Pengaruh Nilai Budaya Terhadap Perawatan Ibu Nifas

Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008

5.3. Pengaruh Nilai Budaya Terhadap Perawatan Ibu Nifas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik dengan uji regresi berganda variabel nilai budaya kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pengetahuan dan sikap berpengaruh yang bermakna terhadap perawatan selama masa nifas p0,05. Hasil ini didukung dari persentase responden ibu nifas yang memiliki kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pengetahuan dan sikap yang baik umumnya melakukan perawatan masa nifas yang baik pula. Demikian juga dengan hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap beberapa ibu nifas yang menjadi informan menyatakan bahwa makananminuman yang dikonsumsi setelah melahirkan adalah minuman rempah-rempahan, tidak boleh minum air dingin atau air putih yang tidak hangat. Makanan harus kering, seperti ikan asin, ikan bakar dengan sambal dan nasi putih, tidak boleh mengkonsumsi buah- buahan yang banyak mengandung air. Pantangan makan pada makanan tertentu dapat menyebabkan seperti daging, ikan dan telur dapat menyebabkan proses penyembuhan luka setalah persalinan tehambat.,ibu akan mengalami kekurangan darah, lemah dan mudah terinfeksi oleh beberapa penyakit. Disamping itu nutrisi penting dalam pembentukan ASI yang merupakan makanan utama bagi anak. Selama masa nifas 40 hari, ibu tidak boleh melakukan aktivitas di dalam rumah maupun di luar rumah, ibu hanya istirahat di atas tempat tidur dengan posisi setengah duduk. Menurut informan, istirahat ini adalah bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka yang disebabkan oleh persalinan. Tidak yang diatas sangat Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008 bertentangan dengan prinsip mobilisasi, dimana setelah 6 jam pertama persalinan ibu boleh berjalan atau melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses involusio dan mempercepat pengeluaran lochia atau sisa-sisa darah dari jalan lahir yang dapat merupakan media perkembangan mikroorganisme sehingga akan menyebabkan terjadinya infeksi pada masa nifas. Perawatan yang diberikan setelah melahirkan dengan memberi sembur- semburan untuk menghindari masuk angin, kemudian membedung anak secara katat dan berkelanjutan selama 40 hari dengan tujuan agar anggota gerak tubuh tumbuh dengan sempurna, memberi perawatan tali pusat dengan menggunakan kunyit bercampur kapur yang telah dicampur oleh dukun kampung. Minuman dan makanan yang infroman berikan kepada anak, setelah 3 hari, anak mulai disusukan dan kalau anak merasa lapar diberi pisang serawak mentah yang dihaluskan atau nasi lunak yang dikunyah. Acara-acara yang dilakukan setelah melahirkan seminggu, adalah acara cuci tangan dukun kampung yang bertujuan untuk membersihkan tangan dukun kampung dari hal-hal yang kotor dan acara kekah dengan tujuan agar utang orang tua selesai pada anaknya. Acara kenduri anak turun tanah pertama kalinya dan mencukur rambut pertama dengan tujuan untuk membersihkan rambut yang dibawa dari lahir. Perawatan yang positif menurut informan lakukan setelah melahirkan adalah perawatan tubuh, seperti mandi rempah-rempah, memberi bedak dingin keseluruh tubuh, memberi tapal kepala dengan tujuan untuk menghangatkan tubuh dan memberi ramuan pada bagian perut seperti kunyit bercampur dengan kapur sirih dan jeruk. Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008 Tujuan dilakukannya perawatan tersebut, mandi dengan rempah-rempahan untuk mengharumkan tubuh dan merangsang pembuluh darah sehingga menimbulkan rasa segar pada ibu, pada bagian perut diberikan tapal kapur sirih dengan jeruh nipis yang bertujuan untuk menghilangkan daki selama kehamilan dan untuk mengencangkan perut setelah melahirkan Infroman ibu nifas yang nilai budayanya tidak mendukung, sebagian besar tidak memberikan ASI sedini mungkin, karena anak dipisahkan dari ibunya, dengan tujuan agar ibu istirahat, karena telah melaksanakan tugas yang berat yaitu selesai melahirkan. ASI baru bisa diberikan setelah 3 hari, karena mereka berpendapat bahwa ASI Jolong awal kurang baik, karena masih bercampur darah si ibu warna kekuning-kuningan. Namun karena anak menangis diberikan pisang atau nasi yang dilumatkan oleh ibunya. Hal ini sangat tidak menunjan terhadap kesehatan anak karena sebaiknya anak diberi ASI jolong karena pada ASI jolong mengandung nutrisi, antibodi dan sesuai dengan pencernaan anak. Makanan selain ASI dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada anak dan dalam keadaan berat dapat terjadi distensi pada pencernaan anak. Mendukung penelitian Adji 1986 di Desa Kemantan, Kerinci Propinsi Sumatera Barat, tentang konsep kebersihan dalam proses kelahiran dan perawatan anak, menyimpulkan bahwa masih banyak dijumpai praktek-praktek budaya yang berpengaruh negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, sehingga berisiko lebih besar untuk mengalami masalah selama masa nifas akibat pada saat persalinan Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008 dilakukan tindakan yang tidak aman. Mengacu kepada tugas dan fungsi bidan desa Depkes, 1997, salah satunya adalah melaksanakan pelatihan dukun beranak. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan dukun beranak dalam pelayanan kesehatan, khususnya pertolongan persalinan di wilayah pedesaan belum bisa dihilangkan. Oleh karena itu bidan desa yang telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan pertolongan persalinan perlu menjalin kemitraan dalam melakukan pertolongan persalinan di masyarakat. Kemitraan ini berupa pembagian tugas, wewenang serta imbalan jasa yang jelas, hal ini juga dapat digunakan sebagai upaya transfer pengetahuan dan keterampilan dari bidan desa ke dukun beranak tentang perawatan ibu hamil,bersalin dan nifas. Hambatan yang dihadapi bidan desa dalam menjalin kemitraan dengan dukun beranak seperti hasil penelitian Winarni 2007, yang menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kendala yaitu kurangnya kemauan dukun beranak untuk bekerjasama dengan bidan desa. Menghadapi kondisi demikian diharapkan setiap tenaga bidan desa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan melakukan pendekatan kepada tenaga dukun bayi dengan memanfaatkan peran aparat desa maupun kalangan tokoh agama, adat maupun masyarakat lainnya. Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN