformasi tidak dapat dilakukan jika cara menambah konstanta karena hal ini akan merubah nilai dasarnya. Jadi transformasi yang valid
terhadap skala rasio adalah, sebagai berikut: ……………………………………………… persamaan 2.1
Skala rasio memiliki nilai dasar, maka pernyataan yang mengatakan “Umur Adity dua kali umur Aya” adalah valid. Data yang dihasilkan dari skala rasio
disebut data rasio dan tidak ada pembatasan terhadap alat uji statistik yang sesuai.
commit to user
II-12 2.3.5
Klasifikasi Skala
Klasifikasi skala yang digunakan dalam membuat kuesioner ada tujuh macam, adapun delapan klasifikasi skala Widodo, 2004, sebagai berikut:
1. Skala Borgadus,
Skala borgadus adalah salah satu skala untuk mengukur jarak sosial yang dikembangkan oleh Emory S. Borgadus. Jarak sosial adalah derajat
pengertian atau keintiman yang merupakan ciri hubungan sosial secara umum, dengan kontinum. Penyusunan pertanyaan harus jelas urutan
kualitasnya. Kualitas dapat dinilai dari rendah ke tinggi atau sebaliknya. Jawaban dari pertanyaan diberi skor menurut konsep yang dianut.
Misalkan konsep yang dianut mendukung kesetujuan kita terhadap satu hal, maka semakin tinggi kualitas, semakin tinggi skornya. Dan kualitas jawaban
terendah diberi skor 1. 2.
Skala Sosiometrik, Skala ini sama halnya dengan bentuk skala borgandus, yaitu untuk mengukur
jarak hubungan sosial. Skala ini tepatnya untuk mengukur penerimaan dan penolakan terhadap sesuatu dalam lingkungan atau kelompok tertentu
misalnya di lingkungan kantor, sekolah dan sebagainya. Misalnya didalam perkumpulan organisasi yang anggotanya 15 orang akan
memilih pimpinannya sebanyak tiga orang menurut rangkingnya dan harus dipilih oleh anggota seluruhnya.
3. Skala Penilaian,
Skala yang digunakan jika diyakini bahwa responden mengetahui bidang yang dinilai.
Contoh: skala penilaian Petunjuk: berilah tanda centang pada batas yang tersedia menurut pernyataan
berikut. Perilaku pemimpin saya di kantor adalah:
1 2
3 4
5 6
7
commit to user
II-13 4.
Skala Rangking, Skala yang digunakan apabila responden diminta memberi tanggapan dengan
cara membandingkan dengan obyek lain. 5.
Skala Thurstone, Skala ini bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan ciri-ciri
tertentu. Prosedur menyusun skala ini adalah sebagi berikut: a.
Peneliti mengumpulkan beratus-ratus pertanyaan yang releven dengan masalah.
b. Selanjutnya pertanyaan yang beratus-ratus diajukan kepada 50 – 300
responden yang
independen untuk
memberikan pengelompokan
pertanyaan tadi. c.
Jumlah kelompok pertanyaan selalu ganjil biasanya 5 sampai 9 dan mempunyai nilai negatif ditengahnya.
d. Pertanyaan yang nilainya menyebar dibuang, sedangkan nilai yang hampir
mendekati digunakan untuk membuat skala. Prosedur diatas agak sukar dilaksanakan peneliti dan memerlukan waktu yang
relatif banyak, oleh sebab itu skala ini jarang digunakan. 6.
Skala Likert, Skala ini paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
responden terhadap sesuatu obyek. Karena pembuatannya relatif mudah dan tingkat reabilitasnya tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun pertanyaan dengan skala likert adalah: a.
Bentuk standar skala likert adalah 1 sampai 5. b.
Sebaiknya jumlah item dibuat berkisar 25 sampai 30 pertanyaan atau peryataan untuk mengukur sebuah variabel, sehingga reabilitanya
cenderung tinggi. c.
Buatlah item dalam bentuk positif dan negatif dalam proporsi yang seimbang serta ditempatkan secara acak. Persyaratan lainnya seperti
petunjuk penyusunan kuesioner. 7.
Skala Guttman, Skala ini juga disebut skala scalogram, scale analysis, dan reproducibility.
Skala ini merupakan pengembangan dari bentuk skala borgodus. Karena skala
commit to user
II-14 borgodus mempunyai kelemahan adanya bias dalam mengisi. Hal ini
disebabkan urutan pertanyaan jelas dari sukar ke mudah atau sebaliknya. Guttman memperbaiki cara penyusunan secara acak sehingga responden perlu
hati-hati dalam mengisinya. 8.
Skala perbedaan sematik atau sematic differential, Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau
obyek tertentu. Misalkan kepemimpinan, sikap wiraswasta, keadaan iklim, prosedur kerja dan sebagainya. Skala ini terdiri dari tujuh kolom dengan
bipolar yang saling bertentangan. Untuk menghindarkan bias, maka polar positif dan negatif disusun secara acak. Sifat bipolar dapat ditentukan melalui
pengalaman pribadi atau minta pendapat pakarnya.
2.3.6 Teknik Pengumpulan Data