RANCANGAN PENELITIAN LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN METODE ANALISIS DATA PEMBAHASAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif untuk menjabarkan gambaran S100 pada scwhannoma.

4.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Murni Teguh Memoriam Hospital. Pengambilan sampel dilakukan di SMF Patologi Anatomi RS. H. Adam Malik Medan dan RS. Colombia Asia Medan. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2010 hingga Juni 2013.

4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

4.3.1. Populasi Penelitian

Semua pasien yang menderita tumor Schwannoma yang datang ke RS. H. Adam Malik dan R.S Columbia Asia yang berjumlah 17 sampel.

4.3.2. Sampel Penelitian

Berdasarkan jumlah populasi diatas, maka metode penarikan sampel ialah total sampling. Universitas Sumatera Utara

4.3.2.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dari penelitian ini : a. Pasien yang telah terdiagnosis secara klinis dengan Schwannoma. b. Pasien yang telah dilakukan operasi sehingga terdapat jaringan tumor yang dapat dikonfirmasi sebagai Schwannoma oleh bagian Patologi Anatomi dan dapat dilakukan pemeriksaan S100. c. Diagnosis telah ditegakkan dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi.

4.3.2.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dari penelitian ini : a. Pasien yang mengalami rudapaksa. b. Pasien yang memiliki tumor lain pada bagian tubuhnya. c. Pasien yang belum dilakukan pengangkatan tumor

4.3.3. Estimasi Besar Sampel

Pada penelitian ini akan digunakan pengambilan sampel dengan metode total sampling. Seluruh populasi yang ada secara otomatis menjadi sampel.

4.4. METODE PENGUMPULAN DATA

4.4.1. Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan sampel biologis tersimpan untuk sampel yang diambil sebelum dilakukannya penelitian dan sediaan histopatologi yang diambil dari pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi, yang selama pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik.Izin didapat dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran USU. Universitas Sumatera Utara

4.4.2. Pengumpulan Data

Rekam medis pasien yang telah didiagnosa tumor Schwannoma mulai Januari 2008 hingga Juni 2013 dikumpulkan, kemudian data dan nomor rekam medis pasien diambil dan disimpan. Berdasarkan nomor rekam medis tersebut dicari nomor jaringan tumor pasien. Kemudian makroskopis tumor diambil sesuai dengan nomor jaringan, dilakukan pengecekan ulang terhadap data makroskopis tumor dengan data pasien. Bila sudah sesuai makroskopis tumor kemudian diproses untuk dilkukan pemeriksaan S100. Wawancara klinis dengan fokus terhadap pertanyaan-pertanyaan dari formulir yang akan diisi. Data kemudian dikumpulkan dan diberikan kode khusus dan ditabulasikan ke dalam perangkat lunak pengolah data.

4.4.3. Persetujuan Informed Consent

Data diambil dari blok parafin pasien-pasien yang telah terdiagnosa menderita meningioma sehingga tidak membutuhkan informed consent.

4.5. METODE ANALISIS DATA

Data yang didapat akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data. Variabel dianalisis secara kualitatif dalam bentuk frekuensi dan persentase yang disajikan baik dalam bentuk tabel maupun grafik. Kemudian dijabarkan gambaran pemeriksaan S100 dengan schwannoma. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1. KARAKTERISTIK SAMPEL

Dalam kurun waktu Januari 2010 sampai Juni 2013, didapatkan sebanyak 17 sampel berbentuk blok parafin dari penderita schwannoma yang terdiagnosis melalui pemeriksaan histopatologi. Dari 17 sampel ini, satu sampel mengalami kerusakan pada saat pemotongan dan pembuatan blok parafin.

5.1.1. Jenis Kelamin

Setelah dilakukan pendataan dan memasukkan data tersebut ke dalam tabel, didapatkan sampel berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan sampel laki-laki, dimana sampel perempuan 12 orang 70,6 dan laki-laki 5 orang 29,4. Tabel 5.1.Distribusi berdasarkan jenis kelamin pada penderita schwannoma n Laki-Laki 5 29,4 Perempuan 12 70,6 Total 17 100.0

5.1.2. Umur

Terhadap sampel dilakukan klasifikasi umur berdasarkan dekade kehidupan. Kejadian Schwannoma memiliki frekuensi kejadian terbanyak pada kelompok umur 40 – 50 tahun sebanyak 9 orang 52,9. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Distribusi berdasarkan umur pada penderita schwannoma Kelompok Umur n 40-50 9 52,9 51-60 5 29,4 61-70 3 17,6 Total 17 100.0

5.1.2. Suku

Berdasarkan suku, didapati Suku terbanyak adalah suku Aceh dan Batak, masing- masing memiliki frekuensi sebesar 5 orang 29,4, diikuti oleh suku Tionghoa sebesar 4 orang 23,5, dan suku Jawa sebesar 3 orang 17,6. Tabel 5.3. Distribusi berdasarkan suku pada penderita schwannoma Suku n Aceh 5 29,4 Batak 5 29,4 Tionghoa 4 23,5 Jawa 3 17,6 Total 20 100.0 Universitas Sumatera Utara 5.2. HASIL BERDASARKAN IMUNOHISTOKIMIA S100 5.2.1. Distribusi Pewarnaan S100 pada schwannoma Berdasarkan hasil imunohistokimia S100 protein, didapati frekuensi terbanyak adalah +++ sebesar 12 kasus 70,6, diikuti oleh + sebesar 3 kasus 17,6, ++ sebesar 1 kasus 5,9, dan – sebesar 1 kasus 5,9. Tabel 5.4. Distribusi pewarnaan S100 pada Schwannoma Imunohistokimia S100 Protein n +++ 12 70,6 + 3 17,6 ++ 1 5,9 - 1 5,9 Total 17 100.0

5.2.2. Distribusi Pewarnaan S100 dengan Jenis Kelamin

Dari jenis kelamin laki-laki, 1 orang menunjukkan intensitas pewarnaan +, 1 orang menunjukkan intensitas pewarnaan ++, dan 2 orang menunjukkan intensitas pewarnaan +++. Sedangkan jenis kelamin perempuan, 1 orang tidak mnunjukkan intensitas pewarnaan S100, 2 orang menunjukkan intensitas pewarnaan +, dan 10 lainnya menunjukkan intensitas pewarnaan +++ Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5 Distribusi Pewarnaan S100 dengan Jenis Kelamin S100 Total Negatif + ++ +++ Jenis Kelamin Laki-laki 1 1 2 4 23.5 Perempuan 1 2 10 13 76.4 Total 1 3 1 12 17

5.2.3. Distribusi pewarnaan S100 dengan usia

Berdasarkan usia 40-50 tahun, 1 orang menunjukkan intensitas pewarnaan +, 1 orang menunjukan intensitas ++, dan 7 orang menunjukkan intensitas +++. Berdasarkan usia 51-60 tahun, 1 orang menunjukkan intensitas +, dan 4 orang menunjukkan intensitas +++. Berdasarkan usia 61-70 tahun, 1 orang menunjukkan intensitas -, 1 orang menunjukkan intensitas +, dan 1 orang menunjukkan intensitas +++. Tabel 5.6. Distribusi pewarnaan S100 dengan usia S100 Total Negatif +1 +2 +3 Usia 40 – 50 1 1 7 9 52.9 51 - 60 61 – 70 1 1 1 4 1 5 29.4 3 17.64 Total 1 3 1 12 17 Universitas Sumatera Utara

5.2.4. Distribusi pewarnaan S100 dengan suku

Berdasarkan suku penderita, pada suku Aceh, 1 orang menunjukkan intensitas pewarnaan +, dan 4 orang menunjukkan intensitas +++. Pada suku Batak, 2 orang menunjukkan intensitas +, dan 3 orang menunjukkan intensitas +++. Pada suku Jawa tahun, 3 orang menunjukkan intensitas +++. Pada suku Tionghoa, 1 orang menunjukkan intensitas -, 1 orang menunjukkan intensitas ++, dan 2 orang menunjukkan intensitas +++. Tabel 5.7. distribusi pewarnaan S100 dengan suku S100 Total Negatif +1 +2 +3 Suku Aceh 1 4 5 29.4 Batak Jawa Tionghoa 1 2 1 3 3 2 5 29.4 3 17.64 4 23.5 Total 1 3 1 12 17 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PEMBAHASAN, SIMPULAN DAN SARAN

6.1 PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan 17 sampel bahan makroskopis tumor yang telah didiagnosa Schwannoma secara histopatologi. Dari 17 sampel ini, satu sampel mengalami kerusakan pada saat pemotongan dan pembuatan blok parafin. Seluruh sampel ini kemudian dilakukan pemeriksaan imunohistokimia S100 guna mendeskripsikan gambara S100 pada Schwannoma. Dari keseluruhan sampel diadapat sampel pria berjumlah 5 0rang dan wanita berjumlah 12 orang. Hal ini berarti bahwa wanita lebih cenderung 2 kali lipat terkena schwanoma dibandingkan pria. Hal ini sesuai dengan teori dimana Arthur, dkk dalam penelitiannya menyatakan bahwa schwanoma dijumpai lebih banyak pada wanita dan pada rentang usia 20-50 tahun. Dari penelitan ini juga diperoleh hasil bahwa usia terbanyak penderita schwanoma ialah usia lima puluh tahunan. Akan tetapi beberapa literatur juga menyatakan bahwa tidak ada pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap insidensi schwanoma. Begitu juga dengan suku, dari penelitian ini tidak bisa diambil kesimpulan bahwa ada suatu suku dimana insidensi meningkat pada suku tersebut karena sampel penelitian ini sedikit. Setelah dilakukan pemeriksaan S100 pada 17 sampel jaringan Schwannoma didapat hasil 12 sampel 70.6 positif tiga, 1 sampel positif dua 5.9, 3 sampel positif satu 17.6 dan 1 sampel negatif. Hal ini menjelaskan bahwa tidak semua schwanoma memberikan gambaran positif pada pemeriksaan S100. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana pemeriksaan S100 merupakan suatu pemeriksaan imunohistokimia yang dapat Universitas Sumatera Utara menegakkan diagnosa pasti schwanoma. Hal ini mungkin terjadi akibat dari persiapan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan S100 tidak begitu cermat. Universitas Sumatera Utara

6.2 KESIMPULAN