tetapi tidak mampu membayar biaya perkara, boleh mendapatkan izin untuk berperkara tanpa biaya.
Bantuan hukum di Indonesia lebih mudah dilacak sejak didirikannya Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia LBHI di Jakarta tanggal 20
Oktober 1970 yang didukung Ali Sadikin Gubernur DKI. Pada tanggal 13 Maret 1980, LBH dikukuhkan menjadi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia YLBHI. Dua puluh tahun sebelum itu, organisasi sosial Tjandra Naya yang berdiri pada tahun 1950 di Jakarta, secara sederhana telah
mengawali dan merintis bantuan hukum di Indonesia, meskipun baru sebatas bantuan hukum bagi warga keturunan Tionghoa.
6
Pada tahun 1968 Prof Ting Swang Tiong, mengusulkan kepada Fakultas Hukum Universitas Indonesia untuk mendirikan Biro Konsultan
Hukum, usulan tersebut mendapatkan respon yang baik dari Universitas. Di Universitas Pajajaran Bandung, Prof. Mochtar Kusuma Atmadja juga
mendirikan Biro Bantuan Hukum. Pendirian Lembaga Bantuan Hukum didasari oleh realitas kepentingan
sosial, yakni ketiadaan pendampingan hukum bagi masyarakat miskin di pengadilan, keinginan tersebut muncul yang disampaikan oleh Adnan
Bayung Nasution, pada Kongres Persatuan Advokat Indonesia Peradin ke- 3, LBH Jakarta didirikan pada tahun 1970 sebagai proyek percobaan
Peradin yang mulai beroperasi.
6
Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 90
YLBHI atau Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia yang bertujuan untuk mengorganisasi dan merupakan naungan bagi LBH-LBH
sebagai proyek Pradin, Kemudian YLBHI menyusun garis-garis program yang akan dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi sehingga
diharapkan kegiatan bantuan hukum dapat dikembangkan secara Nasional dan lebih terarah serta menjadikan itu sebagai suatu gerakan perubahan
sosial.
7
Sejak tahun 1999 praktek kepengacaraan di lingkungan peradilan agama telah ada, praktek tersebut hanya ditunjukan untuk memberikan jasa
pelayanan dan bantuan hukum dalam bidang Hukum Perdata Islam, dan praktek kepengacaraan di lingkungan peradilan agama telah diatur dalam
UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
8
B. Pengertian Bantuan Hukum
Meskipun bantuan hukum tidak secara tegas dinyatakan sebagai tanggung jawab negara namun pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara
7
Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam
Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2014, h. 464.
8
Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 9
Indonesia adalah Negara Hukum, negara mengakui dan melindungi hak azasi manusia bagi setiap individu termasuk hak atas bantuan hukum.
9
Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi
negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak azasi warga negara akan membutuhkan akses terhadap keadilan access to justice
dan kesamaan dihadapan hukum equality before the law jaminan atas hak konstitusi tersebut belum mendapatkan perhatian secara memadai, sehingga
dibentuklah Undang-Undang Bantuan Hukum yang dijadikan dasar untuk menjamin warga negara khususnya bagi orang atau sekelompok orang
miskin untuk mendapatkan akses keadilan access to justice dan kesamaan dihadapan hukum.
10
Acces to justice, akses terhadap keadilan erat kaitannya dengan bantuan hukum sebagaimana pula dikenal dalam bahasa Ingris dengan
istilah legal aid atau legal services. Kedua istilah tersebut mengandung makna sebagai jasa hukum yang diberikan oleh advokat atau pengacara
kepada kalangan masyarakat pencari keadilan.
11
9
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peran Peradilan Agama dalam Pengembangan Access to justice di Indonesia, T,tp:
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2012, h. 20.
10
Ibid., h.20
11
Ibid., h. 13
Lebih dari itu, accses to justice dengan segala bentuknya merupakan representasi dari hak mendapatkan akses keadilan bagi setiap orang. Dengan
kata lain, hak tersebut menjadi dasar bagi adanya pengakuan semua orang sama kedudukannya di depan hukum equality before the law.
12
Menurut Zulaidi Anwar dan Adang, 2009:246 bantuan hukum berasal dari istilah legal assistence dan legal aid
.” Legal aid biasanya digunakan untuk bantun hukum dalam arti sempit berupa pemberian jasa
dibidang hukum kepada orang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma atau gratis bagi mereka yang tidak mampu miskin.
13
Sedangkan pengertian
legal assistance
dipergunakan untuk
menunjukan pengertian bantuan hukum oleh para advokat yang mempergunakan honorarium. Menurut Uli Parulian istilah bantuan hukum
mengalami perkembangan yaitu dari istilah legal assistence menjadi legal aid.
14
Bantuan hukum pada umumnya atau legal aid, diartikan sebagai bantuan hukum baik yang berbentuk pemberian nasehat hukum, maupun
yang berupa menjadi kuasa dari pada seseorang yang berperkara yang diberikan kepada orang yang tidak mampu keadaan ekonominya, sehingga
12
Ibid., h.13-14.
13
Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam Muhammad
Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, h. 468.
14
Faris Vareryan Libert Wangge, “Bantuan Hukum Cuma-Cuma Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 ”, artikel ini di akses pada 06 Agustus 2012 dari
http:m.kompasiana.compostread4831592mengenai-uu-bantuan-hukum-2.html .
ia tidak dapat membayar biaya honorarium kepada seorang pembela atau pengacara.
15
Menurut Frans Hendra Winarta, bantuan hukum adalah konsep untuk mewujudkan persamaan di hadapan hukum equality before the law dan
pemberian jasa hukum dan pembelaan accses to legal counsel bagi semua orang dalam rangka keadilan untuk semua orang justice for all.
16
Lokakarrya Bantuan Hukum Tingkat Nasional pada tahun 1978, mengertikan bantuan hukum sebagai kegiatan pelayanan hukum yang
diberikan kepada golongan yang tidak mampu miskin baik secara perorangan maupun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak
mampu secara kolektif.
17
Undang-Undang Bantuan Hukum No. 16 Tahun 2011, yang merupakan peraturan yang dijadikan landasan bantuan hukum di Indonesia,
dalam pasal 1 a, yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.
Dalam Undang-Undang Bantuan Hukum penerima jasa bantuan hukum adalah orang atau sekelompok orang miskin yang menghadapi
15
Santoso Poedjosoebroto, “Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakultas Hukum
Negeri dan Pelaksanaan Tugas Peradilan ”. Dalam Pemberian Bantuan Hukum oleh
Fakutas Hukum Negeri, Jakarta: departemen penerangan RI, 1976, h. 61.
16
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Di Indonesia, Hak di Dampingi Penasehat Hukum bagi Semua Warga Negara, h. 57.
17
Alpon Kurnia Palma, Sistem Bantuan Hukum di Indonesia, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, h. 469.