Pengertian Bantuan Hukum BANTUAN HUKUM

ia tidak dapat membayar biaya honorarium kepada seorang pembela atau pengacara. 15 Menurut Frans Hendra Winarta, bantuan hukum adalah konsep untuk mewujudkan persamaan di hadapan hukum equality before the law dan pemberian jasa hukum dan pembelaan accses to legal counsel bagi semua orang dalam rangka keadilan untuk semua orang justice for all. 16 Lokakarrya Bantuan Hukum Tingkat Nasional pada tahun 1978, mengertikan bantuan hukum sebagai kegiatan pelayanan hukum yang diberikan kepada golongan yang tidak mampu miskin baik secara perorangan maupun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak mampu secara kolektif. 17 Undang-Undang Bantuan Hukum No. 16 Tahun 2011, yang merupakan peraturan yang dijadikan landasan bantuan hukum di Indonesia, dalam pasal 1 a, yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Dalam Undang-Undang Bantuan Hukum penerima jasa bantuan hukum adalah orang atau sekelompok orang miskin yang menghadapi 15 Santoso Poedjosoebroto, “Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakultas Hukum Negeri dan Pelaksanaan Tugas Peradilan ”. Dalam Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakutas Hukum Negeri, Jakarta: departemen penerangan RI, 1976, h. 61. 16 Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Di Indonesia, Hak di Dampingi Penasehat Hukum bagi Semua Warga Negara, h. 57. 17 Alpon Kurnia Palma, Sistem Bantuan Hukum di Indonesia, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, h. 469. masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik di luar pengadilan maupun di dalam pengadilan. Miskin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak berharta atau serba kekurangan penghasilannya sangat rendah. 18 Dan yang dimaksud dengan orang miskin menurut Undang-Undang Bantuan Hukum adalah orang yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri. Hak dasar adalah hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, danatau perumahan, atau tidak mampu secara ekonomi yang dapat dibuktikan. 19 Sebagaimana yang dimaksud dalam PERMA No. 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Yang Tidak Mampu Di Pengadilan. 20 Bantuan hukum adalah pemberian layanan hukum di pengadilan bagi masyarakat yang tidak mampu di pengadilan, meliputi pembebasan biaya perkara, sidang di luar gedung pengadilan, dan Posbakum pengadilan di lingkungan peradilan umum, pengadilan agama, dan peradilan tata usaha negara. 21 Dengan memuat dasar hak setiap orang yang tersangkut perkara untuk memperoleh bantuan hukum dan negara menanggung biaya perkara bagi 18 KBBI v1.1. 19 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum 20 PERMA No. 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan. 21 PERMA No. 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan. pencari keadilan yang tidak mampu, maka Mahkamah Agung mengeluarkan SEMA No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, dimana SEMA ini mengatur lebih rinci mengenai bagaimana bantuan hukum di peradilan dilaksanakan. Lalu SEMA tersebut digantiakan dengan PERMA No. 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan .

C. Tujuan dan Ruang Lingkup Bantuan Hukum

Bantuan hukum memiliki tujuan yang berbeda-beda dari waktu ke waktu bahkan dari satu negara ke negara lainya. Sejarah telah mencatat bahwa bantuan hukum telah ada sejak zaman romawi. Pada setiap zaman, arti dan tujuan pemberian bantuan hukum sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai moral, pandangan politik dan filsafah hukum yang berlaku. Pada awalnya bantuan hukum bertujuan untuk mendapatkan pengaruh dari masyarakat. Kemudian berubah menjadi sikap kedermawanan charity untuk membantu kaum miskin. 22 Bahkan ruang lingkup bantuan hukumpun masih sangat luas, meliputi sektor ekonomi, sosial agama, dan adat. Bersamaan dengan meletusnya Revolusi Prancis dan Amerika, tujuan bantuan hukum mulai beranjak dari kedermawanan menjadi hak, karena pada fase ini konsep bantuan hukum sudah dihubungkan dengan cita-cita 22 Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, h. 462. negara kesejahteraan dengan menggunakan alat hukum dan hak asasi manusia. 23 Tujuan hukum menurut Metzger Zaidun, 1996 di negara berkembang mengambil pemaknaan yang sama dengan negara barat, bahwa bantuan hukum yang efektif adalah syarat yang esensial untuk berjalannya maupun integritas peradilan yang baik, dan bantuan hukum menjadi tuntutan bagi rasa perikemanusian. 24 Tokoh bantuan hukum Indonesia yakni Adnan Buyung Nasution berpendapat, bantuan hukum di Indonesia mempunyai tujuan dan ruang lingkup yang lebih luas dan lebih jelas arahnya, arti dan tujuan program bantuan hukum tersebut tercantum dalam anggaran dasar lembaga bantuan hukum, yang intinya adalah sebagai berikut: 25 “Disamping memberikan pelayanan hukum bagi masyarakat yang membutuhkannya, lembaga bantuan hukum berambisi untuk mendidik masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya dengan tujuan menumbuhkan dan membina kesadaran akan hak-hak sebagai subyek hukum. Lembaga 23 Ibid. 24 Matzger menambah alasan lain adalah: untuk membangun suatu kesatuan system hukum nasional,b. untuk pelaksanaan yang lebih efektif dari peraturan-peraturan kesejahtraan social; c. untuk keuntungan si miskin; d. untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab yang lebih besar dari pejabat-pejabat pemerintahan atau birokrasi kepada masyarakat; e. untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat yang lebih luas kedalam proses pemerintahan; f. untuk memperkuat propesi. Di kutip dalam buku, pedoman bantuan hukum di Indonesia Jakarta: yayasan obor Indonesia, 2014, h. 470. 25 Adnan Buyung Nasution, 1981:5,6 di kutip dalam buku Soerjono Suekamto, dkk, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta: Galia Indonesia, 1983, h. 16 bantuan hukum juga berambisi turut serta mengadakan pembaharuan hukum dan perbaikan pelaksanaan hukum di segala bidang. ” Pernyataan di atas menuntukan bahwa ruang lingkup bantuan hukum itu ternyata, tidak hanya memberi pelayanan bantuanan hukum saja akan tetapi, mengadakan pendidikan hukum bagi masyarakat, serta mengadakan pembaharuan hukum dan perbaikan pelaksaan hukum. Gagasan bantuan hukum ini mula-mulanya timbul dalam anggaran dasar lembaga bantuan hukum. Pada akhirnya tujuan dari program bantuan hukum itu adalah untuk meningkatan kesadaran hukum warga masyarakat, agar mereka menyadari hak-haknya sebagai manusia maupun sebagai warga negara. 26 Sebagian besar masyarakat kita tidak tahu dan tidak sadar bahwa mereka mempunyai hak-hak dan kepentingannya dijamin oleh hukum. mereka tidak tahu ada lorong-lorong hukum yang memberikan jalan untuk mendapatkan dan memperjuangkan hak-haknya. Selain itu ada juga memang masyarakat yang sudah tahu dan mengerti akan adanya pembela diri. Tapi mereka enggan atau sungkan dan tidak mempunyai keberanian moril untuk memperjuangkannya. 27 26 Adnan Buyung Nasution 1976:35,36 di kutip dalam buku Soerjono Suekamto, dkk, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta: Galia Indonesia, 1983, h. 17 27 Adnan Buyung Nasution, “Hukum dan Kendala Pemerataan Keadilan”, dalam Artidjo Alkostar ,ed., Perkembangan Hukum dalam Perspektif Politik Hukum Nasional, Jakarta : CV. Rajawali, 1985, h. 191. Secara umum, bantuan hukum dan advokat pengacara adalah membantu yang mempunyai perkara dalam memperoleh hak-haknya dalam proses penegakan hukum, baik di jalur pengadilan litigation maupun di luar pengadilan non litigation. 28 karena bantuan hukum merupakan hak asasi manusia semua orang dan merupakan tanggung jawab negara, maka hak tersebut tidak dapat dikurangi, dibatasi apalagi diambil oleh negara, setiap orang yang terampas haknya dapat menerima bantuan hukum. Bantuan hukum sesungguhnya merupakan hak konstitusional warga negara, di mana negara wajib mengadakan bantuan hukum bagi masyarakat, konstitusi menjamin hak setiap warga negara mendapatkan perlakuan yang sama di muka hukum, termasuk hak untuk mengakses keadilan melalui pemberian bantuan hukum. sebagaimana telah disebutkan dan dikatakan dengan jelas di dalam Peraturan Undang-Undangan seperti; 1. Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut; “Segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. ” Pasal 28 D Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut; 28 Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 82