Tujuan dan Ruang Lingkup Bantuan Hukum

Secara umum, bantuan hukum dan advokat pengacara adalah membantu yang mempunyai perkara dalam memperoleh hak-haknya dalam proses penegakan hukum, baik di jalur pengadilan litigation maupun di luar pengadilan non litigation. 28 karena bantuan hukum merupakan hak asasi manusia semua orang dan merupakan tanggung jawab negara, maka hak tersebut tidak dapat dikurangi, dibatasi apalagi diambil oleh negara, setiap orang yang terampas haknya dapat menerima bantuan hukum. Bantuan hukum sesungguhnya merupakan hak konstitusional warga negara, di mana negara wajib mengadakan bantuan hukum bagi masyarakat, konstitusi menjamin hak setiap warga negara mendapatkan perlakuan yang sama di muka hukum, termasuk hak untuk mengakses keadilan melalui pemberian bantuan hukum. sebagaimana telah disebutkan dan dikatakan dengan jelas di dalam Peraturan Undang-Undangan seperti; 1. Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut; “Segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. ” Pasal 28 D Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut; 28 Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 82 “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.” Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Berikut; “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara” 2. Pasal 35 di dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, sebagai berikut; “Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum. Di dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, sebagai dasar bantun hukum di Indonesia, diberikan kepada setiap orang atau kelompok orang orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri yang ruang lingkupnya meliputi masalah hukum perdata, pidana, dan tata usaha negara baik di luar pengadilan maupun di dalam pengadilan berhak didampingi oleh advokat yang membantu dalam menyelesaikan perkara. Dalam pasal 4 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011; 1 Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah hukum. 2 Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun non litigasi. 3 Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum penerima bantuan hukum. Serta tujuan hukumnya terdapat dalam pasal 3 sebagai berikut; Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk; a. Menjamin dan memberikan hak bagi penerima bantuan hukum untuk mendapatkan akses keadilan; b. Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum; c. Menjamin kepastian penyelenggaraan bantuan hukum dilaksanakan secara merata diseluruh wilayah negara Republik Indonesia; dan d. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun dalam PERMA No. 1 Tahun 2014, berbeda dengan Undang- Undang, di mana ruang lingkup bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu di pengadilan sebagai berikut: pertama, layanan pembebasan biaya perkara yakni di mana negara menanggung semua biaya proses berperkara di pengadilan secara cuma-cuma atau gratis. Kedua, sidang di luar gedung pengadilan yang dilakukan oleh pengadilan dilaksanankan secara tetap, berkala, sidang tersebut dilakukan di suatu tempat di mana tempat tersebut masih dalam wilayah hukumnya. Ketiga, Posbakum yang dibentuk di setiap pengadilan tingkat pertama, yang memperikan pelayanan bagi orang yang berperkara berupa informasi, konsultasi, dan advis hukum serta pembuatan dokumen hukum yang diperlukan. Tersurat dalam PERMA No. 1 Tahun 2014 pasal 4 sebagai berikut; Ruang lingkup bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu di pengadilan terdiri dari; 1 Layanan pembebasan biaya perkara 2 Pelayanan sidang di luar gedung pengadilan dan 3 Penyediaan Posbakum di pengadilan. Serta tujuan dari bantuan hukum yang terdapat dalam PERMA No. 1 Tahun 2014 pasal 3 sebagai berikut: Tujuan layanan hukum bagi masyarakat tidak mampu di pengadilan adalah untuk; a. Meringankan beban biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi dipengadilan; b. Meningkatkan akses terhadap keadilan bagi masyarakat yang sulit atau tidak mampu menjangkau gedung pengadilan akibat keterbatasan biaya, fisik dan geografis; c. Memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak mampu mengakses konsultasi hukum untuk memperoleh informasi, konsultasi, advis, dan pembuatan dokumen dalam menjalani proses hukum di pengadilan; d. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hukum melalui penghargaan, pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dan kewajibannya; dan e. Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pencari keadilan.

D. Negara Menjamin Bantuan Hukum

Perjuangan bantuan hukum selalu dituntut adanya rekayasa untuk memihak kepada rakyat miskin yang lemah dan buta hukum. 29 YLBH Indonesia berperan dalam menginisisasi terbitnya UU Bantuan Hukum, saat dilaksanankan pertemuan puncak bantuan hukum yang dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 April 2006. 30 29 Adnan Buyung Nasution, “Hukum dan Kendala Pemerataan Keadilan”, dalam Artidjo Alkostar, ed., Perkembangan Hukum dalam Perspektif Politik Hukum Nasional, Jakarta : CV. Rajawali, 1985, h. 190. 30 Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia , h. 476. Sejak saat itu, advokasi kebijakan untuk mendorong penyusunan bantuan hukum dan pemasukannya sebagai salahsatu RUU prioritas dalam Program Legislasi Nasional Proglegnas terus dilakukan. 31 Tanggung jawab negara untuk menjamin pemberian bantuan hukum di Indonesia merupakan sebuah perjalanan yang cukup panjang. Pada tanggal 2 November 2011 Presiden mengesahkan UU Bantuan Hukum. Pengesahan UU No. 16 Tahun 2011 itu menjadi babak baru dalam pemberian bantuan hukum di Indonesia. Pemberian bantuan hukum yang awalnya hanya dijalankan secara swasta oleh lembaga bantuan hukum LBH dan organisasi kepengacaraan berdasarkan prinsip pro bono 32 yang diatur dalam UU tentang advokat dan Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008, bertransformasi menjadi tanggung jawab negara. 33 Dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 pasal 2 dan penjelasannya, bantuan hukum dilaksanakan berdasarkan pada asas-asas sebagai berikut; asas keadilan; 34 persamaan kedudukan di dalam hukum; 35 31 Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, h.477. 32 Istilah pro bono adalah pemberian layanananbantuan hukum yang diberikan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu. 33 Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan hukum di Indonesia, h.476 34 Asas keadilan adalah menempatkan hak dan kewajiaban setiap orang secara proporsional, patut, benar, baik dan tertib. 35 Asas persamaan kedudukan di dalam hukum adalah bahwa setiap orang mempunyai hak dan perlakuan yang yang sama di depan hukum serta kewajibannya menjungjung tinggi hukum. keterbukaan; 36 efisiensi; 37 efektifitas; 38 dan akuntabilitas 39 . Beberapa asas tersebut merupakan asas pelaksanaan Undang-Undang Bantuan Hukum. Di dalam penyelenggaraan bantuan hukum pasal 6, dan 7 pemberian bantuan hukum dalam Undang-Undang di selenggarakan oleh menteri 40 dan dilaksanakan oleh pemberi bantuan hukum berdasarkan undang-undang ini 41 . Menteri berwenang untuk melakukan verifikasi dan akreditasi terhadap lembaga bantuan hukum yang nantinya akan memberikan bantuan hukum serta menerima subsidi berdasarkan Undang-Undang . Adapun lembaga bantuan hukum sebagai memberi bantuan hukum pasal 10 berkewajiban untuk, melaporkan program bantuan hukum kepada menteri, melaporkan setiap pengguna anggaran negara yang digunakan untuk pemberian bantuan hukum berdasarkan Undang-Undang, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bantuan hukum bagi advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum yang di rekrut sebagai mana pasal 9 huruf a; menjaga kerahasiaan data, informasi dan atau keterangan 36 Asas keterbukaan adalah memberiakn akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi secara lengkap, benar jujur, dan tidak memihak dalam mendapatkan jaminan keadilan atas dasar hak secara konstitusional. 37 Asas efisiensi adalah memaksimalkan pemberian bantuan hukum melalui penggunaan sumber anggaran yang ada. 38 Asas efektivitas adalah menentukan pencapaian tujuan pemberian bantuan hukum secara tepat. 39 Asas akuntabilitas adalah bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan bantuan hukum harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. 40 Mentri adalah mentri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang hukum dan hak asasi manusia. 41 Ketentuan ini tidak mengurangi kewajiban propesi advokat untuk menyelanggarakan bantuan hukum berdasarkan undang-undang mengenai advokat. yang diperoleh dari penerima bantuan hukum berkaitan dengan perkara yang sedang ditanganinya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang dan; menberikan bantuan hukum berdasarkan syarat dan tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang ini sampai perkaranya selesai, kecuali ada alasan yang sah secara hukum. Hak dan kewajiban penerima bantuan hukum terdapat dalam pasal 12, adapun hak peneriama bantuan hukum, mendapatkan bantuan hukum hingga masalahnya selesai danatau perkaranya telah mempunyai hukum tetap, selama beneriama bantuan hukum yang bersangkutan tidak mencabut serat kuasa, mendapatkan bantuan hukum sesuai dengan standar bantuan hukum danatau kode etik advokat, dan mendapatkan informasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan pelaksanaan bantuan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Penerima bantuan hukum berkewajiban pasal 13 sebagai berikut: menyampaikan bukti, informasi, danatau keterangan perkara secara benar kepada penerima bantuan hukum, membantu kelancaran pemberian bantuan hukum. Adapun syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum pasal 14 sebagai pemohon bantuan hukum harus memenuhi syarat-syarat: a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang- kurangnya identitas permohonan dan uraian singkat mengnai pokok persoalan yang dimohonkan bantuan hukum