Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir

(1)

PENGARUH NILAI BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERAWATAN IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS DI DESA TELUK PULAU

KABUPATEN ROKAN HILIR

T E S I S

Oleh

D A H N I A R 067012006/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

PENGARUH NILAI BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERAWATAN IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS DI DESA TELUK PULAU

KABUPATEN ROKAN HILIR

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh D A H N I A R 067012006/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH NILAI BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERAWATAN IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS DI DESA TELUK PULAU KABUPATEN ROKAN HILIR

Nama Mahasiswa : Dahniar

Nomor Pokok : 067012006

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Delfi Lutan, MSc. Sp.OG) (Dra. Syarifah, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 2 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr.Delfi Lutan, MSc. Sp.OG Anggota : 1. Dra. Syarifah, MS

2. Dr. Fikarwin Zuska


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH NILAI BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERAWATAN IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS DI DESA TELUK PULAU HULU

KABUPATEN ROKAN HILIR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2 Maret 2009


(6)

ABSTRAK

Angka kematian merupakan barometer status kesehatan masyarakat, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Di Kabupaten Rokan Hilir tahun 2007 angka kematian ibu sebanyak 17 kasus (162/100.000 kelahiran hidup), angka kematian bayi sebanyak 70 kasus (6,7/1.000 kelahiran hidup), persalinan yang ditolong tenaga kesehatan sebanyak 10.502 (77,9%), sedangkan 622 persalinan (33,1%) masih ditolong oleh dukun bayi.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh nilai budaya masyarakat terhadap perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas sebanyak 105 orang dengan perincian 42 orang ibu hamil, 34 orang ibu bersalin dan 29 orang ibu nifas. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan regresi ganda dan didukung wawancara mendalam (indepth interview).

Hasil penelitian menunjukkan kebiasaan responden tidak mendukung (41,2%), adat istiadat responden cukup mendukung (50,0%), kepercayaan responden cukup mendukung (58,6%), pengetahuan responden tidak mendukung (55,2%), serta sikap responden tidak mendukung (37,9%). Variabel adat istiadat, kepercayaan, pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas (p<0,05).

Disarankan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir dan Instansi terkait agar membuat kebijakan yang mengharuskan bidan desa bertugas minimal 5 tahun pada satu desa agar mampu memahami nilai budaya masyarakat. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir perlu membuat kebijakan agar dukun bermitra dengan bidan diikuti dengan pembagian wewenang dan imbalan jasa yang jelas. Rumah sakit agar meningkatkan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta melakukan audit maternal secara berkesinambungan, serta meningkatkan peran serta masyarakat dengan menggali potensi masyarakat melalui lintas sektoral mengoptimalkan implementasi desa siaga.


(7)

ABSTRACT

The death rate is a barometer of the health status in a country, especially the death of infant and maternal. In 2007, in the Regency of Rokan Hilir, there were 17 cases (162/100,000 birth life), the rate of birth death is 70 cases (6.7/1,000 birth life), the parturitions which are helped by the health workers are 10,502 (77.9%) while 622 parturitions (33.1% were still helped by uncertified midwives (The cases of maternities’ death).

The purpose of this research is to analyze the influences of socio cultural societies toward the treatments of pregnancy, parturition, and childbed in the Village of Teluk Pulau, Regency of Rokan Hilir. The samples in this research are 105 maternal. Its specifications are: the maternal with pregnancy are 42 people; the

maternal with parturition are 34 people, and the maternal with childbed are 29 people. The data are obtained by interviewing based on questioners and are

analyzed by using multiple regression, and supported by in-depth interview.

This result shows that the respondents’ habits are not support (41.2%); the respondents’ customs are support enough (50.0%); the respondents’ believes are support enough (58.6%); the respondents’ knowledge are not support (55.2%); and the respondents’ attitudes are not support (37,9%). The customs, believes, knowledge, and attitudes variables influence to the nursing of pregnancies, parturitions, and childbeds (p<0.05).

It is suggested to the Regional Government of Rokan Hilir and related Institutions to make a policy which the village midwives must get 5 (five) years experience in one village so that they will be able to understand the cultural values of societies. The Health Department of Regional Government of Rokan Hilir should make the policy, so that the uncertified midwives will cooperate with certified midwives along with the authorities and honorariums. Hospital must increase Obstetric and Neonatal Emergency Comprehensif (PONEK) and maternal audit, and by involving the societies parcipation to implement optimally the prepared villages. Keywords: cultural value, treatment, pregnancy, parturition, and childbed.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul " Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir".

Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, sebagai Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

Bapak Prof.dr.Delfi Lutan, MSc. Sp.OG, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

Ibu Dra. Syarifah, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

Bapak Dr. Fikarwin Zuska dan Bapak Nurman Achmad, S,Sos,M.Soc.Sc Komisi Penguji yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai

Bapak Bupati Kabupaten Rokan Hilir H. Annas Maamun yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bapak Dr. HM. Junaidi Saleh, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Suami Nasrudin Hasan, SE, satu putra dan dua putri, Windu Bella Verina, Muhammad


(10)

Iqbal, Veby Azura Mayangsari serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan sumbangan moril dan materil.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Maret 2009 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Dahniar, lahir pada tanggal 11 September 1960 di Bagansiapiapi, anak ke dua dari sepuluh bersaudara dari pasangan Ayahanda Almarhum Mansyur Syam dan Ibunda Almarhuma Rodiah.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Muhammadiah Bagansiapiapi selesai tahun 1974, Sekolah Menengah Pertama Negeri di Bagansiapiapi selesai tahun 1977, SPK Dep. Kes. RI di Pekanbaru selesai tahun 1981, SGP di Jakarta selesai tahun 1986, Akademi Keperawatan Jurusan Keguruan di Bandung selesai Tahun 1990, AKTA III Mengajar di Bandung selesai tahun 1991, Program Bidan A di Jakarta selesai tahun 1994, AKTA IV di Bandung selesai tahun 1996, Program Studi Ilmu Keperawatan FK – USU di Medan selesai tahun 2001, Pendidikan Ners FK–USU di Medan selesai tahun 2003, D-III Kebidanan di Pekanbaru selesai tahun 2008.

Mulai bekerja sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai Pelaksana Perawatan tahun 1983, Ka. BP. Transmigrasi Bangko tahun 1983, Ka. Pustu Selat Baru tahun 1995, Tenaga Pengajar SPK Dep. Kes RI Riau di Pekanbaru tahun 1997 sampai tahun 2000, Dosen Poltekkes Riau Jurusan Kebidanan Pekanbaru tahun 2000 sampai tahun 2002, Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir tahun 2007 sampai tahun 2008, Direktur RSUD Dr. RM. Pratomo Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008 s/d sekarang.

Pada tanggal 4 Juli1987, penulis menikah dengan Nasrudin anak dari Bapak Almarhum KH. Hasan dan Ibu Siti Aminah, dan penulis dikaruniai seorang orang putra dan dua orang putri.

Tahun 2006 Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S-2 Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera UtaraMedan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Hipotesis Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Kehamilan ... 13

2.2. Persalinan... 16

2.3. Masa Nifas ... 20

2.4. Budaya dan Kesehatan... 21

2.5. Konsep Perilaku ... 25

2.5.1.Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan ... 26

2.5.2.Perilaku dalam Bentuk Sikap... 27

2.5.3.Perilaku dalam Bentuk Tindakan... 28

2.5.4.Perubahan Perilaku ... 29

2.6. Landasan Teori ... 30

2.7. Kerangka Konsep Penelitian... 30

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31


(13)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 36

3.6.1.Variabel Independen ... 36

3.6.2.Variabel Dependen ... 39

3.7. Metode Analisis Data... 40

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 41

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

4.2. Karakteristik Responden... 43

4.3. Kebiasaan Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan Ibu Nifas ... 48

4.4. Adat Istiadat Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan Ibu Nifas ... 50

4.5. Kepercayaan Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan Ibu Nifas... 51

4.6. Pengetahuan Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan Ibu Nifas ... 52

4.7. Sikap Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan Ibu Nifas... 54

4.8. Perawatan Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan Ibu Nifas ... 55

4.9. Tabel Silang (Crosstab) ... 56

4.9.1.Tabel Silang Nilai Budaya dengan Perawatan Ibu Hamil ... 56

4.9.2.Tabel Silang Nilai Budaya dengan Perawatan Ibu Bersalin... 59

4.9.3.Tabel Silang Nilai Budaya dengan Perawatan Ibu Nifas... 61

4.10. Hasil Uji Regresi Berganda ... 64

BAB 5 PEMBAHASAN... 67

5.1. Pengaruh Nilai Budaya Terhadap Perawatan Ibu Hamil ... 67

5.2. Pengaruh Nilai Budaya Terhadap Perawatan Ibu Bersalin ... 70

5.3. Pengaruh Nilai Budaya Terhadap Perawatan Ibu Nifas ... 74

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran... 79


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Metode Pengukuran Variabel Penelitian... 40

4.1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Rokan Hilir ... 42

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur... 43

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 44

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 45

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami ... 47

4.7. Distribusi Kepala Keluarga Responden Berdasarkan Penghasilan... 48

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kebiasaan... 49

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Adat Istiadat... 50

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepercayaan ... 51

4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan... 53

4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap ... 54

4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Perawatan... 55

4.14 Silang Kebiasaan dengan Perawatan Ibu Hamil ... 56

4.15 Silang Adat Istiadat dengan Perawatan Ibu Hamil ... 57

4.16 Silang Kepercayaan dengan Perawatan Ibu Hamil ... 57

4.17 Silang Pengetahuan dengan Perawatan Ibu Hamil ... 58

4.18 Silang Sikap dengan Perawatan Ibu Hamil... 58

4.19 Silang Kebiasaan dengan Perawatan Ibu Bersalin ... 59

4.20 Silang Adat Istiadat dengan Perawatan Ibu Bersalin ... 59


(15)

4.22. Silang Pengetahuan dengan Perawatan Ibu Bersalin ... 60

4.23. Silang Sikap dengan Perawatan Ibu Bersalin... 61

4.24. Silang Kebiasaan dengan Perawatan Ibu Nifas... 61

4.25. Silang Adat Istiadat dengan Perawatan Ibu Nifas... 62

4.26. Silang Kepercayaan dengan Perawatan Ibu Nifas ... 62

4.27. Silang Pengetahuan dengan Perawatan Ibu Nifas... 63

4.28. Silang Sikap dengan Perawatan Ibu Nifas ... 63

4.29. Hasil Uji Regresi Pengaruh Nilai Budaya terhadap Perawatan Ibu Hamil . 64 4.30. Hasil Uji Regresi Pengaruh Nilai Budaya terhadap Perawatan Ibu Bersalin ... 65


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 84

2. Hasil Tabulasi Silang Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas ... 96

3. Hasil Uji Regresi Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas... 111

4. Dokumentasi Penelitian ... 114

5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 117

6. Hasil Wawancara Mendalam ... 124

7. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU Medan ... 131

8. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir ... 132


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kematian merupakan barometer status kesehatan pada suatu negara, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang dihadapi berbagai negara didunia terutama di negara ASEAN seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Fhilipina (Depkes RI, 2006).

Menurut Azwar (2005), Indonesia belum mampu mengatasi tingginya Angka Kematian Ibu (AKI ), pada tahun 2005 berkisar 307 per 100.000 kelahiran hidup, ”Itu berarti setiap tahun ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam ada 2 ibu hamil, bersalin dan nifas yang meninggal karena berbagai penyebab, seperti perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi/ eklampsi dan infeksi”.

Angka Kematian Ibu tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung.. Penyebab langsung kematian ibu terbesar adalah komplikasi obstetrik (90 %) yang dikenal dengan Trias Klasik seperti perdarahan, infeksi dan preeklampsi/eklampsi atau komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Sedangkan penyebab kematian ibu tidak langsung merupakan akar permasalahan dimana erat hubungannya yang bersifat sosial dan budaya, seperti kebiasaan, keyakinan, kepercayaan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap perawatan hamil, bersalin dan nifas yang


(19)

mengakibatkan, tingginya angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi, seperti keyakinan masyarakat terhadap pantangan beberapa jenis makanan gizi seperti pantang makan ikan yang bertandik (bersirip) yang menurut keyakinan dapat menyebabkan terjadi rasa nyeri yang hebat pada saat persalinan berlangsung, kemudian makan daging dan telur dapat menyebabkan penyembuhan luka setelah bersalin tidak sempurna, perilaku-perilaku yang tersebut diatas sangat mempengaruhi asupan gizi pada saat hamil, bersalin dan nifas. Sedangkan pada ibu hamil tejadi peningkatan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta adaptasi fisiologi terhadap Ibu sehingga potensial terjadinya anemia dalam kehamilan, menurunnya daya tahan tubuh, sehingga ibu mudah terinfeksi, serta terjadinya perdarahan ante partum saat hamil, perdarahan post partum pada saat dan setelah bersalin. Kemudian juga didukung oleh faktor sulitnya sarana transportasi, rendahnya kemampuan mengakses pelayanan kesehatan pada masyarakat yang terpencil, khususnya masyarakat yang berada wilayah pesisir sungai rokan.

Penyebab kematian bayi baru lahir terutama juga disebabkan asfeksia, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) serta infeksi dimana keadaan tersebut sangat erat hubungannya dengan kondisi nutrisi pada masa kehamilan, tepatnya tindakan pada pertolongan persalinan yang aman serta pencegahan terjadinya hipotermi dan tetanus neotorum setelah persalinan dan perawatan bayi baru lahir.yang adekuat.

Di sisi lain pemerintah melalui Departemen Kesehatan berupaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi, dimana angka Kematian Ibu (AKI) Pada Tahun 2005 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, kemudian tahun 2010 akan diturunkan


(20)

menjadi 225/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya pada Millennium Development

Goals (MDGS) tahun 2015 menjadi sebesar 125/100.000 kelahiran hidup. Kematian

bayi pada 2005 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup akan diturunkan menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup pada 2010, sedangkan pada Millennium Development

Goals (MDGS) tahun 2015 AKB akan diturunkan AKB menjadi 20 per 1000

kelahiran hidup.

Millennium Development Goals (MDGS) merupakan kesepakatan bersama

sebanyak 189 Negara angota PBB termasuk Indonesia yaitu menyepakati Deklarasi Millenium pada September 2000. Dalam Deklarasi tersebut ada delapan sasaran

MDGS yang target waktunya 2015, kedelapan sasaran tersebut adalah : (1) Mengurangi setengah dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar Amerika Serikat sehari; (2) Memastikan setiap anak, laki-laki dan perempuan, menyelesaikan tahap pendidikan dasar; (3) Memberdayakan perempuan, mengurangi diskriminasi gender pada semua tingkatan; (4) mengurangi tingkat kematian anak usia di bawah 5 tahun hingga dua pertiga; (5) meningkatkan kesehatan ibu dan mengurangi rasio kematian ibu dalam proses melahirkan hingga 75%; (6) memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyekit lainnya; (7) menjamin keberlanjutan lingkungan serta rehabilitasi sumber daya, di mana ditargetkan jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum berkurang setengahnya; (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Tujuan pencapaian target Milleniumi Development Goals (MDGS) terdapat pada uraian sasaran diatas yaitu pada butir 4 dan 5 mengurangi tingkat kematian anak usia di bawah 5 tahun hingga dua pertiga dan meningkatkan kesehatan


(21)

ibu dan mengurangi rasio kematian ibu dalam proses melahirkan hingga 75%, tujuan tersebut merupakan tugas pokok dan fungsi dari Departemen Kesehatan, khususnya Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, sedangkan di Dinas Kesehatan Propinsi merupakan tugas Sub Dinas Pelayanan Kesehatan (Yankes), serta di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan tugas dari Sub Dinas Kesehatan Keluarga (Kesga).

Kondisi pencapaian program di Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir, khususnya Program Kesehatan Keluarga (Kesga), terhadap pencapaian target pelayanan antenatal atau pemeriksaan kehamilan (K-1 dan K-4) pada masing-masing puskesmas Kabupaten Rokan Hilir selama tahun 2005-2007 cukup bervariasi. Pada tahun 2005 di Kabupaten Rokan Hilir terdapat sebanyak 12.555 orang ibu hamil sebagai sasaran pelayanan antenatal, dari jumlah tersebut sebanyak 11.786 orang ibu hamil (93,9%) melakukan kunjungan pertama (K-1) dan 10.081 orang ibu hamil (80,3%) yang sampai melakukan kunjungan keempat (K-4). Tahun 2006 terdapat sebanyak 13.801 orang ibu hamil sebagai sasaran pelayanan antenatal, dari jumlah tersebut sebanyak 12.472 orang ibu hamil (90,4%) melakukan kunjungan pertama (K-1) dan 10.556 orang ibu hamil (76,5%) yang sampai melakukan kunjungan keempat (K-4). Tahun 2007 terdapat sebanyak 14.122 orang ibu hamil sebagai sasaran pelayanan antenatal, dari jumlah tersebut sebanyak 13.724 orang ibu hamil (97,2%) melakukan kunjungan pertama (K-1) dan 12.299 orang ibu hamil (87,1%) yang sampai melakukan kunjungan keempat (K-4). Mengacu kepada cakupan pelayanan pemeriksaan kehamilan (K-1 dan K-4) sudah cukup tinggi, hal tersebut


(22)

menunjukkan secara kuantitas pelayanan antenatal sudah baik, karena target yang haris dicapai untuk K-1 sebesar 95% dan K-4 sebesar 90%, berdasarkan data diatas tahun 2007 sudah mencapai target yang ditetapkan secara nasional.

Pencapaian target persalinan yang yang ditolong tenaga kesehatan serta kasus kematian akibat persalinan (perdarahan, infeksi, preeklamsia/eklamsia) pada masing-masing puskesmas selama tahun 2005-2007 cukup bervariasi. Pada tahun 2005 di Kabupaten Rokan Hilir terdapat sebanyak 11.987 orang ibu bersalin, dari jumlah tersebut terjadi sebanyak 7.312 persalinan (61,0%) yang ditolong oleh tenaga kesehatan, serta sebanyak 4.675 persalinan (39,0%) ditolong oleh dukun kampung, sebanyak 645 persalinan diantaranya mengalami kasus perdarahan, infeksi dan pre eklamsia/eklamsia, dan 27 orang dari kasus tersebut meninggal. Tahun 2006 terdapat sebanyak 12.432 orang ibu bersalin, dari jumlah tersebut terjadi sebanyak 8.266 persalinan (66,5%) yang ditolong oleh tenaga kesehatan, serta 3.721 persalinan (33,5%) sebanyak 603 persalinan diantaranya mengalami kasus perdarahan, infeksi dan pre eklamsia/eklamsia, dan 20 orang dari kasus tersebut meninggal. Tahun 2007 terdapat sebanyak 13.481 orang ibu bersalin, dari jumlah tersebut terjadi sebanyak 10.502 persalinan (77,9%) yang ditolong oleh tenaga kesehatan, sebanyak 622 persalinan diantaranya mengalami kasus perdarahan, infeksi dan pre eklamsia/eklamsia, dan 17 orang dari kasus tersebut meninggal.

Sasaran program pelayanan neonatal serta kasus kematian bayi akibat BBLR, asfiksia, tetanus dan hipotermi pada masing-masing puskesmas selama tahun 2005-2007 cukup bervariasi. Pada tahun 2005 di Kabupaten Rokan Hilir terdapat sebanyak


(23)

9.858 orang bayi lahir hidup dan 41 orang bayi lahir mati, serta terjadi sebanyak 63 kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, tetanus dan hipotermi, dari kasus tersebut yang mengalami kematian sebanyak 16 kasus. Tahun 2006 di Kabupaten Rokan Hilir terdapat sebanyak 9.997 orang bayi lahir hidup dan 37 orang bayi lahir mati, serta terjadi sebanyak 67 kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, tetanus dan hipotermi, dari kasus tersebut yang mengalami kematian sebanyak 18 kasus. Tahun 2007 di Kabupaten Rokan Hilir terdapat sebanyak 10.502 orang bayi lahir hidup dan 48 orang bayi lahir mati, serta terjadi sebanyak 74 kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, tetanus dan hipotermi, dari kasus tersebut yang mengalami kematian sebanyak 22 kasus.

Tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Rokan Hilir secara umum sudah terdapat pada setiap desa, khususnya tenaga bidan desa yang berjumlah 106 orang, sedangkan jumlah desa sebanyak 115 jadi rata-rata seluruh desa telah mempunyai tenaga bidan. Cakupan pelayanan yang dilakukan tenaga kesehatan sebanyak 10.502 persalinan atau sebesar 77,9% dari total persalinan. Disamping itu keberadaan tenaga dukun bayi masih memberikan kontribusi dan digunakan masyarakat sebagai tenaga penolong persalinan, hal ini terjadi khususnya akibat faktor sosial budaya yang berkembang di masyarakat. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga dukun bayi selama tahun 2007, di Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 1.539 persalinan sebesar 11,4% dari total persalinan ditolong oleh tenaga dukun bayi terlatih, serta 1.440 persalinan (10,7%) lainnya ditolong oleh dukun bayi tidak terlatih.


(24)

Dari 10 puskesmas yang terdapat di Kabupaten Rokan Hilir salah satu wilayah kerja Puskesmas yang mengalami paling banyak kasus kematian akibat persalinan selama tahun 2007 adalah Puskesmas Rimba Melintang yaitu sebanyak 10 kasus yang terdiri dari 5 kasus perdarahan, 3 kasus infeksi persalinan, dan 2 kasus karena pre-eklamsia dan eklamsi.. Salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Rimba Melintang adalah Desa Teluk Pulau, dimana kasus kematian akibat persalinan paling tinggi dari seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas Rimba Melintang (Dinkes Rokan Hilir, 2007).

Secara geografis Desa Teluk Pulau berada di pesisir Sungai Rokan terdiri dari 2 dusun yaitu Teluk Pulau Hulu dan Hilir dengan jumlah penduduk 7.446 jiwa. Dimana kondisi wilayah pesisir yang masih kuat menganut sistem budaya yang tidak mendukung masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, sehingga kasus-kasus kegawatdaruratan kebidanan (kehamilan, persalinan dan nifas) tidak dapat ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Hal ini menyebabkan angka kematian ibu dan bayi lebih tinggi daripada wilayah lain di sekitarnya yaitu 7 kasus pada tahun 2005, 7 kasus pada tahun 2006, 5 kasus pada tahun 2007 yang disebabkan pre eklamsia, persalinan terlantar dan perdarahan.

Di samping itu hambatan dari faktor sosial budaya masyarakat, bahwa kematian pada masa hamil, bersalin dan nifas merupakan takdir, dimana menurut keparcayaan masyarakat setempat kematian pada saat tersebut merupakan kematian yang baik, sehingga upaya dalam penanganan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas tidak perlu dilakukan secara berlebihan, karena sesuatu diatas dunia ini


(25)

telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.

Hasil penelitian Suprabowo (2006), tentang praktik budaya dalam kehamilan, persalinan, dan nifas pada Suku Dayak menyimpulkan sebagian besar masyarakat Suku Dayak sudah mengetahui hal yang berhubungan dengan kehamilan, pemeriksaan kehamilan perlu dilakukan apabila ada kelainan, penolong persalinan yang digunakan adalah bidan kampung. Dalam hal persalinan Suku Dayak menganggap sesuatu yang berbahaya, terutama apabila terjadi perdarahan dan partus macet. Meskipun sebagian besar masyarakat menyatakan penyebab kematian ibu merupakan faktor medis seperti perdarahan dan penyakit lain, namun ada responden yang berpandangan dari sudut agama, menyatakan penyebab kematian diluar faktor medis, namun merupakan takdir.

Hasil wawancara pada studi awal dengan orang yang dituakan dalam penanganan persalinan, menunjukkan bahwa beberapa perilaku yang menyangkut kesehatan khususnya dalam hal perawatan kehamilan, persalinan dan nifas, antara lain adanya pantangan terhadap makanan tertentu seperti makan telur, makan daging dan makan ikan-ikan yang dianggap dapat menimbulkan bengkak (bisul) dan gatal-gatal, hal ini sangat berpengaruh terhadap asupan gizi sehingga menyebabkan berpotensi untuk terjadi anemia dalam kehamilan, dan pada akhirnya menyebakan perdarahan saat persalinan, serta mudahnya terjadi infeksi atau sub involutio saat masa nifas.

Hasil wawancara pada studi awal dengan dukun kampung, pemuka masyarakat dalam hal ini orang yang dituakan di tengah masyarakat menunjukkan


(26)

beberapa perilaku masyarakat yang terkait dengan perawatan kehamilan, persalinan dan nifas antara lain ’perdarahan dalam persalinan tidak perlu tindakan yang berlebihan karena dalam persalinan perdarahan merupakan hal yang biasa, dan dapat ditanggulangi dengan cara totok pada pembuluh darah ibu yang melahirkan dan memberikan usapan yang berisi daun-daunan serta do’a untuk mengunci aliran darah,mudah-mudahan masalah perdarahan akan berhenti dengan sendirinya, tetapi apbila perdarahan tersebut tetap berlanjut maka hal tersebut merupakan nasib/takdir yang bersangkutan semua kehendak Yang Maha Kuasa, siapapun yang menolong tidak akan berhasil. Proses persalinan dilakukan dengan pemberian minyak selusuh keseluruh badan ibu sampai didepan jalan lahir yang merupakan tindakan untuk mempercepat persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung / dukun beranak pada awal persalinan, dan melakukan tindakan dorongan saat rasa nyeri, tanpa mengetahui apakah jalan lahir atau pembukaan servic sudah lengkap atau tidak, hal ini dapat menyebabkan kelelahan, dehidrasi, udema sekitar vagina dan servic atau terjadinya persalinan macet, yang dapat meningkatkan angka kejadian, infeksi, perdarahan (komplikasi dalam kehamilan ,bersalin dan nifas). Persepsi masyarakat terhadap kematian ibu sebagian besar diwarnai oleh kepercayaan, agama dan faktor supranatural. Persepsi terhadap mahluk-mahluk gaib yang biasanya dapat mempengaruhi dalam proses hamil, bersalin dan nifas, masih diyakini, contohnya: seorang perempuan mengalami kehamilan sampai melahirkan, merupakan suatu proses yang sudah harus dialami oleh seorang perempuan, serta hal-hal yang terjadi selama proses tersebut sudah merupakan takdir yang harus dijalani. Persepsi yang


(27)

demikian menyebabkan perhatian terhadap kesehatan ibu menjadi rendah. Masyarakat akan bersikap pasrah jika dihadapkan pada masalah-masalah medis seperti ibu yang mengalami gawat pada saat hamil, perdarahan masa bersalin dan masalah asupan nutrisi pada saat hamil dan nifas yang tidak adekuat”.

Keadaan ini mengakibatkan tingginya angka morbilitas dan mortalitas pada ibu dan bayi, sehingga upaya tenaga kesehatan dalam menurunkan angka kematian ibu bukanlah suatu hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan, karena faktor perilaku praktik sosial budaya masyarakat dalam penanganan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks karena menyangkut latar belakang kehidupan secara turun temurun telah membentuk sikap dan perilaku masyarakat dalam pengambilan keputusan terhadap penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan hamil, bersalin dan nifas (obstetri).

Uraian diatas mengindikasikan, bahwa ada pengaruh nilai budaya yang diyakini masyarakat yang sangat mempengaruhi dalam mengambil keputusan terhadap kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Dengan demikian penulis merasa tertarik dan ingin mengetahui lebih mendalam tentang nilai budaya masyarakat dalam perawatan kehamilan, persalinan dan nifas di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir.

Sebagai suatu kerangka konseptual, sistem perawatan kesehatan memberi jalan bagi peneliti untuk dapat memahami bagaimana pelaku-pelaku dalam suatu masyarakat tertentu memikirkan mengenai perawatan kesehatan dan cara-cara bertindak dalam kenyataan komponen-komponen yang dimaksud. Sistem perawatan


(28)

kesehatan diorganisasi atas dasar kenyataan interaksi dari komponen-komponen ini untuk memecahkan masalah utama yaitu penyembuhan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin Dan Nifas di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir ”.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh nilai budaya masyarakat terhadap perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008.

1.4. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh nilai budaya masyarakat terhadap perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Hasil penelitian mendapatkan rumusan model perawatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

2. Bagi pemecahan masalah penelitian

Mendapatkan suatu metoda pendekatan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu hamil, bersalin dan nifas.


(29)

3. Bagi Program kesehatan ibu dan anak

Hasil penelitian ini berguna sebagai dasar (base line data) bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir dalam menyusun rencana strategis tentang kebijakan program kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

Kehamilan adalah merupakan proses reproduksi yang akan dialami oleh seorang wanita, lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280

hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Macam-macam kehamilan adalah : (1) kehamilan matur (cukup bulan) adalah kehamilan > 36-42

minggu, (2) kehamilan post matur adalah kehamilan lebih dari 43 minggu dan (3) kehamilan prematur adalah kehamilan antara 28 minggu sampai dengan 36 minggu (Sarwono, 2001).

Pelayanan kehamilan (antenatal) secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat. Sedangkan secara khusus pelayanan antenatal bertujuan untuk mendeteksi ibu hamil dengan faktor risiko tinggi dan menanggulangi sedini mungkin, merujuk kasus risiko tinggi ke tingkat pelayanan kesehatan yang sesuai, memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sehingga terjadi peningkatan cakupan dan merencanakan serta mempersiapkan persalinan sesuai dengan risiko yang dihadapinya (Manuaba, 2001).

Adapun yang menjadi sasaran pelayanan antenatal adalah ibu hamil. Sedangkan target adalah jumlah ibu hamil yang harus dicakup, dimana perhitungan setiap tahunnya di tentukan oleh daerah tingkat I atau tingkat II yang bersangkutan


(31)

(Manuaba, 2001).

Menurut Depkes RI (2007), kebijakan operasional dalam pelayanan antenatal pada ibu hamil meliputi: (1) menemukan kehamilan risiko tinggi sedini mungkin,

(2) melakukan upaya pencegahan neonatal tetanus dengan imunisasi TT, (3) pembelian tablet tambah darah (Fe) pada setiap ibu hamil selama kehamilannya,

(4) melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, (5) pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan atas indikasi, (6) setiap ibu hamil dibuatkan kartu ibu untuk mencatat hasil pemeriksaan kehamilan, perlu diberikan KMS ibu hamil dan kartu imunisasi, (7) menyediakan sarana pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai dengan standar pada jenjang pelayanan, (8) memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga, suami mengenai cara hidup sehat, (9) memberikan pelayanan antenatal di puskesmas pada setiap hari kerja, (10) melakukan rujukan intern di dalam puskesmas untuk menjaring ibu hamil yang datang dengan keluhan lain.

Menurut Depkes RI (2007) dalam program perencanaan kesehatan ibu dan anak memlaui pendekatan tim, menyebutkan bahwa kebijaksanaan pelayanan antenatal merupakan kebijaksanaan umum dalam memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pada jenjang pelayanan yang terdiri dari : (1) meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga, kader) dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan antenatal dan pencegahan risiko tinggi melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan, (2) meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun peralatan fasilitas pelayanan antenatal, (3) melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali yaitu : pada triwulan pertama 1 kali, triwulan ke dua 1 kali, dan pada


(32)

triwulan ke tiga 2 kali, (4) meningkatkan sistem rujukan kehamilan risiko tinggi, mendapatkan umpan balik rujukan sesuai dengan jenjang pelayanan.

Ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu ; (1) aspek medik, yang meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini dan pemberian terapi sesuai dengan diagnosis, (2) penyuluhan, komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai : penjagaan kesehatan dirinya dan janin, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang dimilikinya dan pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu, (3) rujukan, ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang mempunyai fasilitas lebih lengkap (Depkes RI, 2005).

Tujuan umum dari pemeriksaan kehamilan adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Manuaba, 2001).

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinan. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2001).

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang


(33)

datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu (Depkes RI, 2007).

Kunjungan baru ibu hamil (Kl) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan standar, dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang keempat (K.4) adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut: (1) minimal 1 kali pada trimester I, (2) minimal 1 kali pada trimester II dan (3) minimal 2 kali pada trimester III (Depkes RI, 2007).

2.2. Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh si ibu.

Jenis persalinan adalah (1) spontan, yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir atau tanpa usaha dari luar, (2) persalinan buatan, yaitu persalinan dengan dibantu tenaga dari luar, misalnya : ekstraksi dengan forceps, atau melakukan operasi section caesarea, dan (3) persalinan anjuran, yaitu persalinan setelah pemecahan ketuban, pemberian potocin atau prostaglandin.

Menurut Manuaba (2001) peningkatan pelayanan antenatal care, penerimaan gerakan keluarga berancana, melaksanakan persalinan bersih dan aman (pelayanan kebidanan dasar), dan meningkatkan pelayanan obstetric essensial dan darurat yang


(34)

merupakan pelayanan kesehatan primer. Tidak jarang ibu hamil yang kritis meninggal sesampai di rumah sakit, artinya si ibu terlambat mendapatkan pertolongan. Kejadian ini dapat berupa kasus kelainan letak janin, hipertensi, perdarahan (rupture uteri) karena dukun bayi terlatih mendorong janin keluar rahim. Dalam keadaan kritis ditangan dukun bayi terlatih barulah si ibu dirujuk ke rumah sakit.

Kasus persalinan yang dirujuk ke rumah sakit antara lain partus lama, bayi lahir tetapi placenta dalam kandungan (retensio plasenta), anak besar, ketuban pecah sebelum waktu persalinan, abortus, eklampsia. Beberapa kasus yang terlambat dirujuk oleh dukun bayi terlatih membuat para ibu yang hendak bersalin meninggal setelah beberapa jam di rumah sakit. Uniknya, dalam beberapa kasus meskipun ibu hamil memeriksakan kehamilan ke bidan atau ke dokter, belum tentu bersalin dibantu oleh dokter atau bidan.

Masalah pertolongan persalinan di daerah pedesaan sangat memprihatinkan, hal ini semakin diperparah apabila selama masa kehamilan seorang ibu juga tidak pernah melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan, kalaupun dilakukan pemeriksaan hanya kepada dukun bayi yang tentunya tidak memiliki kemampuan dan fasilitas yang cukup untuk mengetahui dan mendeteksi secara dini apabila terdapat kelainan atau penyakit yang mengiringi kehamilan tersebut (Resty, 2003).

Masalah mendasar yang sering menjadi kendala dalam peningkatan kesehatan perempuan adalah sering terjadinya nilai-nilai sosial budaya yang menempatkan posisi perempuan pada posisi subordinatif yaitu stereotip masyarakat terhadap peran


(35)

dan kedudukan perempuan (Sumaryoto, 2003).

Upaya untuk meningkatkan harga diri dan martabat perempuan selain pendidikan keterampilan, juga sangat memperhatikan character building (pembangunan karakter). Pembangunan hanya bias sukses jika masyarakat termasuk perempuan mempunyai karakter yang baik. Penerapan kemampuan harus berjalan secara selaras. Negara hanya dapat bertahan jika etika dan moral penduduknya bagus. Masyarakat yang pintar secara intelektual tidak bermanfaat apabila moral dan etikanya rusak karena kurang memperhatikan kepentingan masyarakat. Kenyataan selama ini perempuan baru bisa dihargai jika memiliki kemampuan intelektual dan emosi yang seimbang (Resty, 2003).

Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan. Perhatian khusus diberikan pada masa sekitar persalinan, karena kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi dalam masa tersebut. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya bayi baru lahir), balita dan anak pra sekolah. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan uterotonika. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan haid. Pengobatan ginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter.


(36)

hal ini semakin diperparah apabila selama masa kehamilan seorang ibu juga tidak pernah melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan, kalaupun dilakukan pemeriksaan hanya kepada dukun bayi yang tentunya tidak memiliki kemampuan dan fasilitas yang cukup untuk mengetahui dan mendeteksi secara dini apabila terdapat kelainan atau penyakit yang mengiringi kehamilan tersebut (www.promosikesehatan.com).

Masalah mendasar yang sering menjadi kendala dalam peningkatan kesehatan perempuan adalah sering terjadinya nilai-nilai sosial budaya yang menempatkan posisi perempuan pada posisi subordinatif yaitu stereotip masyarakat terhadap peran dan kedudukan perempuan (Sumaryoto, 2003).

Upaya untuk meningkatkan harga diri dan martabat perempuan selain pendidikan keterampilan, juga sangat memperhatikan character building. Pembangunan hanya bisa sukses jika masyarakat termasuk perempuan mempunyai karakter yang baik. Penerapan kemampuan harus berjalan secara selaras. Negara hanya dapat bertahan jika etika dan moral penduduknya bagus. Masyarakat yang pintar secara intelektual tidak bermanfaat apabila moral dan etikanya rusak karena kurang memperhatikan kepentingan masyarakat. Kenyataan selama ini perempuan baru bisa dihargai jika memiliki kemampuan intelektual dan emosi yang seimbang


(37)

2.3. Masa Nifas

Masa nifas atau pueperium adalah masa setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat “kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama + 6 minggu (Depkes RI, 2002).

Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu dan seluruh alat genital pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat kandungan kembali seperti pra hamil kehamilan lamanya 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2002).

Pergerakan yang segera mungkin dilakukan dapat mengurangi angka kejadian dari gangguan trombo simbolik dan sebagian wanita akan merasa nyaman dalam melakukan ambulasi.

Untuk wanita Asia mereka juga membutuhkan rawat gabung dengan bayinya yang bertujuan untuk istirahat dan penyembuhan sesudah bayi lahir untuk mempermudah melakukan konsep dari perawatan dari post natal dan mereka juga menemukan hal yang tidak cocok dari apa yang mereka harapkan untuk melakukan tahap sesegera mungkin.

Perawatan post natal untuk ibu dan bayinya merupakan pertimbangan dari suku dan budaya. Ambulasi yang terlambat pada wanita akan mengalami gangguan epidural sampai kembalinya stimulus seperti semula dan juga membutuhkan pertolongan yang intensif dari seseorang.


(38)

2.4. Budaya dan Kesehatan

Kebudayaan sebagai konsep dasar dapat menjelaskan kaitannya dengan gejala-gejala sosial, seperti interaksi sosial dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai pranata kesehatan maupun non kesehatan tetapi terkait, seperti melaksanakan perawatan medis di rumah sakit atau pada pranata keprametraan tertentu, atau di rumah tangga sendiri. Kaitan-kaitan tersebut dinyatakan sebagai gejala sosio budaya. Sehubungan dengan hal tersebut, gagasan-gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan timbal nalik antara gejala sosial dari penyakit dan perawatan kesehatan dengan gejala-gejala sosial biologis dan biomedis (Kalangie, 1994).

Sehubungan dengan itu penggunaan konsep budaya dalam perilaku masyarakat terkait dengan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkenaan dengan etiologi, terapi, pencegahan penyakit (fisik, psikis dan sosial). Dapat saja seseorang memperlihatkan perilaku psikologis disamping perilaku budaya. Perwujudan perilaku kesehatan adalah kegiatan-kegiatan perawatan kesehatan yang dilakukan dalam satu atau banyak sistem (organisasi) kesehatan (Kalangie, 1994).

Foster dan Anderson (1986) mengemukakan antropologi kesehatan sebagai sub disiplin ilmu antropologi merupakan aktifitas formal yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang dapat dideskripsikan tentang hubungan timbal balik bio-budaya, antar tingkah laku manusia masa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari


(39)

pengetahuan tersebut, serta partisipasi tenaga profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Pemeliharaan kesehatan mencakup berbagai kegiatan yang satu dengan lainnya berkaitan dan merupakan respons-respons terhadap penyakit dan yang terorganisasi secara sosial budaya dalam setiap masyarakat. Dengan kata lain ini dikenal dengan sistem perawatan kesehatan. Sistem perawatan kesehatan mengintegrasikan komponen-komponen yang berhubungan dengan kesehatan yang mencakup pengetahuan dan kepercayaan tentang kausalitas ketidaksehatan, aturan dan alasan pemilihan dan penilaian perawatan, kedudukan, dan peranan, kekuasaan, latar interaksi, pranata-pranata, dan jenis-jenis sumber serta praktisi perawatan yang tersedia (Kalangie, 1994).

Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah bahwa tidak semua unsur dalam suatu sistem budaya kesehatan cukup ampuh serta dapat memenuhi semua kebutuhan kesehatan masyarakat yang terus meningkat akibat perubahan-perubahan budaya yang terus menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain tidak semua makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis


(40)

yang diperlukan masyarakat telah sepenuhnya dipahami ataupun dilaksanakan oleh sebagian terbesar para anggota suatu komunitas masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan medis belum seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan suatu masyarakat karena adanya berbagai masalah keprofesionalan, seperti perilaku profesional medis yang belum sesuai dengan kode etik, pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi, keterbatasan dana dan tenaga, keterbatasan pemahamana komunikasi yang berwawasan budaya (Kalangie, 1994).

Menurut Koentjaraningrat (1990), wujud dari suatu budaya dapat dikelompokkan dalam 3 hal yaitu: (1) wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu

kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan (Setiadi dkk, 2002).

Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut sebagai adat-istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan disitulah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta menetapkan


(41)

tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai satu kesatuan (Koentjaraningrat, 1990).

Nilai yang terkandung dalam kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia, bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapai oleh masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang tidak selalu memberikan dampak yang baik. Kecuali itu, manusia memerlukan kepuasan baik dibidang spritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.

Keterkaitan nilai budaya dengan manusia dapat diamati dari sifat-sifati dari kebudayaan antara lain (1) budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia, (2) budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu organisasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan, (3) budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya, dan (4) budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

Beberapa penelitian yang terkait peranan aspek sosial budaya dengan kesehatan adalah yang dilakukan Adji (1986) di Desa Kemantan, Kerinci Propinsi Sumatera Barat, tentang konsep kebersihan dalam proses kelahiran dan perawatan bayi, menyimpulkan bahwa masih banyak dijumpai praktik-praktik budaya yang


(42)

berpengaruh negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, sehingga berisiko lebih besar untuk mengalami infeksi akibat persalinan yang tidak aman.

Demikian juga hasil penelitian Martha dkk (2006) tentang hambatan dan pendukung penyediaan dan pemanfaatan pelayanan bidan di desa di Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten, menyimpulkan bahwa masih terdapat persepsi masyarakat terhadap kematian ibu disebabkan oleh faktor non medis seperti: agama, kepercayaan dan faktor supranatural. Persepsi tersebut menyebabkan perhatian terhadap kesehatan ibu menjadi lebih rendah. Masyarakat akan bersikap pasrah jika dihadapkan pada ibu yang mengalami gawat pada saat hamil, melahirkan dan nifas.

2.5. Konsep Perilaku

Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret).

Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan mahluk hidup. Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu organisme terhadap lingkungannya . Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan. Dengan demikian suatu rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku tertentu pula.


(43)

Didalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yantg berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan perpindahan dari rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron memindahkan energi dalam impuls-impuls syaraf. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya.

2.5.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan

Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu, Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah seorang melakuan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba. Pengetahuan/kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).

Menurut Notoatmodjo (2003) ahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni: (1) Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek), (2) Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus, (3) Evaluation, (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus


(44)

tersebut bagi dirinya, dan (4) Trial, dimana seseorang telah mencoba berperilaku baru (adaption), dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dengan sikapnya dengan stimulus.

2.5.2. Perilaku dalam Bentuk Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberi respon.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2003), sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku.

Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh : (1) Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu, (2) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman orang lain, dan (3) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat responden.


(45)

2.5.3. Perilaku dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behaviour) untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain misalnya orang tua, mertua, suami atau istri. (Notoatmodjo, 2003) tingkat-tingkat praktek : (1) Persepsi

(Perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama, (2) Respon Terpimpin (Guided Response), yaitu dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat II, dan (3) Adaptasi (Adaption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni mengobservasikan tindakan atau kegiatan responden.


(46)

2.5.4. Perubahan Perilaku

Untuk dapat membantu individu atau masyarakat merubah perilakunya, perlu dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut dengan kata lain perlu diketahui mengapa individu atau masyarakat berperilaku tersebut.

Dalam usaha untuk tercapainya perubahan perilaku dan bebarapa hal yang

perlu diketahui, mengapa individu atau masyarakat berperilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003). Menurut Rogers, proses perubahan perilaku atau penerimaan

ide baru adalah suatu proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali menerima informasi atau memperoleh pengetahuan mengenai suatu hal yang baru sampai saat ini memutuskan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut. Proses tersebut berjalan memalui 4 tahap, yaitu : (1) Pengetahuan (Knowledge), dalam hal ini subjek mengenal suatu hal yang baru serta memahaminya, (2) Persuasi (Persuation), dalam hal ini individu membentuk sikap positif atau negative terhadap ide atau objek baru tersebut, (3) Decision, masyarakat telah memutuskan untuk mencoba tingkah laku baru, untuk itu perlu adanya motivasi yang kuat dari petugas kesehatan dan juga penerangan yang jelas agar putusan mereka tidak berdasarkan paksaan, dan (4) Comfirmastion, apabila masyarakat atau individu telah mau melaksanakan tingkah laku yang baru sesuai dengan norma-norma kesehatan, kita tinggal menguatkan tingkah laku yang baru.


(47)

2.6. Landasan Teori

Keberadaan masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir yang majemuk karena terdiri dari berbagai suku. Latar belakang masyarakat berbeda yang sangat banyak mempengaruhi kehidupan budaya masyarakat termasuk perilaku kesehatan. Banyak perilaku yang berpengaruh sesara negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat sehingga faktor resiko lebih besar untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas.

Permasalahan kesehatan pada masa hamil, bersalin dan nifas merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan yang harus diimplementasikan dalam program yang dapat meningkatkan upaya kesehatan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu untuk menyonsong “Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir yaitu Rokan Hilir Sehat 2010”.

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian yang menjelaskan arah atau alur penelitian adalah pengaruh nilai budaya terhadap perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas di Desa Teluk Pulau.

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Nilai Budaya Masyarakat

- Kebiasaan - Adat istiadat - Kepercayaan - Pengetahuan

-

Sikap

Perawatan

- Ibu Hamil - Ibu Bersalin

-

Ibu Nifas


(48)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dalam jenis survei, dengan menggunakan pendekatan explanatory research untuk menjelaskan pengaruh antara faktor-faktor atau variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Teluk Pulau (Hulu dan Hilir) Kabupaten Rokan Hilir dengan pertimbangan di desa tersebut terdapat kasus-kasus kebidanan (kehamilan, persalinan, dan masa nifas) yang cukup tinggi dibandingkan dengan desa lainnya.

Penelitian dimulai dengan penelusuran kepustakaan, survey awal, konsultasi judul penyusunan proposal, seminar kolokium, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan hasil penelitian serta seminar hasil penelitian diperkirakan selama 10 bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Desember 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas yang terdapat di Desa Teluk Pulau, berdasarkan data sampai Desember 2008 sebanyak 105 orang, dengan perincian 42 orang ibu hamil, 34 orang ibu bersalin dan 29 orang ibu nifas. Karena jumlah populasi relatif kecil, maka seluruh populasi


(49)

diambil sebagai sampel, dengan demikian jumlah sampel sebanyak 105 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara : 1. Data primer

Metode pengumpulan data primer dilakukan menggunakan metode wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner penelitian tentang data karekteristik responden, nilai budaya, serta perawatan selama masa hamil, saat persalinan, dan masa nifas.

Untuk mendukung pembahasan dilakukan wawancara mendalam (indepth

interview) kepada 3 orang, yaitu teknik wawancara dengan informan (ibu hamil,

bersalin dan nifas) untuk memperoleh keterangan atau penjelasan secara lengkap dan terstruktur tentang perawatan selama masa hamil, saat persalinan, dan masa nifas yang terkait dengan nilai budaya (kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pengetahuan dan sikap).

Untuk mengetahui kelayakan pertanyaan pada kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner kepada responden yang menyerupai lokasi penelitian, untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas.

Setelah dilakukan ujicoba kuesioner diketahui bahwa item-item pertanyaan pada variabel nilai budaya (kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pengetahuan dan sikap) serta variabel perawatan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas valid dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian ini dengan hasil sebagai berikut:


(50)

a. Variabel kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pengetahuan dan sikap dengan 12 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8413 – 0,8948 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah ditetapkan).

b. Variabel perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas dengan masing-masing 5 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8070 – 0,9268 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah ditetapkan) (lampiran. 5).

2. Data sekunder

Diperoleh dari Kantor Kepala Desa Teluk Pulau, tentang data geografis wilayah, demografi, sarana kesehatan, serta data-data pendukung lainnya.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

a. Kebiasaan, definisi kebiasaan mengacu KBBI (2005) yaitu sesuatu yang dilakukan atau perbuatan setelah melalui tahapan: mengenal dan memilih berbagai object sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil (persepsi), melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh (respon terpimpin), serta telah terjadi mekanisme dan melakukan sesuatu secara otomatis dan akan menjadi kebiasaan (mekanisme). Dalam penelitian ini dibatasi pada kegiatan rutin yang dianggap penting dilakukan selama masa hamil, bersalin, dan nifas. Kebiasaan ini melputi: persiapan pada awal persalinan, proses mempercepat persalinan dengan tenaga pendorong, membuka pintu dan jendela supaya jalan persalinan menjadi terbuka dan lancar, penggunaan benda sebagai


(51)

penangkal dari hal-hal yang negatif, metode istirahat ibu, makanan yang dikonsumsi, pemberian ASI serta perawatan ibu dan bayi.

b. Adat istiadat, definisi adat istiadat mengacu kepada pendapat Koentjaraningrat (1990), bahwa adat istiadat mengandung sistem norma yang menjadi salah satu fungsi sistem budaya untuk menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai satu kesatuan. Dalam penelitian ini dibatasi pada tata aturan atau norma yang berkembang di masyarakat dan menjadi pedoman atau acuan pada saat ibu hamil, bersalin dan nifas. Adat istiadat ini meliputi: persiapan awal persalinan, pantangan makanan selama persalinan, serta kegiatan adat-istiadat lain yang dilakukan selama persalinan.

c. Kepercayaan, definisi kepercayaan mengacu kepada pendapat Fishbein dan Azjen (1975), yang menyebutkan pengertian kepercayaan atau keyakinan dengan kata “belief”, yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap sesuatu objek. Dalam penelitian ini dibatasi keyakinan yang dianut atau menjadi pegangan ibu hamil, bersalin dan nifas pada masa hamil, bersalin dan nifas. Kepercayaan meliputi: kegiatan untuk menghindari gangguan roh jahat, tanggapan terhadap terjadinya perdarahan, penggunaan ramuan-ramuan untuk menyokong perawatan dan menjarangkan kelahiran, konsumsi makanan dan makanan yang dipantangkan.


(52)

d. Pengetahuan, definisi pengetahuan mengacu kepada pendapat Notoatmodjo, (2007), bahwa pengetahuan, adalah aspek perilaku yang merupakan hasil tahu, dimana ini terjadi bila seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Dalam penelitian ini dibatasi tentang segala sesuatu yang diketahui ibu hamil, bersalin dan nifas tentang kehamilan, persalinan dan nifas. Pengetahuan tentang kehamilan, pemeriksaan kehamilan, tempat persalinan yang baik, penyulit dalam persalinan, perawatan persalinan, pengetahuan tentang masa nifas, perawatan selama masa nifas, pemberian ASI, serta perawatan tali pusat bayi. e. Sikap, definisi sikap mengacu kepada pendapat Notoatmodjo, (2007), bahwa

sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan faktor pendukung terjadinya tindakan. Dalam penelitian ini dibatasi respon ibu tentang kesehatan pada masa hamil, bersalin dan nifas. Sikap meliputi: sikap setuju atau tidak setuju tentang penggunaan bahan untuk memperlancar persalinan, tanggapan terhadap tenaga pendorong, perawatan selama persalinan, sikap terhadap makanan yang dikonsumsi selama masa nifas, serta perawatan ibu dan bayi.

f. Perawatan pada masa kehamilan, persalinan dan nifas adalah tindakan penanganan atau upaya yang dilakukan seorang ibu pada masa hamil, bersalin dan nifas. Perawatan ini meliputi kegiatan yang dilakukan selama trimester kehamilan, perawatan selama tahapan persalinan, serta perawatan dari awal nifas sampai akhir masa nifas.


(53)

3.6. Metode Pengukuran

Pengkategorian variabel penelitian (independen dan dependen), mengacu kepada pedoman pembuatan usulan penelitian bidang kesehatan masyarakat (Pratomo, 1990), yaitu:

a. > 75% dari nilai tertinggi untuk kategori atas (dalam penelitian ini mendukung dan baik)

b. 40-75% dari nilai tertinggi untuk kategori tengah (dalam penelitian ini cukup mendukung dan cukup baik)

c. < 40% dari nilai tertinggi untuk kategori bawah (dalam penelitian ini tidak mendukung dan tidak baik)

Pengkategorian ini digunakan, mengingat variabel penelitian terkait dengan aspek tindakan dalam perawatan selama kehamilan, persalinan dan masa nifas.

3.6.1. Variabel Independen

a. Kebiasaan responden menggunakan skala ordinal, dikatagorikan atas :

1. Mendukung, apabila seluruh kegiatan yang dianggap penting untuk menjaga kesehatan perawatan ibu hamil, bersalin, bersalin, dan nifas dilakukan sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diperoleh mencapai > 75% dari nilai tertinggi)

2. Cukup mendukung, apabila sebagian besar kegiatan yang dianggap penting untuk menjaga kesehatan perawatan ibu hamil, bersalin, bersalin, dan nifas dilakukan sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diperoleh mencapai 40-75% dari nilai tertinggi)


(54)

3. Tidak mendukung, apabila sebagian kecil atau tidak melakukan kegiatan yang dianggap penting untuk menjaga kesehatan perawatan ibu hamil, bersalin, bersalin, dan nifas dilakukan sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diperoleh mencapai < 40% dari nilai tertinggi).

b. Adat istiadat responden menggunakan skala ordinal, dikatagorikan atas :

1. Mendukung, apabila seluruh tata aturan atau norma yang berkembang di masyarakat yang mendukung perawatan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas dilakukan sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diperoleh mencapai > 75% dari nilai tertinggi)

2. Cukup mendukung, apabila sebagian besar tata aturan atau norma yang berkembang di masyarakat yang mendukung perawatan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas dilakukan sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diperoleh mencapai 40-75% dari nilai tertinggi)

3. Tidak mendukung, apabila sebagian kecil atau tidak ada sama sekali tata aturan atau norma yang berkembang di masyarakat yang mendukung perawatan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas dilakukan sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diperoleh mencapai < 40% dari nilai tertinggi).

c. Kepercayaan responden menggunakan skala ordinal, dikatagorikan atas :

1. Mendukung, apabila seluruh keyakinan yang dianut ibu hamil, bersalin dan nifas mendukung perawatan kesehatan medis modern dilakukan


(55)

sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diproleh mencapai > 75% dari nilai tertinggi).

2. Cukup mendukung, apabila sebagian besar keyakinan yang dianut ibu hamil, bersalin dan nifas mendukung perawatan kesehatan medis modern dilakukan sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diproleh mencapai 40-75% dari nilai tertinggi).

3. Tidak mendukung, apabila sebagian kecil atau tidak ada sama sekali keyakinan yang dianut ibu hamil, bersalin dan nifas mendukung perawatan kesehatan medis modern dilakukan sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diproleh mencapai < 40% dari nilai tertinggi).

d. Pengetahuan responden menggunakan skala ordinal, dikatagorikan atas :

1. Mendukung, apabila mengetahui seluruh perawatan ibu hamil, bersalin, dan nifas (skor yang diperoleh mencapai > 75% dari nilai tertinggi)

2. Cukup mendukung, apabila mengetahui sebagian besar perawatan ibu hamil, bersalin, dan nifas (skor yang diperoleh mencapai 40-75% dari nilai tertinggi).

3. Tidak mendukung, apabila tidak mengetahui perawatan ibu hamil, bersalin, dan nifas (skor yang dipreoleh mencapai < 40% dari nilai tertinggi).


(56)

e. Sikap responden menggunakan skala ordinal, dikatagorikan atas :

1. Mendukung, apabila memberikan respon yang baik tentang perawatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas (skor yang diperoleh mencapai > 75% dari nilai tertinggi).

2. Cukup mendukung, apabila memberikan respon yang cukup baik tentang perawatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas (skor yang diperoleh mencapai 40-75% dari nilai tertinggi).

3. Tidak mendukung, apabila memberikan respon yang tidak baik tentang perawatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas (skor yang diperoleh mencapai < 40% dari nilai tertinggi).

3.6.2. Variabel Dependen

Perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas dikatagorikan menggunakan skala ordinal, dikatagorikan atas :

1. Baik, apabila ibu hamil, bersalin dan ibu nifas melakukan perawatan secara baik dan benar sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diproleh mencapai > 75% dari nilai tertinggi). 2. Cukup Baik, apabila ibu hamil, bersalin dan ibu nifas melakukan

perawatan secara cukup baik dan cukup benar sesuai dengan trimester kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diproleh mencapai 40-75% dari nilai tertinggi).

3. Tidak Baik, apabila ibu hamil, bersalin dan ibu nifas melakukan perawatan secara tidak baik dan tidak benar sesuai dengan trimester


(57)

kehamilan, kala persalinan dan masa nifas (skor yang diproleh mencapai < 40% dari nilai tertinggi).

Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Penelitian Variabel

Independen

Jumlah

Pertanyaan Kriteria Kategori

Skala Ukur Nilai Budaya

1. Kebiasaan 12 2. Adat Istiadat 12 3. Kepercayaan 12 4. Pengetahuan 12

5. Sikap 12

2. Ya 1. Tidak

3. Mendukung (>75% dari nilai tertingi)

2. Kurang mendukung (40-75% dari nilai tertingi) 1. Tidak mendukung (< 40% dari

nilai tertinggi)

Ordinal

(Dependen) Perawatan 1. Kehamilan 5

2. Persalinan 5 3. Masa Nifas 5

2. Ya 1. Tidak

3. Baik (>75% dari nilai tertingi) 2. Cukup baik (40-75% dari nilai

tertingi)

1. Tidak baik (< 40% dari nilai tertinggi

Ordinal

3.7. Metode Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah uji pengaruh nilai budaya tentang perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap perawatan ibu hamil dan nifas menggunakan uji regresi ganda. Analisis dilakukan pada =0.5 (5%) dengan bantuan program komputer.


(58)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Rokan Hilir adalah salah satu kabupaten baru di Propinsi Riau yang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Bengkalis, dibentuk pada tanggal 4 Oktober 1999 berdasarkan UU No 53 tahun 1999, mempunyai luas wilayah 8.881,59 Km2.

Wilayah Kabupaten Rokan Hilir terletak di pesisir timur Sumatera pada koordinat 1014’ sampai 2045’ lintang utara dan 100017’ hingga 101021’ bujur timur dan berhadapan dengan Selat Malaka. Kabupaten Rokan Hilir terbagi atas 103 Kepenghuluan/Kelurahan dalam 13 wilayah kecamatan, dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Timur berbatasan dengan Kota Dumai, sebelah Selatanberbatasan dengan Kabupaten Kampar/Kabupaten Bengkalis, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu (Provinsi Sumatera Utara).

Kondisi wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari beberapa sungai dan pulau. Sungai Rokan merupakan sungai terbesar yang melintas sejauh 350 Km2 dari muara di Rokan Hilir hingga hulunya di Rokan Hulu. Sebagian besar wilayah Kabupaten Rokan Hilir adalah dataran rendah dan rawa-rawa, terutama di sepanjang Sungai Rokan yang dijadikan lahan persawahan oleh masyarakat.


(59)

KK. Dari jumlah penduduk tersebut terdiri dari 261.695 perempuan dan 232.070 laki-laki. Kompoisi penduduk paling banyak pada kelompok umur produktif (15 -44 tahun). Rasio beban tanggungan penduduk sebesar 69,52 yang berarti setiap 100 penduduk yang usia produktif menanggung 70 orang usia tidak produktif

Sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari rumah sakit sebanyak 3 unit, yang terdiri dari 1 unit rumah sakit pemerintah dan 2 unit rumah sakit swasta. Puskesmas sebanyak 15 unit, dimana 5 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap. Puskesmas pembantu sebanyak 69 unit, serta didukung oleh 9 unit puskesmas keliling darat dan 1 unit puskesmas keliling air (Puskesmas Panipahan)

Komposisi tenaga kesehatan berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Rokan Hilir sebagian besar adalah tenaga perawat dan bidan, yaitu sebanyak 483 orang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Rokan Hilir

No Jenis Tenaga Jumlah Persen

1 Medis 62 9.9

2 Perawat dan Bidan 483 77.3

3 Farmasi 26 4.2

4 Gizi 8 1.3

5 Teknisi Medis 24 3.8

6 Sanitasi 14 2.2

7 Kesehatan Masyarakat 8 1.3

Jumlah 625 100.0


(1)

Pertanyaan : Kenapa ibu memberi tahu terlebih dahulu dengan dukun kampung , dukun beranak, orang pandai

Jawab : Karena dukun kampung biasonyo bisa merahasiakan dan sudah biaso dan akrab dengan kita, sehingg\o kito tidak meraso sogan ( malu) dan biasonyo tidak menuntut biaya yang bosa (besar) dan kadang-kadang bersedi\o di panggil keumah untuk sekalian melakukan pengurutan badan awak

Pertanyaan : Kenapa ibu tidak memeriksakan diri ke tenaga kesehatan terlebih dahulu ?

Jawab : Karena menurut sayo kalau dukun kampung lobih berpengalaman terhadap betino( perempuan) hamil bila dibandingkan dengan bidan desa yang masih mudo, yang dio sendiri belum ponah hamil sehinggao bagaimano dia dapek mengetahui perasaan dan k\oluhan-ko;uhan uang sedang hamil. Pertanyaan : Menurut ibu, apa tujuan memeriksakan kehamilan ke tenaga

bidan desa.?

Jawab : Pada bidan desa kito polu mintak ubet tambah darah dan tambah tenag\o sodangkan bidan desa punyo alat untuk mendongakan bunyi jantung anak dalam perut, karena alat-alat tidak ado pada dukun kampung, tapi dukun kampung kit\o polu samo dio tidak alat-alat merasa tetapi kito dokek dengan dio.kito tak sogan - segan, be\beda dengan bidan desa.Bidan desa itukan uang lain bolum tontu dia mau memerikso kito dengan ikhlas,maklum awakkokan uang lampung dan tak punyo apo-apo lai.

Pertanyaan : Dimana letak perbedannya antara bidan desa denga dulun kampung

Jawab : Yo jolehlah dimono uang dukun kampung mau diajak ke umah, dan jito udah konal sejak k\emaen dan kito udah akrab, mau mengurut kalao kita polu sehinggo kito meraso pu\eh ( puaslah ).,sodangka bidan desa tak mau dipanggil keumah disamping itu polu duit banyak (biaya mahal).

Pertanyaan : Menurut ibu, mengapa ibu tetap memeriksakan kehamuilan dengan dukun kampung.

Jawab : Dukun kampung, disamping biayanyo murah kita selalu mendapat nasehat hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan di makanan pada saatwaktu kito hamil


(2)

yang dapat menyebabkankan masuk angin dan gombung ( kembung), selamo hamil laki kito (suami) tidak boleh membunuh binatang, memotong ayam lantaran hal itu bisa menyebabkan anak yangakan dilahirkan bisa serupo( seperti) binatang yang sodang dipotong tadi

Pertanyaan : Selain yang diatas, apa saja yang tidak dibolehkan selama hamil. Jawab : Kelua umah tapa dikawan, dan kelua pado sonjo dan malam

hari, lantaran uang yang sodang hamil darahnya manis jadi semuo mahluk ingin mengganggunyo jadi kito harus membuek tangkal untuk membenteng mahluk terhadap mareka..

Pertanyaan : Berbentuk apa benteng yang dibuat oleh orang-orang pintar Jawab Berbentuk jimat dan ayat-ayat Allah dengan itu semuo mahluk

jahat\akan takut dan tidak menggangu kito yang sodang hamil bisa dipakai pado pergelangan tangan dan pinggang atau menyomekkan benda-bendo terbuek dari besi

Pertanyaan : Berapa kali ibu memeriksakan kehamilan

Jawab selalu jugo kadang-ladang kalau badan teraso lomah dan kito mintak suntik vitamin tambah darah atau tambah tenago karang sekali dalam sebulan pasti kiti peeso ke bidan desa atau puskesmas

Pertanyaan : perawatan apa lagi yang selalu dilakukan pada ibu hami;

Jawab mandi limau dan bungo tuju wono untuk membersihkan badan dan menyegarkan badan sekaligus mengusir mahluk jahat

Pertanyaan : apasaja yang disiapkan oleh ibu untuk menghadapi persalinan Jawan biaso sajo lantaran melahirkan adal;ah kodrat betino(perempua)

semuanyo udah ditentukan dari yang maha kuasakan ,tapi kito polu menyiapkan kain panjang ,tompek kakak anak( sumpit) yang terbuek dari pandang yang diajamkan,popok,ramua-ramuam, rempah-rempah untuk air minum selamo masa edah( masa nifas) dan minyak se;usuh untuk mempocopek persa;inan, Pertanyaan : selain yang sudah dijelaskam tadi apalagi yang pantang

Jawab yo biasolah pado laki(suami) tidak bu;oeh poi lamo-lamo kelua kampung , maklum uang sodang hamil penyakit yang tibo-tibo bisa mwnajdi masalah laji polu ado,


(3)

HASIL WAWANCARA INFORMAN IBU BERSALIN

Tanggal : 23 Desember 2008

Nama Informan : Ny. N

Umur : 30 tahun

Pendidikan terakhir : SMU

Melahirkan anak ke : 4

Melahirkan 24 jam pertama

Pertanyaan : Apakah ibu bisa saya tanyo wawancarai

Jawab : Bisa.tanyo ajolah.kan tak payahdo ndak

Pertanyaan : Apakah ibu merasa segar dan puas setelah melahirkan

Jawab : Ya.., begitu melnengok anak yang baru lahir, rasa sakit menjadi

hilang dan dah lupo tontang sakit yang baru solosai Pertanyaan : Apakah ibu melakukan persiapan dalam persalinan.

Jawab : ya.. biasa-biasa ajo karena melahirkan itukan adolah kodrat dari

betino( perempuan) setiap betino pasti mengalami hal itu.

Pertanyaan : Dimana ibu merencanakan tempat melahirkan.

Jawab : di umah ajolah bia banyak uamg yang mendaping kito

Pertanyaan : dengan siapa ibu merencanakan penolong persalinan

Jawab : Ya..dengan dukun kampunglah dan kalo ada kesulitan minta bantu

dengan bidan drsa untuk mendapatkan ubat-\ubat. Seperti penambah tenago, suntik angin (perangsang rasa sakit untuk mempercepat kelahiran).

Pertanyaan : Kenapa ibu tidak langsung minta tolong ke bidan?

Jawab : Kalo bisa diselosaikan di dukun kampung tidak polu ditolong oleh

bidan desa. Bidan desa hanya memboi suntikan ajo dan memberi \ubat-\ubat untuk menghilangan raso salit( meruyan) sesudah solosai bersalin.

Pertanyaan : Apa yang membuat ibu meminta tolong pertama kali dengan dukun

kampung

Jawab : Karena kit\o sama dukun sudah akrab dan sudah biaso dan kit\o tidak

meraso segan dan dukunkampung mau menunggu dan mengurut sampai persalinan selesai, kemudian dikunjungi setiap harinya.sampai so;osai masa edah,


(4)

Pertanya apa tujuan hal tersebut tadi

Jawab supayo persal;inan tidak tertutup , diharapkan jalan lahir terbuka sehinggo persalianan berjalan copek

Pertanyaan : tadi kata ibu ada persiapan minyal se;usuh untuk apo bagaimana cara dalam menggunakan minyak selusuh?

Jawab : Waktu mau melahirkan minyak selusuh di minum dengan tujuan

untuk merangsang timbulnya raso ingin mengendan sehingg\o mempecopek persalinan dan sebahagian dimasukkan ke dallam jalan lahir dengan tujuan untuk melicinkan jalan lahir sehingg\o bisa mempocopek jalannyo persalinan.

Pertanyaan : Siapa saja yang akan dipanggil waktu mau melahirkan.

Jawab : Orang tua sendiri, dukun kampung di bantu oleh satu \uang

mendorong serta satu uang menyambut anak setelah anak lahir. Pertanyaan : Apakah anak lahir langsung di susukan?

Jawab : Tidak, biasanya anak dipotong tali pusatnya setelah kakak anak lahir, kemudian baru anak dimandikan, dibedung, baru dipisahkan dari ibu.

Pertanyaan : Kapan anak mulai disusukan ?

Jawab : Setelah tigo hari bersalin.

Pertanyaan : Kenapa setelah \tiga hari ?

Jawab : Karena pada hari pertama, ASI bercampur dengan darah (susu koto\)

sehingga kurang baik diberikan kepada anak), tetapi setelah 3 hari susu menjadai keputih-putihan maka susu di berikan kepada anak.

Pertanyaan : Kalo terjadi pembengkakan pada payudara, bagaimana cara ibu

mengatasinya ?


(5)

HASIL WAWANCARA INFORMAN IBU NIFAS

Tanggal : 27 Desember 2008

Nama Informan : Ny. AN

Umur : 25 tahun

Pendidikan terakhir : SLTP

anak ke : 1 (Pertama)

Umur anak : 1 minggu

Pertanyaan : Apakah ibu bisa saya wawancarai ?

Jawab : ya..bisalah.

Pertanyaan : perawatan apa saja yang ibu lakukan setelah melahirkan.

Jawab : Perawatan badan, seperti mandi rempah-rempah, memakai

bedak dingin keseluruh badan, memberi tapal kepala dengan tujuan untuk menghangatkan tubuh dan memberi ramuan pada bagian perut seperti kunyit bercampur dengan kapo sirih dan ;imau tipis.

Pertanyaan : Apa tujuan dilakukannya perawatan tersebut?

Jawab : Kalo mandi rempah untuk mengharumkan badan, dan kalo

ramuan di berikan pada perut untuk menghilangkan daki dan mengencangkan perut setelah melahirkan.

Pertanyaan : Apa saja makanan/minuman yang dikonsumsi setelah

melahirkan

Jawab : Minuman yang di konsumsi adalah air minuman

rempah-rempahan yang udah dimasak dan diminum selama masa edah, tidak boleh minum air dingin atau air putih yang tidak hangat.

Makanan harus kering, seperti ikan asin, ikan bakar dengan sambal dan nasi putih, tidak boleh mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung air.

Pertanyaan : Aktivitas apa saja yang ibu lakukan setelah melahirkan ?

Jawab : selamo ompek puluh hari istirahat diateh tompek tidur,

istirahat dengan posisi setengah duduk dan tidak boleh berjalan-jalan di luar rumah. Sampai masa edah solosai

Pertanyaan : Perawatan apa saja yang ibu berikan kepada anak?

Jawab : Memberi sembur-semburan untuk menghindari masuk angin,

kemudian membedung anak secara tetap selama ompek puluh hari agar anggota gerak badan tidak terganggu, memberi perawatan tali pusat dengan menggun\okan kunyit bercampur


(6)

Pertanyaan : Apa saja Minuman dan makanan yang ibu berikan kepada anak?

Jawab : Setelah \tigo hari,anak mulai disusukan dan kalau anak

merasa lapar diberi pisang serawak mentah yang dihaluskan atau nasi lunak yang dikunyah.

Pertanyaan : Acara-acara apa saja yang dilakukan setelah melahirkan?

Jawab : Setelah seminggu, acara cuci tangan dukun kampung yang

bertujuan untuk membersihkan tangan dukun kampung dari hal-hal yang kotor dan acara kekah dengan tujuan agar utang orang tua selesai pada anaknya.

Acara kenduri anak turun tanah pertama kalinya dan mencukur rambut pertama dengan tujuan untuk membersihkan rambut yang dibawa dari lahir.