Analisis Lemak dan Serat Tak Larut Pada Pakkat (Calamus caesius Blume.)

(1)

(2)

(3)

Lampiran 3. Gambar Pakkat (Calamus caesius Blume)

1. A

B

2. A

B

3.A

B

Keterangan: 1. A = Rotan muda segar B = Pakkat segar 2. A = Rotan muda bakar

B = Pakkat bakar 3. A = Rotan muda segar


(4)

Lampiran 4. Gambar Alat Soxhlet

Kondensor

Alat soxhlet Sifon

Labu alas bulat


(5)

Lampiran 5. Skema Prosedur Penetapan Kadar Lemak (Pakkat Segar)

Dikupas dari kulit luarnya kemudian diambil bagian dalam yang berwarna putih

Dicuci bersih kemudian ditiriskan Ditimbang sebanyak ± 31 g Dipotong-potong kecil Dikeringkan

Dihaluskan dengan blender

Ditimbang ± 10 gram

Dimasukkan kedalam selongsong yang terbuat dari kertas saring

Dimasukkan selongsong kedalam alat Soxhlet lalu dipasang dengan labu alas bulat 500 ml yang berisi pelarut n-heksan sebanyak 200 ml

Dipasang kondensor dan dialirkan air pendingin melalui kondensor

Dilakukan ekstraksi lebih kurang 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali kedalam labu alas berwarna jernih

Dipindahkan ekstrak kedalam cawan porselin yang sudah diketahui beratnya dan diuapkan diatas penangas air hingga kering.

Diteruskan pengeringan di oven pada suhu100ºC Didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat konstan.

Rotan muda

Pakkat segar yang dikeringkan


(6)

Lampiran 6. Skema Prosedur Penetapan Kadar Lemak (Pakkat Bakar)

Dibakar bersama kulit luarnya sampai kehitaman selama 15 menit

Didinginkan

Dikupas kulit luarnya kemudian diambil bagian dalam yang berwarna putih

Dicuci bersih kemudian ditiriskan Ditimbang sebanyak ± 32 g Dipotong-potong kecil Dikeringkan

Dihaluskan dengan blender

Ditimbang ± 10 gram

Dimasukkan kedalam selongsong yang terbuat dari kertas saring

Dimasukkan selongsong kedalam alat Soxhlet lalu dipasang dengan labu alas bulat 500 ml yang berisi pelarut n-heksan sebanyak 200 ml

Dipasang kondensor dan diialirkan air pendingin melalui kondensor

Dilakukan ekstraksi lebih kurang 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali kedalam labu alas berwarna jernih

Dipindahkan ekstrak kedalam cawan porselin yang sudah diketahui beratnya dan diuapkan diatas penangas air hingga kering.

Diteruskan pengeringan di oven pada suhu 100ºC Didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat konstan

Pakkat bakar yang dikeringkan

Lemak Rotan muda


(7)

Lampiran 7. Skema Prosedur Penetapan Kadar Lemak (Pakkat Rebus)

Dikupas kulit luarnnya kemudian diambil bagian dalam yang berwarna putih

Dicuci bersih

Direbus sebanyak ± 32 g dengan air sebanyak 150 ml yang telah mendidih, dibiarkan selama 15 menit Ditiriskan air rebusannya kemudian didinginkan Dipotong-potong kecil

Dikeringkan

Dihaluskan dengan blender

Ditimbang ±10 gram

Dimasukkan kedalam selongsong yang terbuat dari kertas saring

Dimasukkan selongsong kedalam alat Soxhlet lalu dipasang dengan labu alas bulat 500 ml yang berisi pelarut n-heksan sebanyak 200 ml

Dipasang kondensor dan dialirkan air pendingin melalui kondensor

Dilakukan ekstraksi lebih kurang 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali kedalam labu alas berwarna jernih Dipindahkan ekstrak kedalam cawan porselin yang sudah diketahui beratnya dan diuapkan diatas penangas air hingga kering.

Diteruskan pengeringan di oven pada suhu 100ºC Didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat konstan

Rotan muda

Pakkat rebus yang dikeringkan


(8)

Lampiran 8. Skema Prosedur Penetapan Kadar Serat Tak Larut (Pakkat Segar)

Dikupas dari kulit luarnya kemudian diambil bagian dalam yang berwarna putih

Dicuci bersih

Ditimbang sebanyak ± 12 g Dipotong-potong kecil Dikeringkan

Dihaluskan dengan blender

Ditimbang ± 4 gram

Diekstraksi lemaknya dengan pelarut n-heksan sebanyak 100 ml selama kurang lebih 4 jam, sampai pelarutnya berwarna jernih

Dipindahkan sampel ke dalam erlenmeyer 600 ml Ditambahkan 200 ml larutan H2SO40,2 N

Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit Disaring dengan kertas saring

Dicuci dengan akuades mendidih sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diperiksa dengan indikator universal)

Dipindahkan residu dari kertas saring ke dalamerlenmeyer 600 ml kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,3 N sebanyak 200 ml Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit

Disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya

Dicuci dengan larutan K2SO4 10%

Dicuci lagi residunya dengan akuades mendidih dan 15 ml alkohol 95%

Dikeringkan di oven pada suhu 110ºC Didingankan dalam desikator

Ditimbang sampai berat konstan Pakkat segar yang dikeringkan

Filtrat Residu

Filtrat Residu

Serat Tak Larut


(9)

Lampiran 9. Skema Prosedur Penetapan Kadar Serat Tak Larut (Pakkat Bakar)

Dibakar bersama kulit luarnya sampai kehitaman selama 15 menit

Didinginkan

Dikupas kulit luarnya kemudian diambil bagian dalam berwarna putih

Dicuci bersih

Ditimbang sebanyak ± 13 g Dipotong-potong kecil Dikeringkan

Dihaluskan dengan blender

Ditimbang ± 4 g bahan kering

Diekstraksi lemaknya dengan pelarut n-heksan sebanyak 100 ml selama kurang lebih 4 jam, sampai pelarutnya berwarna jernih

Dipindahkan sampel ke dalam erlenmeyer 600 ml Ditambahkan 200 ml larutan H2SO40,2 N

Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit Disaring dengan kertas saring

Dicuci dengan akuades mendidih sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diperiksa dengan indikator universal)

Dipindahkan residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer 600 ml kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,3 Nsebanyak 200 ml Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit

Disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya

Dicuci dengan larutan K2SO4 10%

Dicuci lagi residunya dengan akuades mendidih dan 15 ml alkohol 95%

Dikeringkan di oven pada suhu 110ºC Didingankan dalam desikator

Ditimbang sampai berat konstan Pakkat bakar yang dikeringkan

Filtrat Residu

Filtrat Residu

Serat Tak Larut Rotan muda


(10)

Lampiran 10. Skema Prosedur Penetapan Kadar Serat Tak Larut (Pakkat Rebus)

Dikupas kulit luarnya kemudian diambil bagian dalam yang berwarna putih

Dicuci bersih

Direbus sebanyak ± 13 g dalam air sebanyak 50 ml yang telah mendidih, dibiarkan selama 15 menit

Ditiriskan air rebusannya kemudian didinginkan Dipotong-potong kecil

Dikeringkan

Dihaluskan dengan blender

Ditimbang ± 4 g bahan kering

Diekstraksi lemaknya dengan pelarut n-heksan sebanyak 100 ml selama kurang lebih 4 jam, sampai pelarutnya berwarna jernih

Dipindahkan sampel ke dalam erlenmeyer 600 ml Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 0,2 N

Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit Disaring dengan kertas saring

Dicuci dengan akuades mendidih sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diperiksa dengan indikator universal)

Dipindahkan residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer 600 ml kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,3 N sebanyak 200 ml Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit

Disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya

Dicuci dengan larutan K2SO4 10%

Dicuci lagi residunya dengan akuades mendidih dan 15 ml alkohol 95%

Dikeringkan di oven pada suhu 110ºC Didingankan dalam desikator

Ditimbang sampai berat konstan Pakkat rebus yang dikeringkan

Filtrat Residu

Filtrat Residu

Serat Tak Larut Rotan muda


(11)

Lampiran 11. Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Sampel Terhadap “Dry Basis”

1. Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Pakkat Segar Terhadap “Dry Basis” No. Berat sampel

(g)

Berat cawan kosong

(g)

Berat cawan + lemak

(g)

Kadar lemak (g/100g)

1 10,0100 88,4290 88,9377 5,08

2 10,0125 87,5691 88,1267 5,57

3 10,0150 89,2897 89,8417 5,51

4 10,0165 89,2496 89,8087 5,58

5 10,0180 89,4869 90,0407 5,53

6 10,0195 89,2490 89,7791 5,29

2. Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Pakkat Bakar Terhadap “Dry Basis” No. Berat sampel

(g)

Berat cawan kosong

(g)

Berat cawan + lemak

(g)

Kadar lemak (g/100g)

1 10,0100 88,4297 88,7677 3,38

2 10,0125 89,4897 89,8807 3,91

3 10,0150 89,2897 89,6917 4,01

4 10,0165 89,2497 89,6787 4,28

5 10,0180 87,5697 87,9867 4,16


(12)

Lampiran 11. (lanjutan)

3. Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Pakkat Rebus Terhadap “Dry Basis” No. Berat sampel

(g)

Berat cawan kosong

(g)

Berat cawan + lemak

(g)

Kadar lemak (g/100g)

1 10,0100 88,4296 88,6070 1,78

2 10,0125 89,4897 89,6607 1,71

3 10,0150 89,2896 89,5017 2,12

4 10,0165 89,2493 89,5087 2,59

5 10,0180 87,5695 87,8067 2,37

6 10,0195 89,2593 89,4397 1,80

Kadar Lemak (%) = (Berat cawan + lemak) g – (Berat cawan kosong) g

(Berat sampel) g x 100%

Contoh perhitungan kadar lemak pada pakkat segar terhadap “dry basis”, nomor 1

Kadar lemak =(88,9377) g – (88,4290) g

(10,0100) g x 100%

= 5,08%

= 5,08 g/100g

Dengan cara yang sama diperoleh kadar lemak sampel pakkat bakar dan pakkat rebus terhadap “dry basis”.


(13)

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Kadar Lemak Pada Pakkat Segar Terhadap

“Wet Basis”

Hasil pengeringan 31,2530 g pakkat segar menghasilkan 10,0100 g pakkat segar yang dikeringkan. Maka, 100 g pakkat segar yang dikeringkan terdapat dalam:

= 100 g

10,0100 g x 31,2530 g

= 312,2178 g pakkat segar

Kadar lemak pakkat segar terhadap “dry basis” = 5,08 g/100 g Dalam 100 g pakkat segar terdapat:

Kadar lemak pakkat segar terhadap “wet basis” = 100 g

312,2178 g x 5,08 g

= 1,63 g/100g

Perhitungan kadar lemak terhadap pakkat segar untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.


(14)

Lampiran 13. Contoh Perhitungan Kadar Lemak Pada Pakkat Bakar Terhadap

“Wet Basis”

Hasil pengeringan 32,5280 g pakkat bakar menghasilkan 10,0100 g pakkat bakar yang dikeringkan. Maka, 100 g pakkat bakar yang dikeringkan terdapat dalam

= 100 g

10,0100 gx 32,5280 g

= 324,9550 g pakkat bakar

Kadar lemak pakkat bakar terhadap “dry basis” = 3,38 g/100 g Dalam 100 g pakkat bakar terdapat:

Kadar lemak pakkat bakar terhadap “wet basis” = 100 g

324,9550 g x 3,38 g

= 1,04 g/100g

Perhitungan kadar lemak terhadap pakkat bakar untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.


(15)

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Kadar Lemak Pada Pakkat Rebus Terhadap

“Wet Basis”

Hasil pengeringan 31,2530 g pakkat rebus menghasilkan 10,0100 g pakkat rebus yang dikeringkan. Maka, 100 g pakkat rebus yang dikeringkan terdapat dalam:

= 100 g

10,0100 g x 32,5950 g

= 325,6244 g pakkat rebus

Kadar lemak pakkat rebus terhadap “dry basis” = 1,78 g/100 g Dalam 100 g pakkat rebus terdapat:

Kadar lemak pakkat rebus terhadap “wet basis” = 100 g

325,6244 g x 1,78 g

= 0,55 g/100g

Perhitungan kadar lemak terhadap pakkat rebus untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.


(16)

Lampiran 15. Hasil Penetapan Kadar Lemak Pada Sampel

1. Hasil Penetapan kadar Lemak Pada Pakkat Segar

No. Berat Sampel basah (g)

Berat sampel kering (g)

Kadar Lemak (g/100 g) Terhadap “dry

basis”

Terhadap “wet basis”

1 31,2530 10,0100 5,08 1,63

2 31,2564 10,0125 5,57 1,78

3 31,2496 10,0150 5,51 1,77

4 31,2581 10,0165 5,58 1,79

5 31,2512 10,0180 5,53 1,77

6 31,2508 10,0195 5,29 1,70

2. Hasil Penetapan Kadar Lemak Pada Pakkat Bakar

No. Berat Sampel basah (g)

Berat sampel kering (g)

Kadar Lemak (g/100g) Terhadap “dry

basis”

Terhadap “wet basis”

1 32,5280 10,0100 3,28 1,04

2 32,5302 10,0125 3,91 1,20

3 32,5241 10,0150 4,01 1,23

4 32,5218 10,0165 4,28 1,32

5 32,5296 10,0180 4,16 1,24

6 32,5274 10,0195 3,29 1,01

3. Hasil Penetapan Kadar Lemak Pada Pakkat Rebus

No. Berat Sampel basah (g)

Berat sampel kering (g)

Kadar Lemak (g/100g) Terhadap “dry

basis”

Terhadap “wet basis”

1 32,5950 10,0100 1,78 0,55

2 32,5904 10,0125 1,71 0,53

3 32,523 10,0150 2,12 0,65

4 32,5975 10,0165 2,59 0,79

5 32,5991 10,0180 2,37 0,73


(17)

Lampiran 16. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak

Sebenarnya pada Pakkat Segar Terhadap “Dry Basis”

No. Xi

Kadar Lemak (g/100 g) (Xi-X) (Xi-X)²

1 5,08 -0,35 0,1225

2 5,57 0,14 0,0196

3 5,51 0,08 0,0064

4 5,58 0,15 0,0225

5 5,53 0,10 0,0100

6 5,29 -0,14 0,0196

∑ Xi= 32,56 ∑ (Xi-X)² = 0,2006

X= 5,43

SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,2006

6−1 = 0,20

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

−0,34

0,20 /√6

= 4,25 (data ditolak)

thitung2=

0,14


(18)

Lampiran 16. (lanjutan)

thitung3=

0,08

0,20/√6

= 1 (data diterima)

thitung4=

0,15

0,20 /√6

= 1,88 (data diterima)

thitung5=

0,10

0,20 /√6

= 1,25 (data diterima)

thitung6=

-0,14

0,20 /√6

= 1,75 (data diterima)

Data 1 ditolak, karena thitung ≥ ttabel, maka data yang dipakai adalah 2,3,4,5 dan 6.

No. Xi

Kadar Lemak (g/100 g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 5,57 0,07 0,0049

2 5,51 0,01 0,0001

3 5,58 0,08 0,0064

4 5,53 0,03 0,0009

5 5,29 -0,21 0,0441

∑ Xi= 27,48 ∑ (Xi-X)² = 0,0564

X= 5,50

SD =

∑(Xi−X)²

�−1 =

0,2952

5−1 = 0,12

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 5-1 = 4. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 4 = 4,6041 Data diterima jika thitung ≤ ttabel


(19)

Lampiran 16. (lanjutan)

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

0,07

0,12 /√5

= 1,40 (data diterima)

thitung2=

0,01

0,12 /√5

= 0,20 (data diterima)

thitung3=

0,08

0,12/√5

= 1,60 (data diterima)

thitung4=

0,03

0,12 /√5

= 0,60 (data diterima)

thitung5=

-0,21

0,12 /√5

= 4,20 (data diterima)

Semua data diterima, karena thitung ≤ttabel.

Kadar lemak pada pakkat segar terhadap “dry basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (5,50 ± 0,2302) g/100g

Kadar lemak sebenarnya dalam pakkat segar terhadap “dry basis” adalah (5,50 ± 0,2302) g/100g.


(20)

Lampiran 17. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak

Sebenarnya pada Pakkat Segar Terhadap “Wet Basis”

No. Xi

Kadar Lemak (g/100 g) (Xi-X) (Xi-X)²

1 1,63 -0,11 0,0121

2 1,78 0,04 0,0016

3 1,77 0,03 0,0009

4 1,79 0,05 0,0025

5 1,77 0,03 0,0009

6 1,70 -0,04 0,0016

∑ Xi= 10,44 ∑ (Xi-X)² = 0,0196

X= 1,74

SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,0196

6−1 = 0,06

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

−0,11

0,06 /√6

= 0,74 (data diterima)

thitung2=

0,04


(21)

Lampiran 17. (lanjutan)

thitung3=

0,03

0,06 /√6

= 0,20 (data diterima)

thitung4=

0,05

0,06 /√6

= 0,34 (data diterima)

thitung5=

0,03

0,06 /√6

= 0,20 (data diterima)

thitung6=

-0,04

0,06 /√6

= 0,27 (data diterima)

Semua data diterima, karena thitung ≤ ttabel.

Kadar lemak pada pakkat segar terhadap “wet basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (1,74 ± 0,6048) g/100 g

Kadar lemak sebenarnya dalam pakkat segar terhadap “wet basis” adalah (1,74 ± 0,6048) g/100 g.


(22)

Lampiran 18. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak

Sebenarnya pada Pakkat Bakar Terhadap “Dry Basis”

No. Xi

Kadar Lemak (g/100 g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 3,38 -0,46 0,2116

2 3,91 0,07 0,0049

3 4,01 0,17 0,0289

4 4,29 0,45 0,2025

5 4,16 0,32 0,1024

6 3,29 -0,55 0,3025

∑ Xi= 23,04 ∑ (Xi-X)² = 0,8528

X= 3,84

SD =

∑(Xi−X)²

�−1 =

0,8528

6−1 = 0,41

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

−0,46

0,41 /√6

= 2,71 (data diterima)

thitung2=

0,07

0,41 /√6

= 0,41 (data diterima)

thitung3=

0,17


(23)

Lampiran 18. (lanjutan)

thitung4=

0,45

0,41 /√6

= 2,65 (data diterima)

thitung5=

0,32

0,41 /√6

= 1,88 (data diterima)

thitung6=

-0,55

0,41 /√6

= 3,24 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ttabel.

Kadar lemak pada pakkat bakar terhadap “dry basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (3,84 ± 0,6855) g/100g

Kadar lemak sebenarnya dalam pakkat bakar terhadap “dry basis” adalah (3,84 ± 0,6855) g/100g.


(24)

Lampiran 19. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak

Sebenarnya pada Pakkat Bakar Terhadap “Wet Basis”

No. Xi

Kadar Lemak (g/100 g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 1,04 -0,13 0,0169

2 1,20 0,03 0,0009

3 1,23 0,06 0,0036

4 1,32 0,15 0,0225

5 1,24 0,07 0,0049

6 1,01 -0,16 0,0256

∑ Xi= 7,04 ∑ (Xi-X)² = 0,0744

X= 1,17

SD =

∑(Xi−X)²

�−1 =

0,0744

6−1 = 0,12

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

−0,13

0,12 /√6

= 0,45 (data diterima)

thitung2=

0,03

0,12 /√6

= 0,10 (data diterima)

thitung3=

0,06


(25)

Lampiran 19. (lanjutan)

thitung4=

0,15

0,12 /√6

= 0,52 (data diterima)

thitung5=

0,07

0,12 /√6

= 0,24 (data diterima)

thitung6=

-0,16

0,12 /√6

= 0,55 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ttabel.

Kadar lemak pada pakkat bakar terhadap “wet basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (1,17 ± 1,1693) g/100g

Kadar lemak sebenarnya dalam pakkat bakarterhadap “wet basis” adalah (1,17 ± 1,1693) g/100g.


(26)

Lampiran 20. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak

Sebenarnya pada Pakkat Rebus Terhadap “Dry Basis”

No. Xi

Kadar Lemak (g/100 g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 1,78 -0,28 0,0784

2 1,71 -0,35 0,1225

3 2,12 0,06 0,0036

4 2,59 0,53 0,2809

5 2,37 0,31 0,0961

6 1,80 -0,26 0,0676

∑ Xi= 12,37 ∑ (Xi-X)² = 0,6491

X= 2,06

SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,6491

6−1 = 0,36

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

−0,28

0,36 /√6

= 1,87 (data diterima)

thitung2=

-0,35


(27)

Lampiran 20. (lanjutan)

thitung3=

0,06

0,36 /√6

= 0,40 (data diterima)

thitung4=

0,53

0,36 /√6

= 3,53 (data diterima)

thitung5=

0,31

0,36 /√6

= 2,07 (data diterima)

thitung6=

-0,26

0,36 /√6

= 1,73 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ ttabel.

Kadar lemak pada pakkat rebus terhadap “dry basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (2,06 ± 0,6048) g/100g

Kadar lemak sebenarnya dalam pakkat rebus terhadap “dry basis” adalah (2,06 ± 0,6048) g/100 g.


(28)

Lampiran 21. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak

Sebenarnya pada Pakkat Rebus Terhadap “Wet Basis”

No. Xi

Kadar Lemak (g/100 g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 0,55 -0,09 0,0081

2 0,53 -0,11 0,0121

3 0,65 0,01 0,0001

4 0,79 0,15 0,0225

5 0,73 0,09 0,0081

6 0,55 -0,09 0,0081

∑ Xi= 3,80 ∑ (Xi-X)² = 0,0590

X= 0,64

SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,0118

6−1 = 0,11

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

−0,09

0,11 /√6

= 0,34 (data diterima)

thitung2=

-0,11


(29)

Lampiran 21. (lanjutan)

thitung3=

0,01

0,11 /√6

= 0,04 (data diterima)

thitung4=

0,15

0,11 /√6

= 0,56 (data diterima)

thitung5=

0,09

0,11 /√6

= 0,34 (data diterima)

thitung6=

-0,09

0,11 /√6

= 0,34 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ ttabel.

Kadar lemak pada pakkat rebus terhadap “wet basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (0,64 ± 1,0887) g/100g

Kadar lemak sebenarnya dalam pakkat rebus terhadap “wet basis” adalah (0,64 ± 1,0887) g/100g.


(30)

Lampiran 22. Persentase Penurunan Kadar Lemak Pada Pakkat Terhadap

“Dry Basis”

Persentase penurunan kadar lemak pada pakkat segar dan pakkat bakar Kadar lemak pada pakkat segar adalah 5,50 g/100 g

Kadar lemak pada pakkat bakar adalah 3,84 g/100 g Persentase penurunan kadar:

=(Kadar lemak pakkat segar ) g – (Kadar lemak pakkat bakar ) g

(Kadar lemak pakkat segar ) g x 100%

= (5,50 −3,84) g

(5,50)g x 100% = 30,18%

Persentase penurunan kadar lemak pada pakkat segar dan pakkat rebus Kadar lemak pada pakkat segar adalah 5,50 g/100 g

Kadar lemak pada pakkat rebus adalah 2,06 g/100 g Persentase penurunan kadar:

= (Kadar lemak pakkat segar ) g – (Kadar lemak pakkat rebus ) g

(Kadar lemak pakkat segar ) g x 100%

= (5,50−2,06) g


(31)

Lampiran 23. Persentase Penurunan Kadar Lemak Pada Pakkat Terhadap

“Wet Basis”

Persentase penurunan kadar lemak pada pakkat segar dan pakkat bakar Kadar lemak pada pakkat segar adalah 1,74 g/100 g

Kadar lemak pada pakkat bakar adalah 1,17 g/100 g Persentase penurunan kadar:

=(Kadar lemak pakkat segar ) g – (kadar lemak pakkat bakar ) g

(kadar lemak pakkat segar) g x 100%

= (1,74 −1,17) g

(1,74)g x 100% = 31,03%

Persentase penurunan kadar lemak pada pakkat segar dan pakkat rebus Kadar lemak pada pakkat segar adalah 1,74 g/100 g

Kadar lemak pada pakkat rebus adalah 0,64 g/100 g Persentase penurunan kadar:

=(Kadar lemak pakkat segar ) g – (Kadar lemak pakkat rebus ) g

(Kadar lemak pakkat segar ) g x 100%

= (1,74−0,64) g


(32)

Lampiran 24. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut pada Sampel Terhadap

“Dry Basis”

1. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut pada Pakkat Segar Terhadap “Dry Basis” No. Berat sampel (g) Berat kertas saring (g) Berat kertas saring + sampel

setelah dikeringkan (g) Berat residu (g) Kadar serat tak larut (g/100g)

1 4,0125 1,7450 1,7852 0,0402 1,001

2 4,0165 1,7232 1,7626 0,0394 0,98

3 4,0150 1,7324 1,7696 0,0372 0,93

4 4,0180 1,6789 1,7174 0,0385 0,96

5 4,0100 1,6878 1,7257 0,0379 0,95

6 4,0195 1,7114 1,7478 0,0364 0,91

2. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut pada Pakkat Bakar Terhadap “Dry Basis” No. Berat sampel (g) Berat kertas saring (g) Berat kertas saring + sampel setelah dikeringkan (g) Berat residu (g) Kadar serat tak larut (g/100g)

1 4,0125 1,7560 1,7754 0,0194 0,48

2 4,0165 1,7302 1,7481 0,0179 0,45

3 4,0150 1,7430 1,7628 0,0198 0,49

4 4,0180 1,6746 1,6928 0,0182 0,45

5 4,0100 1,6834 1,7013 0,0189 0,47


(33)

Lampiran 24. (lanjutan)

3. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut pada Pakkat Rebus Terhadap “Dry Basis” No. Berat sampel (g) Berat kertas saring (g) Berat kertas saring + sampel

setelah dikeringkan (g) Berat residu (g) Kadar serat tak larut (g/100g)

1 4,0125 1,7621 1,7713 0,0092 0,23

2 4,0165 1,6912 1,6993 0,0081 0,20

3 4,0150 1,7075 1,7171 0,0096 0,24

4 4,0180 1,7020 1,7107 0,0087 0,22

5 4,0100 1,7134 1,7227 0,0093 0,23

6 4,0195 1,7267 1,7351 0,0084 0,21

Berat residu = Berat kertas saring dan residu – Berat kertas saring Kadar Serat Tak Larut (%) = (berat residu) g

(berat sampel) gx 100%

Contoh perhitungan kadar serat tak larut pada pakkat segar terhadap “dry basis”, nomor 1

% kadar serat tak larut = 0,0402 g

4,0125 g x 100%

= 1,001 g/100g

Dengan cara yang sama diperoleh kadar serat tak larut untuk sampel pakkat bakar dan pakkat rebus terhadap “dry basis”.


(34)

Lampiran 25. Contoh Perhitungan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Segar

Terhadap “Wet Basis”

Hasil pengeringan 12,5012 g pakkat segar menghasilkan 4,0125 g pakkat segar yang dikeringkan. Maka, 100 g pakkat segar yang dikeringkan terdapat dalam:

= 100 g

4,0125 g x 12,5012 g

= 311,5563 g pakkat segar

Kadar serat tak larut pakkat segar terhadap “dry basis” = 1,001 g/100 g Dalam 100 g pakkat segar terdapat:

Kadar serat tak larut pakkat segar terhadap “wet basis” = 100 g

311,5563 g x 1,003 g

= 0,32 g/100g

Perhitungan kadar serat tak larut pada pakkat segar terhadap “wet basis” untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.


(35)

Lampiran 26. Contoh Perhitungan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Bakar

Terhadap “Wet Basis”

Hasil pengeringan 13,0112 g pakkat bakar menghasilkan 4,0125 g pakkat bakar yang dikeringkan. Maka, 100 g pakkat bakar yang dikeringkan terdapat dalam:

= 100 g

4,0125 g x 13,0112 g

= 324,2667 g pakkat bakar

Kadar serat tak larut pakkat bakar terhadap “dry basis” = 0,48 g/100 g Dalam 100 g pakkat bakar terdapat:

Kadar serat tak larut pakkat bakar terhadap “wet basis” = 100 g

324,2667 g x 0,48 g

= 0,15 g/100g

Perhitungan kadar serat tak larut pada pakkat bakar terhadap “wet basis” untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.


(36)

Lampiran 27. Contoh Perhitungan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Rebus

Terhadap “Wet Basis”

Hasil pengeringan 13,0380 g pakkat rebus menghasilkan 4,0125 g pakkat rebus yang dikeringkan. Maka, 100 g pakkat rebus yang dikeringkan terdapat dalam:

= 100 g

4,0125 g x 13,0380 g

= 324,9346 g pakkat rebus

Kadar serat tak larut pakkat rebus terhadap “dry basis” = 0,23 g/100 g Dalam 100 g pakkat rebus terdapat:

Kadar serat tak larut pakkat rebus terhadap “wet basis” = 100 g

324,9346 g x 0,23 g

= 0,07 g/100g

Perhitungan kadar serat tak larut pada pakkat rebus terhadap “wet basis” untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.


(37)

Lampiran 28. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut Pada Sampel

1. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Segar

No. Berat Sampel basah (g)

Berat sampel kering (g)

Kadar Serat Tak Larut (g/100g) Terhadap “dry

basis”

Terhadap “wet basis”

1 12,5012 4,0125 1,001 0,32

2 12,5046 4,0165 0,98 0,31

3 12,5072 4,0150 0,93 0,30

4 12,4998 4,0180 0,96 0,31

5 12,5033 4,0100 0,95 0,30

6 12,4975 4,0195 0,91 0,29

2. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Bakar

No. Berat Sampel basah (g)

Berat sampel kering (g)

Kadar Serat Tak Larut (g/100g) Terhadap “dry

basis”

Terhadap “wet basis”

1 13,0112 4,0125 0,48 0,15

2 13,0146 4,0165 0,45 0,14

3 13,0131 4,0150 0,49 0,15

4 13,0163 4,0180 0,45 0,14

5 13,0204 4,0100 0,47 0,14

6 13,0196 4,0195 0,46 0,14

3. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Rebus

No. Berat Sampel basah (g)

Berat sampel kering (g)

Kadar Serat Tak Larut (g/100g) Terhadap “dry

basis”

Terhadap “wet basis”

1 13,0380 4,0125 0,23 0,07

2 13,0314 4,0165 0,20 0,06

3 13,0362 4,0150 0,24 0,07

4 13,0337 4,0180 0,22 0,07

5 13,0396 4,0100 0,23 0,07


(38)

Lampiran 29. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat

Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Segar Terhadap “Dry Basis”

No.

Xi

Kadar Serat Tak Larut (g/100g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 1,002 0,05 0,0025

2 0,98 0,03 0,0009

3 0,93 -0,02 0,0004

4 0,96 0,01 0,0001

5 0,95 0 0

6 0,91 -0,04 0,0016

∑ Xi=5,73 ∑ (Xi-X)² = 0,0055

X= 0,95 SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,0055

6−1 = 0,033

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

0,05

0,033 /√6

= 3,85 (data diterima)

thitung2=

0,03


(39)

Lampiran 29. (lanjutan)

thitung3=

-0,02

0,033 /√6

= 1,53 (data diterima)

thitung4=

0,01

0,033 /√6

= 0,77 (data diterima)

thitung5=

0

0,033 /√6

= 0 (data diterima)

thitung6=

-0,04

0,033 /√6

= 3,07 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ ttabel.

Kadar serat tak larut pada pakkat segar terhadap “dry basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (0,95 ± 0,0525) g/100g

Kadar serat tak larut sebenarnya dalam pakkat segar terhadap “dry basis” adalah (0,95 ± 0,0525) g/100g.


(40)

Lampiran 30. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat

Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Segar Terhadap “Wet Basis”

No.

Xi

Kadar Serat Tak Larut (g/100g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 0,32 0,02 0,0004

2 0,31 0,01 0,0001

3 0,30 0 0

4 0,31 0,01 0,0001

5 0,30 0 0

6 0,29 -0,01 0,0001

∑ Xi= 1,83 ∑ (Xi-X)² = 0,0007

X= 0,30 SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,0007

6−1 = 0,012

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

0,02

0,012 /√6

= 0,69 (data diterima)

thitung2=

0,01


(41)

Lampiran 30. (lanjutan)

thitung3=

0

0,012/√6

= 0 (data diterima)

thitung4=

0,01

0,012 /√6

= 0,34 (data diterima)

thitung5=

0

0,012 /√6

= 0 (data diterima)

thitung6=

-0,01

0,012 /√6

= 0,34 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ ttabel.

Kadar serat tak larut pada pakkat segar terhadap “wet basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (0,30 ± 0,1169) g/100g

Kadar serat tak larut sebenarnya dalam pakkat segar terhadap “wet basis” adalah (0,30 ± 0,1169) g/100g.


(42)

Lampiran 31. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat

Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Bakar Terhadap “Dry Basis”

No.

Xi

Kadar Serat tak larut (g/100g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 0,48 0,01 0,0001

2 0,45 -0,03 0,0009

3 0,49 0,02 0,0004

4 0,45 -0,02 0,0004

5 0,47 0 0

6 0,46 -0,01 0,0001

∑ Xi= 2,80 ∑ (Xi-X)² = 0,0019

X= 0,47 SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,0019

6−1 = 0,02

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

0,01

0,02 /√6

= 1,25 (data diterima)

thitung2=

-0,03


(43)

Lampiran 31. (lanjutan)

thitung3=

0,02

0,02 √6

= 2,50 (data diterima)

thitung4=

-0,02

0,02 /√6

= 2,50 (data diterima)

thitung5=

0

0,02 /√6

= 0 (data diterima)

thitung6=

-0,01

0,02 /√6

= 1,25 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ ttabel.

Kadar serat tak larut pada pakkat bakar terhadap “dry basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (0,47 ± 0,0323) g/100g

Kadar serat tak larut sebenarnya dalam pakkat bakar terhadap “dry basis” adalah (0,47 ± 0,0323) g/100g.


(44)

Lampiran 32. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat

Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Bakar Terhadap “Wet Basis”

No.

Xi

Kadar Serat tak larut (g/100g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 0,15 0,01 0,0001

2 0,14 0 0

3 0,15 0,01 0,0001

4 0,14 0 0

5 0,14 0 0

6 0,14 0 0

∑ Xi= 0,86 ∑ (Xi-X)² = 0,0002

X= 0,14 SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,0002

6−1 = 0,006

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

0,01

0,006 /√6

= 0,67 (data diterima)

thitung2=

0


(45)

Lampiran 32. (lanjutan)

thitung3=

0,01

0,006 √6

= 0,67 (data diterima)

thitung4=

0

0,006 /√6

= 0 (data diterima)

thitung5=

0

0,006 /√6

= 0 (data diterima)

thitung6=

0

0,006 /√6

= 0(data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ ttabel.

Kadar serat tak larut pada pakkat bakar terhadap “wet basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (0,14 ± 0,0605) g/100g

Kadar serat tak larut sebenarnya dalam pakkat bakar terhadap “wet basis” adalah (0,14 ± 0,0605) g/100g.


(46)

Lampiran 33. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat

Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Rebus Terhadap “Dry Basis”

No.

Xi

Kadar Serat Tak Larut (g/100g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 0,23 0,01 0,0001

2 0,20 -0,02 0,0004

3 0,24 0,02 0,0004

4 0,22 0 0

5 0,23 0,01 0,0001

6 0,21 -0,01 0,0001

∑ Xi= 1,33 ∑ (Xi-X)² = 0,0011

X= 0,22 SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,0011

6−1 = 0,015

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

0,01

0,015 /√6

= 0,25 (data diterima)

thitung2=

-0,02


(47)

Lampiran 33. (lanjutan)

thitung3=

0,02

0,015 /√6

= 0,5 (data diterima)

thitung4=

0

0,015 /√6

= 0 (data diterima)

thitung5=

0,01

0,015 /√6

= 0,25 (data diterima)

thitung6=

-0,01

0,015 √6

= 0,25 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ ttabel.

Kadar serat tak larut pada pakkat rebus terhadap “dry basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (0,22 ± 0,0238) g/100g

Kadar serat tak larut sebenarnya dalam pakkat rebus terhadap “dry basis” adalah (0,22 ± 0,0238) g/100g.


(48)

Lampiran 34. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat

Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Rebus Terhadap “Wet Basis”

No.

Xi

Kadar Serat Tak Larut (g/100g)

(Xi-X) (Xi-X)²

1 0,07 0,01 0,0001

2 0,06 0 0

3 0,07 0,01 0,0001

4 0,07 0,01 0,0001

5 0,07 0,01 0,0001

6 0,06 0 0

∑ Xi= 0,40 ∑ (Xi-X)² = 0,0004

X= 0,06 SD =

∑(Xi−X)²

�−1

=

0,0004

6−1 = 0,009

Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5. Diperoleh ttabel= (1 – 1/2α); dk

= (1 – 0,005); 5 = 4,0321 Data diterima jika thitung ≤ ttabel

thitung=

�−��

��/√�

thitung1=

0,01

0,009 /√6

= 2,5 (data diterima)

thitung2=

0


(49)

Lampiran 34. (lanjutan)

thitung3=

0,01

0,009 /√6

= 2,5 (data diterima)

thitung4=

0,01

0,009 /√6

= 2,5 (data diterima)

thitung5=

0,01

0,009/√6

= 2,5 (data diterima)

thitung6=

0

0,009√6

= 0 (data diterima)

Semua data diterima, karena semua thitung≤ ttabel.

Kadar serat tak larut pada pakkat rebus terhadap “wet basis”: µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √�)

µ = (0,06 ± 0,0161) g/100g

Kadar serat tak larut sebenarnya dalam pakkat rebus terhadap “wet basis” adalah (0,06 ± 0,0161) g/100g.


(50)

Lampiran 35. Persentase Penurunan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat

Terhadap “Dry Basis”

Persentase penurunan kadar serat tak larut pada pakkat segar dan pakkat bakar Kadar serat tak larut pada pakkat segar adalah 0,95 g/100 g

Kadar serat tak larut pada pakkat bakar adalah 0,47 g/100 g Persentase penurunan kadar:

=�Kadar STL pakkat segar� g −�Kadar STL pakkat bakar�g

�Kadar STL pakkat segar�g x 100%

= (0,95 −0,47) g

(0,95)g x 100% = 50,52%

Persentase penurunan kadar serat tak larut pada pakkat segar dan pakkat rebus Kadar serat tak larut pada pakkat segar adalah 0,95 g/100 g

Kadar serat tak larut pada pakkat rebus adalah 0,22 g/100 g Persentase penurunan kadar:

=�Kadar STL pakkat segarKadar STL pakkat segar� g −�Kadar STL pakkat rebusg �g x 100%

= (0,95 − 0,22) g

(0,95) g x 100% = 76,84%


(51)

Lampiran 36. Persentase Penurunan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat

Terhadap “Wet Basis”

Persentase penurunan kadar serat tak larut pada pakkat segar dan pakkat bakar Kadar serat tak larut pada pakkat segar adalah 0,30 g/100 g

Kadar serat tak larut pada pakkat bakar adalah 0,14 g/100 g Persentase penurunan kadar:

=�Kadar STL pakkat segar� g −�Kadar STL pakkat bakar�g

�Kadar STL pakkat segar�g x 100%

= (0,30 −0,14) g

(0,30)g x 100% = 53,33%

Persentase penurunan kadar serat tak larut pada pakkat segar dan pakkat rebus Kadar serat tak larut pada pakkat segar adalah 0,30 g/100 g

Kadar serat tak larut pada pakkat rebus adalah 0,06 g/100 g Persentase penurunan kadar:

=�Kadar STL pakkat segar� g −�Kadar STL pakkat rebus�g

�Kadar STL pakkat segar�g x 100%

= (0,30−0,06) g

(0,30) g x 100% = 80%


(52)

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyar, H. (2016). Analisis Kalsium, Kalium dan Magnesium pada Pakkat (Calamus caesius Blume.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom.Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1135, 1216.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI.(2007). Gizi Dan

Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Halaman 47-48.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 91-92.

Harrist, E. (2014).Pucuk Rotan, Sajian Unik Buka Puasa Khas Medan. Ginting, E.E. (2015). Pembuatan Tepung Wortel Serta Penetapan Kadar Protein

Dan Lemak. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Sumatera Utara. Halaman 32.

Jasni, Krisdianto, Titi, K., dan Abdurachman. (2012). Atlas Rotan Indonesia. Jilid 3. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan. Halaman 10.

Krisno, A. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. Malang: UMM Press. Halaman 34.

Lubis, I.Y. (2015). Analisis Kadar Protein Total dan Non Protein Nitrogen Pada Pakkat (Calamaus caesius Blume.) Dengan Metode

Kjeldahl.Skripsi.Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 15-16, 36-38.

Lusiyatiningsih, T. (2014). Uji Kadar Serat, Protein Dan Sifat Organoleptik Pada

Tempe Dari Bahan Dasar Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L) Dengan Penambahan Jagung Dan Bekatul. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Halaman 7, 8.

Meloan, C., dan Pomeranz, Y. (1987). Food Analysis: Theory and Practice. Edisi Kedua. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Halaman 679-681. Piliang, W.G., dan Djojosoebagio, S. (1996). Fisioligi Niutrisi. Vol. I. Edisi


(54)

Poedjadi, A. dan Supriyanti, T. (2007). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press. Halaman 51-52, 59.

Salamah, E., Sri, P., dan Rika, K., (2012). Kandungan Mineral Remis (Corbicula javanica) Akibat Proses Pengolahan. Jurnal Akuatika. III (1): 77.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 73-74, 124-125.

Sinambela, A. (2011). Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Halaman 3.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian.Yogyakarta: Liberty. Halaman 92, 105-108.

Sudjana.(2005). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito. Halaman 93, 168.

Suwita, I.K., Razak, M., dan Putri, R.A. (2010). Pemanfaatan Bayam Merah (Blitum Rubrum) Untuk Meningkatkan Kadar Zat Besi Dan Serat Pada Mie Kering. Jurnal. Malang: Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes. Halaman 25.

Tapotubun A. M, Nanlohy, E., dan Louhenapessy, J. (2008). Efek Waktu

Pemanasan Terhadap Mutu Presto Beberapa Jenis Ikan. Ichthyos.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan maksud mengetahui pengaruh/hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini yakni pembakaran dan perebusan merupakan variabel bebas sedangkan kadar lemak dan serat tak larut merupakan variabel terikat. Penelitian dilakukan di Laboratorium Sintesis Bahan Obat Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan November 2015-Januari 2016. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense, Laboratorium Herbarium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, alat soklet, cawan porselin, kertas saring, indikator universal, desikator, oven, blender dan alat-alat gelas laboratorium lainnya.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini keluaran Emsure® antara lain n-heksan, H2SO4 P, NaOH pelet, K2SO4, alkohol 95% dan aquades.

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas


(56)

pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang tidak diambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang sedang diteliti (Sudjana, 2005).

Sampel yang diambil adalah rotan muda dari hutan desa Lumbanpasir Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing natal. Gambar rotan muda yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 31.

3.3.2 Penyiapan Sampel 3.3.2.1 Pakkat Segar

Rotan muda dikupas kulit luarnya dan diambil bagian dalam yang berwarna putih. Kemudian dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan, selanjutnya sebanyak 300 gram dipotong-potong kecil untuk dikeringkan setelah kering dihaluskan dengan blender sehingga menjadi serbuk.

3.3.2.2 Pakkat Bakar

Rotan muda yang belum dikupas dari kulit luarnya dibakar sampai kulit luarnya berwarna kehitaman selama ±15 menit, didinginkan, kemudian dikupas kulit luarnya dan diambil bagian dalamnya. Kemudian dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan, selanjutnya sebanyak 300 gram dipotong-potong kecil untuk dikeringkan setelah kering dihaluskan dengan blender sehingga menjadi serbuk.

3.3.2.3 Pakkat Rebus

Rotan muda dikupas kulit luarnya dan diambil bagian dalam yang berwarna putih. Kemudian dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan, selanjutnya sebanyak 300 gram dimasukkan kedalam air sebanyak 1500 ml yang


(57)

telah mendidih kemudian dibiarkan selama ±15 menit, ditiriskan air rebusannya kemudian didinginkan, selanjutnya dipotong-potong kecil untuk dikeringkan setelah kering dihaluskan dengan blender sehingga menjadi serbuk.

3.3.3 Pembuatan Pereaksi 3.3.3.1Pembuatan H2SO4 0,2 N

Dibuat dengan mencampurkan 20 ml H2SO4 98% dalam 3600 ml akuades

(Ditjen POM, 1995).

3.3.3.2Pembuatan NaOH 0,3 N

Dibuat dengan melarutkan 43,2 g NaOH dalam 3600 ml akuades bebas CO2 (Ditjen POM, 1995).

3.3.3.3Pembuatan K2SO4 10%

Dibuat dengan melarutkan 10 g K2SO4 dalam 100 ml aquades bebas CO2

(Ditjen POM, 1995).

3.3.4 Penetapan Kadar Lemak

Ditimbang lebih kurang 10 gram sampel kering, dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring, kemudian dimasukkan ke dalam alat Soxhlet, kemudian dihubungkan dengan labu alas bulat 500 ml yang telah berisi 200 ml n-heksan, dipasang kondensor selanjutnya dialirkan air sebagai pendingin. Ekstraksi dilakukan lebih kurang selama 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu alas bulat berwarna jernih. Kemudian ekstrak dipindahkan kedalam cawan porselin yang sudah diketahui beratnya, kemudian diuapkan diatas


(58)

penangas air hingga kering. Pengeringan diteruskan dalam oven pada suhu 100ºC, didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat konstan. Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus:

Kadar Lemak (%) = (Berat cawan + lemak) g – (Berat cawan kosong) g

(Berat sampel) g x 100%

(Contoh perhitungan kadar lemak dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 41).

3.3.5 Penetapan Kadar Serat Tak Larut

Ditimbang lebih kurang 4 gram sampel kering, dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring, kemudian dimasukkan ke dalam alat Soxhlet, kemudian dihubungkan dengan labu alas bulat 250 ml yang telah berisi 100 ml n-heksan, dipasang kondensor selanjutnya dialirkan air sebagai pendingin. Ekstraksi dilakukan lebih kurang selama 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu alas bulat berwarna jernih. Kemudian sampel dipindahkan kedalam erlenmeyer 600 ml, ditambahkan 200 ml H2SO4 0,2 N, dihubungkan

dengan kondensor, dididihkan selama 30 menit. Disaring dan dicuci residu dalam kertas saring dengan akuades mendidih sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diperiksa dengan indikator universal). Dipindahkan residu ke dalam erlenmeyer 600 ml, kemudian ditambahkan larutan NaOH0,3 N sebanyak 200 ml, kemudian dihubungkan dengan kondensor, dididihkan selama 30 menit. Disaring dengan kertas saring yang diketahui beratnya, residu dicuci dengan larutan K2SO4 10%.

Dicuci lagi residu dengan akuades mendidih dan kemudian dengan lebih kurang 15 ml alkohol 95%. Dikeringkan kertas saring dengan isinya dalam oven pada


(59)

suhu 110°C, didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat konstan.

Berat residu = Berat kertas saring dan residu – Berat kertas saring Kadar SeratTak Larut (%) = (berat residu) g

(berat awal) g x 100%

(Contoh perhitungan kadar serat tak larut dapat dilihat pada Lampiran 24 halaman 62).

3.3.6 Analisis Data Secara Statistik 3.3.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar lemak dan serat tak larut yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis secara statistik.

Menurut Sudjana (2005), standar deviasi dapat dihitung dengan rumus:

SD = �∑(Xi−X )²

n−1

Keterangan: Xi = Kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel N= Jumlah pengulangan Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

thitung=

��−�� �� √�⁄

dan untuk menentukan kadar lemak dan kadar serat tak larut di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus sebagai berikut:


(60)

Kadar Lemak: μ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n )

Keterangan: μ = Kadar sebenarnya

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1) α = Interval kepercayaan


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Medanense (MEDA), Jalan Bioteknologi No 1. Kampus USU, Medan. Disebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalahpakkat (Calamus caesius Blume.) famili Arecaceae. Surat hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 30.

4.2 Kadar Lemak pada Sampel

Dari hasil penelitian diperoleh kadar lemak pada pakkat segar, bakar dan rebus terhadap “dry basis” dan “wet basis” dapat dilihat pada Tabel 4.1. (Data penimbangan dan penetapan kadar lemak pada pakkat segar, bakar dan rebus terhadap “dry basis” dan “wet basis” dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 45).

Tabel 4.1 Kadar Lemak pada Sampel

No. Sampel Kadar Lemak (g/100g) 1. Pakkat Segar 5,50 ± 0,2302a

1,74 ± 0,6048b 2. Pakkat Bakar 3,84 ± 0,6855

a

1,17 ± 1,1693b 3. Pakkat Rebus 2,06 ± 0,6048

a

0,64 ± 1,0887b

Keterangan: Data diatas merupakan rata-rata dari enam kali pengulangan

a

: dihitung terhadap ”dry basis”

b


(62)

Data yang didapat kemudian dihitung berapa besar persentase penurunan kadarlemak pada pakkat segar terhadap “dry basis” dan “wet basis” (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 22 dan 23 pada halaman 59 dan 60).

Tabel 4.2 Penurunan Kadar Lemak pada Pakkat Segar, Pakkat Bakar dan

Pakkat Rebus

Kadar Sampel (g/100g) Penurunan Kadar (%)

PS PB PR PS ke PB PS ke PR

5,50a 3,84a 2,06a 30,18a 62,54a

1,74b 1,17b 0,64b 31,03b 63,22b

Keterangan :PS = Pakkat Segar; PB = Pakkat Bakar; PR = Pakkat Rebus

a

: dihitung terhadap ”dry basis”

b

: dihitung terhadap “wet basis”

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa terdapat penurunan kadarlemak pada pakkat segar, bakar dan rebus yang diperoleh dari hasil analisis, baik terhadap “dry basis” maupun “wet basis”. Pengolahan dengan cara dibakar menyebabkan penurunan kadar lemak pakkat bila dihitung terhadap “dry basis” yaitu sebanyak 30,18% dan direbus sebanyak 62,54%. Dan bila dihitung terhadap “wet basis” dengan cara dibakar menyebabkan penurunan sebanyak 31,03% dan direbus sebanyak 63,22%.

Menurut penelitian yang dilakukan Salamah (2012), mengenai kandungan mineral remis (Corbicula javanica) akibat proses pengolahan yang juga menganalisis kadar lemak menyatakan bahwa pengolahan memberikan penurunan terhadap kadar lemak, hal ini kemungkinan terjadi karena sifat lemak

yang tidak tahan panas sehingga lemak terlarut bersama uap air yang terkandung didalam kulit pakkat, jadi saat dibakar kadar lemak yang terdapat didalamnya berkurang. Tingkat kerusakannya sangat bervariasi tergantung suhu yang digunakan serta lamanya waktu pengolahan.


(63)

Menurut Tapotubun (2008), suhu dan waktu pemanasan memberikan efek pada kadar lemak produk, hal ini erat kaitannya dengan sifat lemak tersebut yang berbentuk padat pada suhu kamar sedangkan suhu yang dicapai pada perebusan adalah 100ºC sehingga lemak akan mencair dan hilang bersama-sama dengan air.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ginting (2015) diperoleh kadar lemak pada wortel sebesar (4,07 ± 0,2652) g/100g, yang menunjukkan bahwa wortel memiliki kadar lemak yang rendah, sehingga sangat baik bagi orang-orang yang memiliki kolesterol yang tinggi. Hasil ini mendekati dengan kadar lemak pada pakkat bakar yaitu sebesar (3,84 ± 0,6855) g/100g.

4.3 Kadar Serat Tak Larut pada Sampel

Dari hasil penelitian diperoleh kadar serat tak larut pada pakkat segar, bakar dan rebus terhadap “dry basis” dan “wet basis” dapat dilihat pada Tabel 4.3. (Data penimbangan dan penetapan kadar serat tak larut pada pakkat segar, bakar dan rebus “dry basis” dan “wet basis” dapat dilihat pada Lampiran 28 halaman 66).

Tabel 4.3 Kadar Serat Tak Larut pada Sampel

No. Sampel Kadar Serat Tak Larut (g/100g)

1. Pakkat Segar

0,95 ± 0,0525a 0,30 ± 0,1169b 2. Pakkat Bakar

0,47 ± 0,0323a 0,14 ± 0,0605b

3. Pakkat Rebus 0,22 ± 0,0238

a

0,06 ± 0,0161b

Keterangan: Data diatas merupakan rata-rata dari enam kali pengulangan

a


(64)

Data yang didapat kemudian dihitung berapa besar persentase penurunan kadarserat tak larut pada pakkat segar terhadap “dry basais” dan “wet basis” (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 35 dan 36 pada halaman 79 dan 80).

Tabel 4.4 Penurunan Kadar Serat Tak Larut pada Pakkat Segar, Pakkat

Bakar dan Pakkat Rebus

Kadar Sampel (g/100g) Penurunan Kadar (%)

PS PB PR PS ke PB PS ke PR

0,95a 0,47a 0,22a 50,52a 76,84a

0,30b 0,14b 0,06b 53,33b 80b

Keterangan :PS = Pakkat Segar; PB = Pakkat Bakar; PR = Pakkat Rebus

a

: dihitung terhadap “dry basis”

b

: dihitung terhadap “wet basis”

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa terdapat penurunan kadarserat tak larut pada pakkat segar, bakar dan rebus yang diperoleh dari hasil analisis. Pengolahan dengan cara dibakar bila dihitung terhadap “dry basis” meyebabkan penurunan kadar serat tak larut pada pakkat bakar sebanyak 50,52% dan direbus sebanyak 76,84%. Dan bila dihitung terhadap “wet basis” dengan cara dibakar menyebabkan penurunan sebanyak 53,33% dan direbus sebanyak 80%. Hal ini menunjukkan pengolahan memberikan penurunankadar serat tak larut.

Menurut penelitian yang dilakukan Lusiyatiningsih (2014), mengenai uji kadar serat, protein dan sifat organoleptik pada tempe dari bahan dasar kacang merah (Phaseolus vulgaris L) dengan penambahan jagung dan bekatul, menjelaskan bahwa penurunan kadar serat pada bahan pangan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu perebusan dan pemanasan. Proses perebusan dan pemanasan akan menyebabkan penurunan kadar serat, karena pada saat perebusan dan pemanasanakan merusak kandungan serat dalam bahan pangan tersebut (Lusiyatiningsih, 2014).


(65)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Suwita (2010) tentang pemanfaatan bayam merah (Blitum rubrum) untuk meningkatkan zat besi dan serat pada mie kering diperoleh kadar serat sebesar 0,903 gram/100gram. Jika dalam satu takaran saji adalah sebanyak 85 gram, maka setiap kali penyajian bayam merah pada mie kering dapat menyumbang kebutuhan serat sebesar 0,767 gram. Pada pakkat segar diperoleh kadar serat tak larut sebesar 0,95 gram/100gram. Jika dalam satu takaran saji adalah sebanyak 25 gram (satu batang pakkat segar), maka setiap kali penyajian pakkat segar dapat menyumbang kebutuhan serat sebesar 0,807 gram. Menurut Badan Kesehatan Dunia serat makanan yang bisa dijadikan acuan untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan dan kesehatan organ tubuh lainnya adalah sebesar 25 gram/hari. Walaupun ini belum mencukupi kebutuhan serat yang dianjurkan, kita bisa mengkonsumsi sumber makanan lain yang juga mengandung serat atau dengan menambah jumlah porsi setiap kali penyajian pakkat segar.


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan dalam penelitian dapat disimpulkan:

a. Hasil analisis kadar lemak dengan metode sokletasidan serat tak larut dengan metode serat kasar secara gravimetri adalah kadar lemak terhadap “dry basis” pada pakkat segar sebesar (5,50 ± 0,2302) g/100g, pakkat bakar sebesar (3,84 ± 0,6855) g/100g dan pakkat rebus sebesar (2,06 ± 0,6048) g/100g. Kadar lemak terhadap “wet basis” pada pakkat segar sebesar (1,74 ± 0,6048) g/100g, pakkat bakar sebesar (1,17 ± 1,1693) g/100g dan pakkat rebus sebesar (0,64 ± 1,0887) g/100g. Kadar serat tak larut terhadap “dry basis” pada pakkat segar sebesar (0,95 ± 0,0525) g/100g, pakkat bakar sebesar (0,47 ± 0,0323) g/100g dan pakkat rebus sebesar (0,22 ± 0,0238) g/100g. Kadar serat tak larut terhadap “wet basis” pada pakkat segar sebesar (0,30 ± 0,1169) g/100g, pakkat bakar

sebesar (0,14 ± 0,0605) g/100g dan pakkat rebus sebesar (0,06 ± 0,0161) g/100g.

b. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadarlemak dan serat tak larut pada pakkat segar, pakkat bakar dan pakkat rebus. Kadar lemak dan serat tak larut pada pakkat segar lebih tinggi daripada pakkat bakar dan pakkat rebus, baik dihitung terhadap “dry basis” maupun terhadap “wet basis”.


(67)

5.2 Saran

a. Disarankan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi pakkat bakar karena kadar lemaknya rendah, dan untuk mengkonsumsi pakkat segar karena mengandung serat yang lebih tinggi.

b. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti kandungan gizi lain dalam pakkat (Calamus caesius Blume.) seperti vitamin, karbohidrat dan serat larut.


(68)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakkat (Calamus caesius Blume.)

Pakkat merupakan makanan yang diambil dari pucuk rotan muda dan kemudian diolah menjadi makanan yang unik yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Mandailing di Tapanuli Selatan.Pakkat ini dapat dikonsumsi dengan cara dibakar dan direbus. Proses pembakaran biasanya dilakukan dengan menggunakan kayu bakar dan dibakar di atas api secara langsung. Selain itu, bisa juga dikonsumsi dengan cara direbus, proses perebusan ini bermanfaat untuk menghilangkan rasa pahit (Harrist, 2014).

Menurut Herbarium Medanense (2015), klasifikasi pakkat adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonae Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae Genus : Calamus

Spesies : Calamus caesius Blume.

2.2 Deskripsi Rotan

Tanaman rotan pada umumnya tumbuh berumpun dan mengelompok, maka umur dan tingkat ketuaan rotan yang siap dipanen berbeda. Oleh karena itu, pemungutan rotan dilakukan secara tebang pilih. Tanda-tanda rotan siap dipanen adalah daun dan durinya sudah patah; warna durinya berubah menjadi hitam atau


(69)

kuning kehitam-hitaman dan sebagian batangnya sudah tidak dibalut oleh pelepah daun (Sinambela, 2011).

2.3 Tempat Tumbuh dan Penyebaran Rotan

Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah tanah berawa, tanah kering, hingga tanah pegunungan. Semakin tinggi tempat tumbuh semakin jarang dijumpai jenis rotan. Rotan juga semakin sedikit di daerah yang berbatu kapur. Tanaman rotan yang tumbuh dan merambat pada suatu pohon akan memiliki tingkat pertumbuhan batang lebih panjang dan jumlah batang dalam satu rumpun lebih banyak jika dibandingkan dengan rotan yang menerima sedikit cahaya matahari akibat tertutup oleh cabang, ranting dan daun pohon (Sinambela, 2011).

2.4 Kegunaan Rotan

Batang rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak lemari, sofa, pot bunga dan sebagainya. Sedangkan batang rotan yang masih muda digunakan untuk sayuran. Akar dan buahnya untuk bahan obat tradisional (Sinambela, 2011).

2.5 Lemak

Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia sebagai sumber energi bagi tubuh. Lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika seperti lemak


(70)

dimasukkan dalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang dimaksud adalah:

i. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik yang disebut pelarut lemak.

ii. Ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya.

iii. Mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan.

1. Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin.

2. Lipid gabungan, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid.

3. Derivat lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

Yang dimaksud dengan lemak disini adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

Fungsi lemak adalah sebagai salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi jika dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Lemak mengangkut dan sebagai pelarut vitamin-vitamin A, D, E dan K (Krisno, 2009).


(71)

2.6 Pengaruh Lemak Terhadap Kesehatan

a. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner dianggap salah satu penyebab kematian yang menakutkan. Terdapat sejumlah faktor risiko yang diidentifikasi menyebabkan penyakit jantung koroner, seperti meningkatnya kadar lipida umumnya kolesterol darah.

b. Peningkatan Kadar Kolesterol Dalam Darah

Kadar kolesterol dalam darah manusia beragam dan mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur.Penambahan kolesterol darah berbeda menurut jenis kelamin. Pada wanita dimulai umur dua puluhan, sementara pada pria dapat lebih awal. Untuk menghindari kadar kolesterol darah yang tinggi, dianjurkan mengganti sumber lemak jenuh dengan makanan sumber lemak tak jenuh (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

2.7 Penetapan Kadar Lemak

Ada beberapa metode penetapan kadar lemak, yaitu metode Sokletasi, metode Babcock dan metode Goldfisch.

2.7.1 Metode Sokletasi

Sejumlah sampel ditimbang teliti dan dimasukkan kedalam selongsong yang terbuat dari kertas saring. Sampel yang belum kering harus dikeringkan lebih dahulu untuk memperbesar luas permukaan kontak dengan pelarut. Selanjutnya labu alas bulat dipasang berikut kondensornya. Pelarut yang digunakan sebanyak 1 ½ - 2 kali isi tabung ekstraksi. Lipida akan terekstraksi dan melalui sifon terkumpul ke dalam labu alas bulat. Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira 4-6 jam,


(72)

labu alas bulat diambil dan ekstraksi dituang ke dalam botol timbang atau cawan porselin yang telah diketahui beratnya, kemudian pelarut diuapkan di atas penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan dalam oven sampai diperoleh berat konstan pada suhu 100ºC (Sudarmadji, dkk., 1989).

2.7.2 Metode Babcock

Bahan yang berbentuk cair, penentuan lemaknya dapat menggunakan botol Babcock. Penentuan lemak dengan botol Babcock sangatlah sederhana. Sampel yang telah ditimbang dengan teliti dimasukkan ke dalam botol Babcock. Pada leher botol Babcock ini telah dilengkapi dengan skala ukuran volume. Sampel yang dianalisa ditambah asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak sehingga lemak akan terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan. Pemisahan lemak dari cairannya dapat lebih sempurna bila dilakukan sentrifugasi.Rusaknya emulsi lemak dikarenakan asam sulfat dapat merusak lapisan film yang yang menyelimuti globula lemak yang biasanya terdiri dari senyawa protein. Dengan rusaknya protein (denaturasi ataupun koagulasi) maka memungkinkan globula lemak yang satu akan bergabung dengan globula lemak yang lain dan akhirnya menjadi kumpulan lemak yang lebih besar dan akan mengapung di atas cairan. Setelah disentrifugasi lemak akan semakin jelas terpisah dengan cairannya dan agar dapat dibaca banyaknya lemak maka ke dalam botol ditambahkan aquades panas sampai lemak tepat pada tanda skala bagian atas, dengan demikian

banyaknya lemak dapat secara langsung dibaca atau diketahui (Sudarmadji, dkk., 1989).


(73)

2.7.3 Metode Goldfisch

Ekstraksi dengan alat Goldfisch sangat praktis dan mudah pemakaiannya.Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam thimble dan dipasang dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang. Bahan pelarut yang digunakan ditempatkan dalam bekerglas di bawah tabung penyangga. Bila bekerglas dipanaskan uap pelarut akan naik dan didinginkan oleh kondensor sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan lipida akan terekstraksi dan selanjutnya akan tertampung kedalam bekerglas kembali. Setelah ekstraksi selesai (3-4 jam), pemanas dimatikan dan sampel berikut penyangganya diambil dan diganti dengan bekerglas yang ukurannya sama dengan tabung penyangga. Pemanas dihidupkan kembali sehingga pelarut akan diuapkan lagi dan diembunkan serta tertampung ke dalam bekerglas yang terpasang dibagian bawah kondensor. Dengan demikian pelarut yang tertampung ini dapat dimanfaatkan untuk ekstraksi yang lain. Residu yang ada dalam bekerglas yang dipasang pada pemanas selanjutnya dikeringkan dalam oven 100ºC sampai berat konstan. Berat residu ini dinyatakan sebagai minyak atau lemak yang ada dalam bahan. Seperti halnya cara Soxhlet, penentuan banyaknya lemak/minyak dapat pula dengan menimbang residu dalam thimble sesudah ekstraksi berakhir dan sudah dikeringkan sampai berat konstan. Selisih bobot sampel sebelum dan bobot residu sesudah ekstraksi dan sudah dikeringkan merupakan lemak yang ada dalam bahan. Keuntungan cara ekstraksi Goldfisch ini adalah pelarut yang sudah dipakai dapat diperoleh kembali (Sudarmadji, dkk., 1989).


(74)

2.8 Serat

Serat pangan atau dietary fiber adalah karbohidrat (polisakarida) dan lignin yang tidak dapat dihidrolisis (dicerna) oleh enzim pencernaan manusia, dan akan sampai di usus besar dalam keadaan utuh. Oleh karena itu, kebanyakan serat pangan menjadi substrat bagi fermentasi bakteri yang hidup di kolon (Silalahi, 2006).

2.9 Komponen Serat

Serat pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur molekul dan kelarutannya, yaitu serat larut (soluble dietary fiber; SDF) dan serat tak larut (insoluble dietary fiber; IDF). Serat pangan yang larut dalam air sangat mudah difermentasikan dan memengaruhi metabolisme karbohidrat dan lipida. Sementara, serat pangan yang tidak larut, seperti selulosa (bahan dasar dalam kapas), berperan untuk memperbesar volume feses dan mengurangi waktu transitnya di dalam kolon (bersifat laksatif lemah) (Silalahi, 2006).

Serat mempunyai kemampuan untuk secara cepat menyerap air dalam jumlah banyak. Selulosa merupakan komponen terbanyak dalam diet serat. Hemiselulosa ialah poliner beberapa heksosa dan pentose. Zat pektin merupakan komplek poliner berasal dari dinding sel dan bagian-bagian berserat dalam

buah-buahan, sayuran dan tanaman-tanaman darat lainnya (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).


(75)

2.10 Efek Fisiologis Serat Makanan

a. Mencegah Kanker Kolon

Serat pangan telah terbukti dapat mencegah berbagai penyakit seperti kanker kolon. Dalam hal ini, serat pangan berperan melalui berbagai mekanisme kerja. Pektin mengubah metabolisme asam empedu, sementara proses fermentasi di kolon memproduksi asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids; SCFA) sehingga menurunkan pH, dan dengan demikian merangsang pertumbuhan bakteri yang menguntungkan serta menghambat perkembangan bakteri yang merugikan. Bakteri yang merugikan, seperti Escherichia coli dan Streptococus faecalis, akan memfermentasi protein dan asam amino yang lolos sampai ke kolon. Hasil fermentasi ini adalah zat-zat toksis, yakni fenol, kresol, indole, amina dan ammonia, yang semuanya itu dapat meningkatkan risiko kanker kolon dan kelenjar empedu (Silalahi, 2006).

b. Mengurangi Bobot Badan

Makanan dengan kandungan serat yang tinggi dapat mengurangi bobot badan karena serat makanan akan tinggal dalam saluran pencernaan dalam waktu relatif singkat, sehingga absorpsi zat makanan berkurang. Kecuali itu makanan yang mengandun g serat yang relatif tinggi akan memberikan rasa kenyang karena komposisi karboh idrat komplek yang menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

2.11 Analisis Serat

Ada beberapa metode analisis serat makanan, yaitu metode analisis serat kasar (crude fiber), metode Deterjen dan metode Enzimatis.


(76)

2.11.1 Metode Analisis Serat Kasar (Crude Fiber)

Serat kasar mengandung senyawa selulosa, lignin dan zat lain yang belum dapat diidentifikasi dengan pasti. Yang disebut serat kasar disini adalah senyawa yang tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia ataupun hewan. Di dalam analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa adalah:

a. deffating, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel yang

menggunakan pelarut lemak

b. digestion, terdiri dari duatahap yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan

dengan basa. Kedua macam proses digest ini dilakukan dalam keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin dihindarkan dari pengaruh luar (Sudarmadji, dkk., 1989).

2.11.2 Metode Deterjen

Metode deterjen ini terdiri atas dua yaitu Acid Detergent Fiber (ADF) dan

Neutral Detergent Fiber (NDF) (Meloan and Pomeranz, 1987).

a. Acid Detergent Fiber (ADF)

ADF hanya dapat untuk menurunkan kadar total selulosa dan lignin. Metode ini digunakan pada Association of Official Analytical Chemist (AOAC). Prosedurnya sama dengan NDF, namun larutan yang digunakan adalah

Cetyl Trimethyl Amonium Bromida (CTAB) dan H2SO4 0,5 M


(77)

b. Neutral Detergent Fiber (NDF)

Dengan metode NDF dapat ditentukan kadar total dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selisih jumlah serat dari analisis NDF dan ADF dianggap jumlah kandungan hemiselulosa, meski sebenarnya terdapat juga komponen lainnya selain selulosa, hemiselulosa dan lignin yaitu protein pada metode Deterjen ini (Meloan and Pomeranz, 1987).

2.11.3 Metode Enzimatis

Metode enzimatis dirancang berdasarkan kondisi fisiologi tubuh manusia. Metode yang dikembangkan adalah fraksinasi enzimatis yaitu menggunakan enzim amylase, diikuti penggunaan enzim pepsin, kemudian pankreatin. Metode ini dapat mengukur kadar serat makan total, serat larut dan tak larut secara terpisah. Kekurangan metode ini, enzim yang digunakan mungkin mempunyai aktivitas lebih yang bisa saja merusak komponen serat dan kemungkinan protein

yang tidak terdegradasi sempurna dan ikut terhitung sebagai serat (Meloan and Pomeranz, 1987).

2.12 Analisis Gravimetri

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), gravimetri merupakan cara pemeriksaan yang paling tua dan yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis


(78)

sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Supaya analisis gravimetri berhasil, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

a. Proses pemisahan analit yang dituju harus berlangsung secara sempurna sehingga banyaknya analit yang tidak terendapkan secara analisis tidak terdeteksi.

b. Zat yang akan ditimbang harus murni atau mendekati murni. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka akan menimbulkan kesalahan yang besar.

2.13 Analisa Statistik

Dari hasil penelitian sering diminta suatu uraian, penjelasan atau kesimpulan tentang persoalan yang diteliti. Sebelum kesimpulan dibuat, keterangan atau data yang terkumpul dipelajari, dianalisa dan berdasarkan pengolahan inilah dibuat kesimpulan. Pengolahan dan pembuatan kesimpulan harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara-cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan (Sudjana, 2005).


(79)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rotan merupakan tumbuhan dari famili Arecaceae. Rotan umumnya

merambat, beruas tapi tidak berongga, dan berduri. Batang tanaman rotan terbagi

menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-bukuyang jelas seperti bambu, namun bagian dalam tidak kosong tetapi berisi jaringan pembuluh (Jasni dkk, 2012; Sinambela, 2011).

Pakkat merupakan makanan unik untuk berbuka puasa warga di Medan, terutama masyarakat Tapanuli Selatan, tepatnya di daerah Mandailing. Bagian dalam batang yang berwarna keputih-putihanlah yang diambil untuk dimakan, rasanya pahit memberi ciri khas tersendiri, biasanya dikonsumsi dengan cara dibakar terlebih dahulu, kemudian diambil isinya yang berwarna putih. Selain itu, bisa juga dikonsumsi dengan cara direbus, proses perebusan ini bermanfaat untuk menghilangkan rasa pahit, lalu diambil bagian dalamnya yang agak lunak dan berwarna putih (Harrist, 2014).

Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia sebagai sumber energi bagi tubuh.Untuk mengetahui kadar lemak yang terdapat pada bahan pangan dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi lemak. Namun untuk mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospolipid, asam


(1)

3.3.3.1 Pembuatan H2SO4 0,2 N ... 18

3.3.3.2 Pembuatan NaOH 0,3 N ... 18

3.3.3.3 Pembuatan K2SO4 10% ... 18

3.3.4 Penetapan Kadar Lemak ... 18

3.3.5 Penetapan Kadar Serat Tak Larut ... 19

3.3.6 Analisis Data Secara Statistik ... 20

3.3.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 22

4.2 Kadar Lemak Pada Sampel... 22

4.3 Kadar Serat Tak Larut Pada Sampel ... 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Kadar Lemak pada Sampel... 22 4.2 Penurunan Kadar Lemak pada Pakkat Segar, Pakkat Bakar dan

Pakkat Rebus ... 23 4.3 Kadar Serat Tak Larut pada Sampel ... 24 4.4 Penurunan Kadar Serat Tak Larut pada Pakkat Segar, Pakkat


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Gambar Tumbuhan Rotan ... 31 2 Gambar Pakkat ... 32 3 Gambar Alat Soxhlet ... 33


(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Identifikasi Tumbuhan ... 30

2. Gambar Tumbuhan Rotan (Calamus caesius Blume) ... 31

3. Gambar Pakkat (Calamus caesius Blume) ... 32

4. Gambar Alat Soxhlet ... 33

5. Skema Prosedur Penetapan Kadar Lemak (Pakat Segar) ... 34

6. Skema Prosedur Penetapan Kadar Lemak (Pakat Bakar) ... 35

7. Skema Prosedur Penetapan Kadar Lemak (Pakat Rebus) ... 36

8. Skema Prosedur Penetapan Kadar Serat Tak Larut (Pakkat Segar)... 37

9. Skema Prosedur Penetapan Kadar Serat Tak Larut (Pakkat Bakar) ... 38

10. Skema Prosedur Penetapan Kadar Serat Tak Larut (Pakkat Rebus) ... 39

11. Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Sampel Terhadap “Dry Basis” ... 40

12. Contoh Perhitungan Kadar Lemak Pada Pakkat Segar Terhadap “Wet Basis” ... 41

13. Contoh Perhitungan Kadar Lemak Pada Pakkat Bakar Terhadap “Wet Basis” ... 43

14. Contoh Perhitungan Kadar Lemak Pada Pakkat Rebus Terhadap “Wet Basis” ... 44

15. Hasil Penetapan Kadar Lemak Pada Sampel... 45

16. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar Lemak Sebenarnya pada Pakkat Segar Terhadap “Dry Basis” . 46


(5)

18. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Lemak Sebenarnya pada Pakkat Bakar Terhadap “Dry Basis”. 51 19. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Lemak Sebenarnya pada Pakkat Bakar Terhadap “Wet Basis” 53 20. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Lemak Sebenarnya pada Pakkat Rebus Terhadap “Dry Basis” 55 21. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Lemak Sebenarnya pada Pakkat Rebus Terhadap “Wet Basis” 57 22. Persentase Penurunan Kadar Lemak Pada Pakkat Terhadap

“Dry Basis” ... 59 23. Persentase Penurunan Kadar Lemak Pada Pakkat Terhadap

“Wet Basis” ... 60 24. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut pada Sampel Terhadap

“Dry Basis” ... 61 25. Contoh Perhitungan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Segar

Terhadap “Wet Basis” ... 63 26. Contoh Perhitungan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Bakar

Terhadap “Wet Basis” ... 64 27. Contoh Perhitungan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat Rebus

Terhadap “Wet Basis” ... 65 28. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut Pada Sampel ... 66 29. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Serat Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Segar Terhadap

“Dry Basis” ... 67 30. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Serat Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Segar Terhadap

“Wet Basis” ... 69 31. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Serat Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Bakar Terhadap


(6)

32. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar Serat Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Bakar Terhadap

“Wet Basis” ... 73 33. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Serat Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Rebus Terhadap

“Dry Basis” ... 75 34. Perhitungan Analisis Statistik Uji T Untuk Mencari Kadar

Serat Tak Larut Sebenarnya pada Pakkat Rebus Terhadap

“Wet Basis” ... 77 35. Persentase Penurunan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat

Terhadap “Dry Basis” ... 79 36. Persentase Penurunan Kadar Serat Tak Larut Pada Pakkat

Terhadap “Wet Basis” ... 80 37. Tabel Distribusi t ... 81