Masa Nifas Budaya dan Kesehatan

Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008

2.3. Masa Nifas

Masa nifas atau pueperium adalah masa setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat “kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama + 6 minggu Depkes RI, 2002. Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu dan seluruh alat genital pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat kandungan kembali seperti pra hamil kehamilan lamanya 6-8 minggu Prawirohardjo, 2002. Pergerakan yang segera mungkin dilakukan dapat mengurangi angka kejadian dari gangguan trombo simbolik dan sebagian wanita akan merasa nyaman dalam melakukan ambulasi. Untuk wanita Asia mereka juga membutuhkan rawat gabung dengan bayinya yang bertujuan untuk istirahat dan penyembuhan sesudah bayi lahir untuk mempermudah melakukan konsep dari perawatan dari post natal dan mereka juga menemukan hal yang tidak cocok dari apa yang mereka harapkan untuk melakukan tahap sesegera mungkin. Perawatan post natal untuk ibu dan bayinya merupakan pertimbangan dari suku dan budaya. Ambulasi yang terlambat pada wanita akan mengalami gangguan epidural sampai kembalinya stimulus seperti semula dan juga membutuhkan pertolongan yang intensif dari seseorang. Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008

2.4. Budaya dan Kesehatan

Kebudayaan sebagai konsep dasar dapat menjelaskan kaitannya dengan gejala-gejala sosial, seperti interaksi sosial dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai pranata kesehatan maupun non kesehatan tetapi terkait, seperti melaksanakan perawatan medis di rumah sakit atau pada pranata keprametraan tertentu, atau di rumah tangga sendiri. Kaitan-kaitan tersebut dinyatakan sebagai gejala sosio budaya. Sehubungan dengan hal tersebut, gagasan-gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan timbal nalik antara gejala sosial dari penyakit dan perawatan kesehatan dengan gejala-gejala sosial biologis dan biomedis Kalangie, 1994. Sehubungan dengan itu penggunaan konsep budaya dalam perilaku masyarakat terkait dengan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkenaan dengan etiologi, terapi, pencegahan penyakit fisik, psikis dan sosial. Dapat saja seseorang memperlihatkan perilaku psikologis disamping perilaku budaya. Perwujudan perilaku kesehatan adalah kegiatan-kegiatan perawatan kesehatan yang dilakukan dalam satu atau banyak sistem organisasi kesehatan Kalangie, 1994. Foster dan Anderson 1986 mengemukakan antropologi kesehatan sebagai sub disiplin ilmu antropologi merupakan aktifitas formal yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang dapat dideskripsikan tentang hubungan timbal balik bio- budaya, antar tingkah laku manusia masa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008 pengetahuan tersebut, serta partisipasi tenaga profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Pemeliharaan kesehatan mencakup berbagai kegiatan yang satu dengan lainnya berkaitan dan merupakan respons-respons terhadap penyakit dan yang terorganisasi secara sosial budaya dalam setiap masyarakat. Dengan kata lain ini dikenal dengan sistem perawatan kesehatan. Sistem perawatan kesehatan mengintegrasikan komponen-komponen yang berhubungan dengan kesehatan yang mencakup pengetahuan dan kepercayaan tentang kausalitas ketidaksehatan, aturan dan alasan pemilihan dan penilaian perawatan, kedudukan, dan peranan, kekuasaan, latar interaksi, pranata-pranata, dan jenis-jenis sumber serta praktisi perawatan yang tersedia Kalangie, 1994. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah bahwa tidak semua unsur dalam suatu sistem budaya kesehatan cukup ampuh serta dapat memenuhi semua kebutuhan kesehatan masyarakat yang terus meningkat akibat perubahan-perubahan budaya yang terus menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain tidak semua makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008 yang diperlukan masyarakat telah sepenuhnya dipahami ataupun dilaksanakan oleh sebagian terbesar para anggota suatu komunitas masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan medis belum seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan suatu masyarakat karena adanya berbagai masalah keprofesionalan, seperti perilaku profesional medis yang belum sesuai dengan kode etik, pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi, keterbatasan dana dan tenaga, keterbatasan pemahamana komunikasi yang berwawasan budaya Kalangie, 1994. Menurut Koentjaraningrat 1990, wujud dari suatu budaya dapat dikelompokkan dalam 3 hal yaitu: 1 wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, 2 wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan 3 wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Substansi isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan Setiadi dkk, 2002. Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut sebagai adat-istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan disitulah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta menetapkan Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008 tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai satu kesatuan Koentjaraningrat, 1990. Nilai yang terkandung dalam kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia, bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapai oleh masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang tidak selalu memberikan dampak yang baik. Kecuali itu, manusia memerlukan kepuasan baik dibidang spritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Keterkaitan nilai budaya dengan manusia dapat diamati dari sifat-sifati dari kebudayaan antara lain 1 budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia, 2 budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu organisasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan, 3 budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya, dan 4 budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Beberapa penelitian yang terkait peranan aspek sosial budaya dengan kesehatan adalah yang dilakukan Adji 1986 di Desa Kemantan, Kerinci Propinsi Sumatera Barat, tentang konsep kebersihan dalam proses kelahiran dan perawatan bayi, menyimpulkan bahwa masih banyak dijumpai praktik-praktik budaya yang Dahniar : Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir, 2009 USU Repository © 2008 berpengaruh negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, sehingga berisiko lebih besar untuk mengalami infeksi akibat persalinan yang tidak aman. Demikian juga hasil penelitian Martha dkk 2006 tentang hambatan dan pendukung penyediaan dan pemanfaatan pelayanan bidan di desa di Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten, menyimpulkan bahwa masih terdapat persepsi masyarakat terhadap kematian ibu disebabkan oleh faktor non medis seperti: agama, kepercayaan dan faktor supranatural. Persepsi tersebut menyebabkan perhatian terhadap kesehatan ibu menjadi lebih rendah. Masyarakat akan bersikap pasrah jika dihadapkan pada ibu yang mengalami gawat pada saat hamil, melahirkan dan nifas.

2.5. Konsep Perilaku