commit to user
28
periode window dan non-window dalam melihat penurunan asimetri infomasi. Meilani 2009; dan Wisnumurti 2010 menggunakan adjusted bid-ask spread
untuk menilai tingkat asimetri informasi, dimana spread disesuaikan dengan memperhatikan harga penutupan saham, jumlah transaksi saham, dan variasi
return saham harian. Sedangan Kanagaretnam et al 2007 menggunakan bid-ask spread dan bid-ask debth dalam merepresentasikan asimetri informasi. Bid-ask
debth adalah jumlah saham yang tersedia pada saat terjadi penawaran bid ditambah jumlah saham yang terdapat pada saat terjadi permintaan ask.
3. Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan
Perspektif teori keagenan adalah upaya penciptaan mekanisme kontrak efisien yang timbul karena adanya konflik kepentingan diantara para stakeholder
investor, kreditur, regulator, dan manajer. Adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak tersebut melahirkan perlunya corporate governance untuk
menjamin tidak ada pihak yang merasa dirugikan Juanda, 2009. Definisi mengenai corporate governance saat ini sangatlah beraneka
ragam. Organization for Economic Cooperation and Development OECD mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak
direksi perusahaan, komisaris, pemegang saham, dan pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Corporate governance mensyaratkan adanya
struktur perusahaan, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja Tunggal, 2007.
commit to user
29
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, 2002 mempergunakan definisi Cadbury Committee untuk mendefinisikan corporate
governance yaitu: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan.
The Indonesian
Institute for
Corporate Governance
IICG mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian mekanisme untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan stakeholders.
Sedangkan good corporate governance dalam The Indonesian Institute for Corporate Governance didefinisikan sebagai proses dan struktur yang diterapkan
dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder yang lain. Pengertian lain corporate governance menurut Surat Keputusan Menteri
NegaraKepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. 23MPMBUMN2000 tentang Pengembangan Praktik Corporate Governance
dalam Perusahaan Perseroan PERSERO, menyatakan bahwa: “Corporate governance adalah suatu hal yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan yang efek yang bersumber dari Budaya Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem, Proses Bisnis, Kebijakan dan
Struktur Organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung: pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya
commit to user
30
dan resiko secara lebih efisien, efektif dan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya”.
Menurut Ho dan Wong 2001, corporate governance dipandang sebagai cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggung jawab masing-masing
kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan dimana transparansi merupakan indikator utama standar corporate governance dalam sebuah ekonomi.
Selanjutnya Ho dan Wong 2001 menjelaskan corporate governance merupakan suatu bentuk kontrol terhadap masalah agen dan memastikan bahwa manajemen
bertindak sesuai dengan harapan para pemegang saham. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat mengambil
simpulan bahwa corporate governance adalah suatu mekanisme pengendalian perusahaan berlandaskan peraturan perundangan dan nilai etika, yang ditujukan
untuk mengatur hubungan antara stakeholder dan manajemen dalam rangka mengurangi konflik kepentingan dan meningkatkan nilai pemegang saham jangka
panjang, guna mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Tunggal 2007 menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari corporate
governance yang baik adalah: 1 tercapainya sasaran yang telah ditetapkan; 2 aktiva perusahaan dijaga dengan baik; 3 Perusahaan menjalankan praktik-
praktik bisnis yang sehat; 4 Kegiatan-kegiatan perusaaan dilakukan secara transparan.
Tunggal 2007 dalam bukunya menyebutkan prasyarat dasar yang harus dipenuhi dalam menerapkan corporate governance yang baik menurut Committee
Basel, mencakup:
commit to user
31
a. corporate value, kode perilaku codes of conduct dan standar perilaku lainnya yang pantas, dan sistem yang digunakan untuk menjamin
kepatuhan; b. strategi corporate yang disusun dengan baik sehingga mampu
mengukur keberhasilan perusahaan secara keseluruhan dan kontribusi tiap-tiap individu;
c. tanggungjawab dan kewenangan pengambilan keputusan yang jelas dari level yang paling rendah hingga tingkat direksi dan komisaris;
d. membangun mekanisme interaksi dan kerjasama antara komisaris, direksi, dan auditor;
e. sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi audit internal dan eksternal, fungsi manajemen risiko yang terpisah dari lini bisnis,
serta check dan balance lainnya; f.
monitoring secara khusus atas adanya risiko konflik kepentingan, termasuk hubungan bisnis dengan peminjam yang berafiliasi dengan
bank, pemegang saham, direksi, atau pembuat keputusan kunci yang ada dalam perusahaan
g. adanya insentif finansial dan manajerial yang diberikan kepada direksi, manajemen madya, dan pegawai agar bertindak dengan cara
yang sesuai appropriate manner dalam bentuk kompensasi, promosi, dan pengakuan lainnya;
h. informasi yang memadai kepada eksternal perusahaan dan masyarakat.
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, 2002 menyebutkan prinsip-prinsip dasar dalam praktik Corporate Governance antara
lain sebagai berikut: a. Kewajaran Fairness
Secara sederhana kewajaran bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan
perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan penegakan peraturan untuk
melindungi hak-hak investor, khususnya pemegang saham minoritas, dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini dapat berupa insider trading
commit to user
32
transaksi yang melibatkan informasi orang dalam, fraud penipuan, dilusi saham nilai perusahaan berkurang, KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat
merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger, akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan lain.
b. Transparansi Disclosure and Transparency Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam
proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri,
perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap
perusahaan diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja
perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.
c. Akuntabilitas Accountability Akuntabilitas
adalah kejelasan
fungsi, struktur,
sistem dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan dilaksanakan secara efektif. Beberapa bentuk implementasi lain dari prinsip
accountability antara lain: 1 praktek audit internal yang efektif;
commit to user
33
2 kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab dalam anggaran dasar perusahaan dan Statement of Corporate Intent target
pencapaian perusahaan di masa depan. d. Responsibilitas Responsibility
Responsibilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada
perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang,
menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional, dan menjunjung etika dan memelihara
bisnis yang sehat. e. Independensi Independency
Independensi merupakan suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Independensi menekankan bahwa dalam
menjalankan fungsi, tugas, dan tangungjawabnya, dewan komisaris, dewan direksi, dan manajer atau pihak-pihak yang diberi tugas untuk mengelola dan
menjalankan perusahaan terbebas dari tekanan maupun pengaruh baik dari dalam maupun luar perusahaan.
Utama 2003 dalam Herawaty 2008 prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkan memberikan manfaat diantaranya: 1 meminimalkan
agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara
commit to user
34
prinsipal dengan agen; 2 meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; 3 meningkatkan citra perusahaan; 4
meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah, dan 5 peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa
depan perusahaan yang lebih baik. Penilaian mengenai sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
corporate governance dalam perusahaannya di Indonesia telah di lakukan oleh FCGI. FCGI telah mengembangkan suatu alat yang dapat digunakan sebagai
penilaian mandiri apakah corporate governance pada suatu perusahaan telah berjalan dengan baik atau belum. FCGI menamakan alat tersebut sebagai FCGI
Corporate Governance Self-Assessment Ceklist. Kuesioner tersebut berisi pembobotan dalam lima bidang yaitu: 1 Hak-hak pemegang saham sebesar 20;
2 Kebijakan corporate governance sebesar 15; 3 praktik-praktik corporate governance sebesar 30; 4 Pengungkapan sebesar 20; dan 5 fungsi audit
sebesar 15. Salah satu aspek penting dalam corporate governance adalah board of
directors dewan pengurus perseroan. Board of directors adalah sekelompok individual yang dipilih dimana tanggung jawab utamanya adalah bertindak atas
kepentingan pemilik dengan secara formal memonitor dan mengendalikan eksekutif puncak perusahaan, yang diklasifikasikan menjadi insiders, related
outsides, dan outsiders Tunggal, 2007. Menurut FCGI 2002, terdapat 2 sistem yang berkaitan dengan bentuk
dewan dalam perusahaan, yaitu one tier system sistem satu tingkat dan two tiers
commit to user
35
system sistem dua tingkat. Sistem satu tingkat dimiliki oleh negara yang menganut sistem hukum Anglo-Saxon. Perusahaan yang hanya mempunyai satu
dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior direktur eksekutif dan direktur independen yang bekerja dengan
prinsip paruh waktu non direktur eksekutif, dimana non direktur eksekutif diangkat karena kebijakan, pengalaman dan relasinya. Negara-negara dengan one
tier system misalnya Amerika Serikat dan Inggris. Berikut ini adalah Struktur Board of Director dalam One Tier System.
Gambar II.1 Struktur Board of Director dalam One Tier System
sumber: FCGI, 2002 Two tiers system dimiliki oleh negara yang menganut sistem hukum
kontinental Eropa. Perusahaan mempunyai 2 badan terpisah yaitu dewan pengawas dewan komisaris dan dewan manajemen dewan direksi.
Tugas dewan direksi adalah mengelola dan mewakili perusahaan dibawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris, dalam sistem ini anggota dewan
direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh dewan komisaris. Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab
hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris. Tugas dewan komisaris utama
General Meeting of the Shareholders GMoS
Boards of Directors
Executive Non-
Executive
commit to user
36
adalah bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. Berikut ini adalah Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers
System
Gambar II.2 Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers System
sumber: FCGI, 2002
Dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam melakukan transaksi
dengan pihak ketiga. Anggota dewan komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Negara-negara dengan two tiers system adalah
Denmark, Jerman, Belanda dan Jepang serta di Indonesia. Menurut Arifin 2005, Indonesia menganut two tiers system yang berarti
bahwa komposisi pengurus perseroan terdiri dari fungsi eksekutif yaitu dewan direksi, dan fungsi pengawasan yaitu dewan komisaris. Penelitian tersebut juga
menyebutkan two tiers system di Indonesia tanpa melibatkan pegawai dalam supervisiory board sebagai dewan komisaris, fungsi pengawasan terletak di
General Meeting of The Shareholders GMoS
Board of Commissioner BoC
Board of Directors BoD
commit to user
37
dewan komisaris, dan fungsi manajerial pada dewan direksi. Struktur Two Tiers System pada perusahaan Publik di Indonesia digambarkan sebagai berikut.
Gambar II.3 Struktur Two Tiers System pada perusahaan Publik di Indonesia
sumber: Arifin, 2005 Gambar II.3 menunjukkan kedudukan dewan komisaris yang tidak
langsung membawahi dewan direksi, kedudukan dewan komisaris dan dewan direksi sejajar dan keduanya bertangungjawab terhadap RUPS. Arifin 2005
mengungkapkan bahwa hal ini terjadi dengan dibelakukannya Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 1995 yang menyatakan bahwa anggota dewan direksi
diangkat dan diberhentikan oleh RUPS pasal 80 ayat 1 dan pasal 91 ayat 1, demikian juga anggota dewan komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS
pasal 95 ayat 1 dan pasal 101 ayat 1. Lebih lanjut Arifin 2005 menjelaskan bila ditinjau dari perspektif good governance, kedududukan yang sejajar ini dapat
mengakibatkan pelaksanaan fungsi pengendalian control berjalan kurang efektif karena bisa saja dewan komisaris dianggap oleh dewan direksi sebagai partner
kerja, bukan sebagai pengawas kerja dewan direksi.
Dewan Komisaris Dewan Direksi
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
commit to user
38
4. Kepemilikan Manajerial Manajerial Ownership