Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

1 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang sesuatu tema atau topik pembelajaran. 2 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya. 3 Menstrukturkan tugas-tugas dan memberitahukan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 4 Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 5 Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan. 6 Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 7 Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang muncul tiba-tiba. 8 Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. 9 Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus penyampaikan ancangan untuk mencari solusi. 3 Menalar Istilah menalar yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Pengalaman-pengalaman yang tersimpan di otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses ini dikenal dengan menalar. Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut. 1 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. 2 Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. 3 Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. 4 Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. 5 Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki. 6 Perlu dilakukan pengulangan atau latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman. 7 Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau autentik. 8 Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberi tindakan pembelajaran perbaikan. 4 Analogi dalam Pembelajaran Selama proses pembelajaran guru dan peserta didik seringkali menemukan fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalanya menalar secara analogis. Analogi adalah sutu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan. 5 Hubungan Antar Fenomena Hubungan antar fenomena akan mempertajam budaya nalar peserta didik. Disinilah esensi bahwa guru dan peserta dididk dituntut mampu memaknai hubungan antar fenomena atau gejala, khususnya hubungan sebab akibat. Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu dengan satu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut. 6 Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran bahasa, misalnya peserta didik harus memahami konsep-konsep penggunaan bahasa yang baik dan benar dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan Depdikbud 2013: 137.

2.3.2 Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran menurut Joyce Weil dalam Sutikno 2014: 57 digunakan untuk menunjukkan sosok utuh konseptual dari aktivitas belajar mengajar yang secara operasional dapat dilakukan. Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sejalan dengan pendapat di atas, Dahlan dalam Sutikno 2014: 57 mengartikan model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk dari pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Beberapa model pembelajaran yang digunakan dalam implementasi Kurikulum 2013 sebagai berikut.

2.3.2.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar” dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan yang diberikan kepada peserta didik untuk menggugah rasa ingin tahu pada pembelajaran yang akan diberikandilakukan. Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran berbasis masalah melalui tahapan- tahapan: 1 mengorientasikan peserta didik pada masalah, 2 mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, 3 membantu penyelidikan mandiri atau berkelompok, 4 mengembangkan dan menyajikan hasil dan memamerkannya, dan 5 analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

2.3.2.2 Model Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang mengunakan proyek sebagai media. Dalam model pembelajaran ini peserta didik melakukan kegiatan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahami. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah 1 penentuan pertanyaan mendasar, 2 mendesain perencanaan proyek, 3 menyusun jadwal, 4 memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, 5 menguji hasil, dan 6 mengevaluasi pengalaman.

2.3.2.3 Model Pembelajaran Penemuan Discovery Based Learning

Model discovery based learning adalah model pembelajaran dimana proses pembelajaran yang terjadi bila peserta didik tidak disajikan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi mengorganisasi sendiri. Dalam model discovery based learning, peserta didik diarahkan untuk memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif hingga sampai pada suatu kesimpulan akhir. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengaplikasikan model discovery based learning adalah 1 pemberian rangsanganstimulasi, 2 identifikasi masalah, 3 pengumpulan data, 4 pengolahan data, 5 pembuktian, dan 6 menarik kesimpulan.

2.4 Media Pembelajaran

Media adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses pembelajaran. Media pembelajaran beraneka ragam dan karakteristiknya, oleh karena itu sebagai guru harus dapat memilih dan menggunakan media dengan cermat agar dapat digunakan secara tepat. Dengan menggunakan media bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran tetapi juga membuat proses pembelajaran jauh lebih menarik.

2.4.1 Pengertian Media

Media berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti “antara”. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Sejumlah pakar membuat batasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan oleh Association of Education and Communication Technology AECT. Menurut AECT, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik, Heinich dalam Uno 2008: 113. Hal yang sama dikemukakan Briggs dalam Uno 2008: 114 yang menyatakan bahwa media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.

2.4.2 Peran Media dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1 Penyajian materi ajar menjadi lebih standar. 2 Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. 3 Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif. 4 Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi. 5 Kualitas belajar dapat ditingkatkan. 6 Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja.