Pengaruh Latar Belakang Pribadi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Dan Pengalaman Pemeriksa Sebagai Variabel Moderating Pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA

TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DAN

PENGALAMAN PEMERIKSA SEBAGAI VARIABEL

MODERATING PADA INSPEKTORAT

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh

DUMA SARI FATMAWATY SIAHAAN

097017048/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA

TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DAN

PENGALAMAN PEMERIKSA SEBAGAI VARIABEL

MODERATING PADA INSPEKTORAT

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DUMA SARI FATMAWATY SIAHAAN

097017048/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL

PEMERIKSAAN DAN PENGALAMAN

PEMERIKSA SEBAGAI VARIABEL

MODERATING PADA INSPEKTORAT

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Nama Mahasiswa : Duma Sari Fatmawaty Siahaan

Nomor Pokok : 097017048 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

(Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal 26 Mei 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

2. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 3. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak 4. Drs. Syarief Fauzie, MAK, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Latar Belakang Pribadi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dan Pengalaman Pemeriksa Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Mei 2011

Yang membuat pernyataan,


(6)

PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGALAMAN PEMERIKSA

SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah di era otonomi daerah telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Hal ini berdampak pada tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Perubahan yang drastis terjadi tersebut mengakibatkan ketidaksiapan suatu strategi penguatan dan pemberdayaan, baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang memadai. Penelitian ini bertujuan mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian ini dilakukan dengan populasi seluruh pegawai di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang dengan jenis penelitian sensus. Adapun yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini adalah kualitas hasil pemeriksaan dengan variabel independen latar belakang pribadi pemeriksa yang pada penelitian ini terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan, serta pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating. Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis analisis regresi linier berganda dan analisis regresi moderate dan analisis ini didasarkan pada data dari 31 responden yang penelitiannya melalui kuesioner, dengan tingkat signifikansi alpha 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial pemahaman terhadap SAP dan kecakapan profesional di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pengalaman kerja sebagai variabel moderating terbukti tidak mampu memperkuat hubungan antara latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Kata Kunci: Latar Belakang Pribadi Pemeriksa, Pengalaman Pemeriksa dan Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(7)

THE INFLUENCE OF PERSONAL BACKGROUND EXAMINERS ON THE QUALITY OF EXAMINATION RESULTS AND EXPERIENCE

OF EXAMINERS AS A MODERATING VARIABLE IN THE INSPECTORATE OF SERDANG BEDAGAI

ABSTRACT

The Implementation of local government in the era of regional autonomy has changed significantly. This chage will lead to unbalance the capacity of the Inspectorate District in conducting oversight of the activities that the authority of the autonomous regional. Drastic changes that occurred can cause in not preparedness of a strategy strengthening and empowerment strategy, both from institutional and managerial aspects, as well as from standards, guidelines and adequate resources aspect. This research aimed to identify, analyze and obtain empirical evidence about the influence of personal background examiners on the quality of examination results and experience of examiners as a moderating variable in the Inspectorate of Serdang Bedagai.

This research was conducted with the population of all employees in the Inspectorate of Serdang Bedagai with sample size 31 respondents. This research used three variables, they are dependent variable, independent variable and moderating variable. The dependent variable is the quality of the audit. The independent variable is personal background examiners that consists of understanding of government standart accounting, professional skills and continuing education. The moderating variable is experience of examiners. The model of analysis that is used to test hypotheses multiple regression analysis and moderated regression analysis and this analysis is based on data of 31 respondents that have been research through questionnaires, with a significance level of 5% alpha.

The results of this research demonstrate partial understanding of government standart accounting and professional skills in the Inspectorate of Serdang Bedagai have a significant effect on the quality of examination results. Work experience as a moderating variable was proved unable to strengthen the relationship between personal background examiners and the quality of examination results.

Keywords: Personal Background Examiners, Experience and Quality Inspection Examination Results.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan kekuatan, hikmat dan kelimpahan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Latar Belakang Pribadi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dan Pengalaman Pemeriksa Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung membimbing penulisan tesis ini, maupun secara tidak langsung. Dalam kesempatan ini dengan penuh ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini;


(9)

4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, motivasi, serta perhatian dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini;

5. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, Bapak Iskandar Muda, M.Si, Ak dan Bapak Syarif Fauzie, M.Ak, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dalam penyusunan tesis ini;

6. Seluruh Dosen dan Staf pada Program Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan;

7. Bapak Bupati Serdang Bedagai, H.T. Erry Nuradi, M.Si yang telah memberikan izin belajar mengikuti perkuliahan;

8. Bapak Inspektur Kabupaten Serdang Bedagai Drs. Henry, M.Si yang telah banyak mendukung penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini;

9. Orang tuaku tercinta, Bapak Upar Basa Na Balga Siahaan (alm) dan Mama Poybe Hamida Sitompul (alm) yang telah mewariskan teladan dan semangat untuk terus berjuang dan berpengharapan hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Pernah memilikimu adalah hadiah terindah dihidupku;

10.Keluarga Abangda dr. Salomo Fajar Irene Siahaan, M.Path.Clinc, Kakanda Natalyna Pintahaen Doloksaribu, ST, Adinda Abigail Hotma Laras Siahaan dan Andreas Tuani Panahatan Siahaan yang telah banyak memberikan dukungan doa, dana dan motivasi bagi penulis;


(10)

11.Keluarga Kakanda Frida Helenawaty Patriana, S.Pd dan Abangda Horas K Simanjuntak, SH, Adinda Cecillia Angelhica Simanjuntak, Bertha Gabriella Simanjuntak dan Elshadai Simanjuntak yang telah banyak memberikan dukungan doa, dana dan motivasi bagi penulis;

12.Kakanda Eva Marlin Verawaty Siahaan, SE yang telah sabar dan banyak memberikan dukungan doa, dana dan motivasi bagi penulis;

13.Abangda Joseph Ferry Anto Siahaan, ST yang telah sabar dan banyak memberikan dukungan doa, dana dan motivasi bagi penulis;

14.Seluruh Saudara/Sahabat/Teman-teman terkasih, yang dengan tulus ikhlas telah menginvestasikan hidup, waktu, doa dan motivasinya kepada penulis; 15.Seluruh pegawai Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai yang telah

mendukung penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini, terkhusus buat Bapak Seprinal, SE, Ak, Bapak Jhon Richard Arifianto, SH, Sunarti, S.Pi, Erika Syahputri Siregar, ST;

16.Rekan-rekan pada Program Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara angkatan ke-17 terkhusus buat Ibu Listiorini, SE, MSi, Elia Winarti Nurhaida, SE, MSi, Zunaira Imataya, SE, Bapak Warsima Siburian, SE, Ak, Bapak Doni Damanik, SE, MSi, Ak, Bapak Adi Surya, SE, Ak, Vina, SE dan Ekky, SE, yang telah memberikan dukungan, pertolongan dan motivasi bagi penulis selama mengikuti perkuliahan;

17.Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun, guna menyempurnakan penulisan tugas akhir ini.


(11)

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan kasih karunia bagi seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan tesis ini.

Medan, Mei 2011 Penulis


(12)

RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : DUMA SARI FATMAWATY SIAHAAN TEMPAT/TGL LAHIR : SERBALAWAN, 06 JANUARI 1982

ALAMAT RUMAH : JL. BAWANG I NO. 47 PERUMNAS SIMALINGKAR MEDAN AGAMA : KRISTEN PROTESTAN

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

NAMA AYAH : UPAR BASA NA BALGA SIAHAAN (ALM) NAMA IBU : POYBE HAMIDA SITOMPUL (ALM)

SAUDARA : 1. dr. SALOMO FAJAR IRENE SIAHAAN, M.Path.Clinc 2. FRIDA HELENAWATY PATRIANA SIAHAAN, S.Pd 3. EVA MARLIN VERAWATY SIAHAAN, S.E.

4. JOSEPH FERRY ANTO SIAHAAN, S.T.

PENDIDIKAN : 1. SDN I LARAS , Lulus Tahun 1994;

2. SLTPN 1 DOLOK BATU NANGGAR, Lulus Tahun 1997; 3. SMU NEGERI 1 DOLOK BATU NANGGAR, Lulus Tahun 2000;

4. UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS MEDAN (S-1), Lulus Tahun 2004;

5. SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, Lulus Tahun 2011.

PEKERJAAN :

1. Sekretaris Direktur Medis pada RSU. Martha Friska Medan sejak tahun 2004 s.d 2006. 2. Staf Keuangan pada Gleni International Hospital sejak tahun 2006 s.d 2009.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Originalitas ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1. Latar Belakang Pribadi ... 9

2.1.1.1. Pemahaman terhadap SAP (standar akuntansi pemerintahan ... 10

2.1.1.2. Kecakapan profesional pemeriksa ... 12

2.1.1.3. Pendidikan berkelanjutan ... 13

2.1.2. Pengalaman Pemeriksa... 14

2.1.3. Kualitas Hasil Pemeriksaan ... 16

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 24

3.1. Kerangka Konsep ... 24

3.2. Hipotesis ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN ... 27

4.1. Jenis Penelitian ... 27


(14)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 28

4.5.1. Variabel Independen ... 29

4.5.2. Variabel Moderating ... 30

4.5.3. Variabel Dependen ... 30

4.6. Model dan Teknik Analisis Data ... 33

4.6.1. Model Analisis Data ... 33

4.6.2. Teknik Analisis Data... 34

4.6.2.1. Uji kualitas data ... 35

4.6.2.2. Uji asumsi klasik ... 36

4.6.2.3. Uji statistik deskriptif ... 37

4.6.2.4. Uji hipotesis ... 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1. Statistik Deskriptif ... 41

5.1.1. Demografi Responden ... 42

5.1.2. Karakterisitik Penelitian... 45

5.2. Analisis Data ... 46

5.2.1. Uji Kualitas Data... 46

5.2.1.1. Pengujian validasi ... 46

5.2.1.2. Uji reliabilitas ... 48

5.2.1.3. Uji asumsi klasik ... 49

5.3. Pengujian Hipotesis ... 53

5.3.1. Pengujian Hipotesis 1 ... 53

5.3.2. Pengujian Hipotesis 2 ... 56

5.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

5.3.1. Hipotesis Satu ... 58

5.3.2. Hipotesis Dua ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 63

6.1. Kesimpulan ... 63

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 64

6.3. Saran ... 65


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 23

4.1. Definisi Operasional Variabel ... 32

5.1. Statistik Deskriptif ... 41

5.2. Data Demografi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 43

5.3. Data Demografi Berdasarkan Umur Responden ... 43

5.4. Data Demografi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 44

5.5. Data Demografi Berdasarkan Masa Kerja sebagai PNS ... 44

5.6. Data Demografi Berdasarkan Masa Kerja Responden selama Bekerja di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai ... 45

5.7. Uji Validitas Variabel ... 47

5.8. Uji Reabilitas Variabel ... 48

5.9. Uji Normalitas Data ... 49

5.10. Uji Glejser ... 52

5.11. Uji Multikolinieritas ... 52

5.12. Pengujian Hipotesis ... 53

5.13. Uji Statistik t (Parsial) ... 54

5.14. Uji Koefisien Determinasi ... 56


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 3.1. Kerangka Konsep………. 24 5.1. Pengujian Normalitas Data Hipotesis……….. 50 5.4. Uji Heteroskedastisitas…………... .……… 51


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian…….……….. 70

2. Tabulasi Kuesioner………...………... 78

3. Hasil Analisis Deskriptif………...……… 79

4. Uji Kualitas Data: Uji Validitas dan Reabilitas……….. 80

5. Uji Asumsi Klasik………..………..……….…….. 86

6. Hasil Pengujian Hipotesis 1……....……… 89


(18)

PENGARUH LATAR BELAKANG PRIBADI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGALAMAN PEMERIKSA

SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah di era otonomi daerah telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Hal ini berdampak pada tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Perubahan yang drastis terjadi tersebut mengakibatkan ketidaksiapan suatu strategi penguatan dan pemberdayaan, baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang memadai. Penelitian ini bertujuan mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian ini dilakukan dengan populasi seluruh pegawai di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang dengan jenis penelitian sensus. Adapun yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini adalah kualitas hasil pemeriksaan dengan variabel independen latar belakang pribadi pemeriksa yang pada penelitian ini terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan, serta pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating. Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis analisis regresi linier berganda dan analisis regresi moderate dan analisis ini didasarkan pada data dari 31 responden yang penelitiannya melalui kuesioner, dengan tingkat signifikansi alpha 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial pemahaman terhadap SAP dan kecakapan profesional di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pengalaman kerja sebagai variabel moderating terbukti tidak mampu memperkuat hubungan antara latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Kata Kunci: Latar Belakang Pribadi Pemeriksa, Pengalaman Pemeriksa dan Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(19)

THE INFLUENCE OF PERSONAL BACKGROUND EXAMINERS ON THE QUALITY OF EXAMINATION RESULTS AND EXPERIENCE

OF EXAMINERS AS A MODERATING VARIABLE IN THE INSPECTORATE OF SERDANG BEDAGAI

ABSTRACT

The Implementation of local government in the era of regional autonomy has changed significantly. This chage will lead to unbalance the capacity of the Inspectorate District in conducting oversight of the activities that the authority of the autonomous regional. Drastic changes that occurred can cause in not preparedness of a strategy strengthening and empowerment strategy, both from institutional and managerial aspects, as well as from standards, guidelines and adequate resources aspect. This research aimed to identify, analyze and obtain empirical evidence about the influence of personal background examiners on the quality of examination results and experience of examiners as a moderating variable in the Inspectorate of Serdang Bedagai.

This research was conducted with the population of all employees in the Inspectorate of Serdang Bedagai with sample size 31 respondents. This research used three variables, they are dependent variable, independent variable and moderating variable. The dependent variable is the quality of the audit. The independent variable is personal background examiners that consists of understanding of government standart accounting, professional skills and continuing education. The moderating variable is experience of examiners. The model of analysis that is used to test hypotheses multiple regression analysis and moderated regression analysis and this analysis is based on data of 31 respondents that have been research through questionnaires, with a significance level of 5% alpha.

The results of this research demonstrate partial understanding of government standart accounting and professional skills in the Inspectorate of Serdang Bedagai have a significant effect on the quality of examination results. Work experience as a moderating variable was proved unable to strengthen the relationship between personal background examiners and the quality of examination results.

Keywords: Personal Background Examiners, Experience and Quality Inspection Examination Results.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan otonomi daerah karena adanya perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah mengakibatkan perubahan pada penyelenggaraan pemerintah daerah, khususnya dalam bidang pengawasan daerah. Hal ini berdampak pada tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Perubahan yang drastis terjadi tersebut mengakibatkan ketidaksiapan suatu strategi penguatan dan pemberdayaan, baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang memadai.

Pada kondisi ketidakseimbangan kapasitas yang dimiliki, Inspektorat Kabupaten/Kota, wajib melakukan tugas pengawasan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Pasal 24 yang menyatakan bahwa Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan Aparat Pengawas Intern Pemerintah di Daerah. Inspektorat Kabupaten/Kota mengemban tugas, pokok dan fungsinya, dalam pemeriksaan ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada pada setiap Provinsi, Kabupaten dan Kota. Hasil dari pemeriksaan rutin berupa laporan hasil pemeriksaan yang akan diserahkan kepada kepala daerah.


(21)

Dengan keterbatasan aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang ada, Inspektorat Kabupaten/Kota wajib menyusun laporan hasil pemeriksaan yang dapat membantu kepala daerah dalam menetapkan fungsi manajemen. Hal ini didukung dengan pernyataan Elim (2006) bahwa peran auditor adalah:

1. Terlibat dalam pengelolaan resiko membantu manajemen;

2. Berperan sebagai pihak yang melaksanakan control self assessment atas pengendalian manajemen;

3. Melakukan audit berbasis resiko.

Kabupaten Serdang Bedagai mengalami pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 2004. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara. Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu satuan kerja perangkat daerah yang berada di dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Kedudukan Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai berada dalam posisi yang sejajar dengan dinas di Kabupaten Serdang Bedagai dalam melakukan pemeriksaan.

Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai melakukan pemeriksaan rutin ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se - Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil dari pemeriksaan rutin berupa Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dapat diklasifikasikan berdasarkan bidang-bidang kerja. Adapun temuan-temuan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan dikategorikan dalam 3 bidang, yaitu:


(22)

1. Pengelolaan Aparatur dan Pengendalian Internal; 2. Pengelolaan Kekayaan;

3. Pengelolaan Keuangan.

Kualitas laporan hasil pemeriksaan sangat bergantung pada kualitas latar belakang pribadi pemeriksa. Latar belakang pribadi pemeriksa dapat didefinisikan sebagai latar belakang dari sumber daya manusia yang meliputi jenis kelamin, usia,

latar belakang pendidikan dan jenjang pendidikan. Latar belakang pendidikan yang

dimiliki staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai beraneka ragam terdiri dari 7 orang berpendidikan pascasarjana, 19 orang sarjana, 2 orang berpendidikan diploma III dan 3 orang SMA. Proses mutasi pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai juga menjadi penyebab beraneka ragamnya latar belakang pendidikan yang ada. Latar belakang jurusan pendidikan yang dimiliki oleh staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari dari jurusan ekonomi, teknik, kesehatan, hukum, sosial dan politik. Latar belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh karena Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari berbagai bidang. Untuk itu keanekaragaman latar belakang pendidikan sangat berguna dalam proses pemeriksaan oleh staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.

Masa kerja yang dimiliki staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai juga beraneka ragam, hal ini akan berpengaruh terhadap pengalaman dan kecakapan profesional pemeriksa dalam melakukan tugas pengawasan.


(23)

Proses pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai merupakan bagian dari tugas, pokok dan fungsi (tupoksi). Staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai sesuai dengan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT) yang telah disusun untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dan kasus kepada setiap dinas, badan, kantor, kecamatan, desa/kelurahan, puskesmas, sekolah negeri yang berada di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Pemeriksaan dilakukan bukan hanya pada bidang keuangan saja melainkan juga dilakukan pemeriksaan terhadap pengendalian internal pada SKPD. Pemeriksaan yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan, dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan. Dalam laporan hasil pemeriksaan akan diketahui apa yang akan menjadi permasalahan pada setiap satuan kerja perangkat daerah. Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai dalam laporannya juga akan memberikan saran kepada objek yang telah diaudit. Saran tersebut merupakan jawaban dari permasalahan yang ditemukan pada auditee.

Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai merupakan auditor internal pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai hanya terbatas pada pemberian saran kepada kepala daerah seperti saran pemberian sanksi, surat peringatan, mutasi dan pemberhentian. Untuk implementasi dari saran-saran tersebut merupakan hak preogratif Bupati Serdang Bedagai.


(24)

Di tengah keterbatasan aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang ada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai fungsi satuan pengawas internal dalam membantu bupati masih belum bisa diharapkan efektivitasnya. Hal ini dapat dilihat bahwa keberadaan unit pengawas belum bisa diterima sebagai mitra kerja dalam memecahkan persoalan, laporan hasil pemeriksaan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dalam hal ini menjadi objek yang diperiksa (obrik), ditemukan temuan yang berulang-ulang dan dengan rekomendasi yang kurang tajam.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik menyusun karya akhir ini dengan mengambil judul “Pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating

pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka masalah penelitian

(research question) dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan?

2. Apakah pengalaman pemeriksa berpengaruh terhadap hubungan latar belakang pribadi pemeriksadengan kualitas hasil pemeriksaan?


(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

1. Untuk dapat mengetahui pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas pemeriksaan.

2. Untuk dapat mengetahui pengaruh pengalaman pemeriksa terhadap hubungan latar belakang pribadi pemeriksa dengan kualitas hasil pemeriksaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat:

1. Bagi Peneliti: penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman kemampuan intelektual tentang pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan, serta mengetahui pengaruh pengalaman pemeriksa terhadap hubungan latar belakang pribadi pemeriksa dengan kualitas hasil pemeriksaan.

2. Bagi Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang kualitas auditor dan kualitas hasil pemeriksaan, cara rekrutmen staf, pelatihan, tuntutan kecakapan profesional yang dibutuhkan yang dapat meningkatkan kinerja Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai di masa yang akan datang.

3. Bagi Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan yang baru bagi jajaran Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Pusat


(26)

(Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri) dalam memahami fungsi, peran, tanggung jawab dan tugas Inspektorat.

4. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi peneliti lain.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan reflikasi dari penelitian Batubara (2008), yang meneliti tentang pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional profesional dan pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi empiris pada Bawasko Medan).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Batubara adalah: 1. Variabel Independen pada penelitian terdahulu terdiri dari:

a) latar belakang pendidikan; b) kecakapan profesional; c) pendidikan berkelanjutan; d) independensi.

Sedangkan pada penelitian ini variabel independennya terdiri dari; a) pemahaman terhadap SAP;

b) kecakapan profesional;

c) pendidikan berkelanjutan pemeriksa.

2. Pada penelitian terdahulu tidak menggunakan variabel moderating namun pada penelitian ini menambah pengalaman pemeriksa sebagai variabel


(27)

moderating, untuk mengetahui hubungan antara pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa terhadap laporan hasil pemeriksaan.

3. Populasi penelitian terdahulu adalah seluruh auditor Inspektorat Kota Medan, sedangkan penelitian ini populasinya adalah seluruh pegawai di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Pada bab ini akan menguraikan pengertian latar belakang pribadi pemeriksa, pengalaman pemeriksa serta kualitas hasil penelitian.

2.1.1. Latar Belakang Pribadi

Latar belakang pribadi pemeriksa dapat didefinisikan sebagai latar belakang dari sumber daya manusia yang meliputi jenis kelamin, usia, latar belakang

pendidikan dan jenjang pendidikan. Sumber daya manusia merupakan pilar

penyangga utama sekaligus pengerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut. Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting, karenanya harus dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola sebaik mungkin akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

Dalam rangka pelaksanaan pengawasan internal di pemerintah daerah, Inspektorat harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Sumber daya

manusia yang dalam penelitian ini diwakili oleh pemahaman terhadap Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP), kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan sebaiknya dimiliki oleh masing-masing pemeriksa. Semakin berkualitas sumber daya


(29)

manusia yang dimiliki, maka semakin optimal pelaksanaan pengawasan di pemerintah daerah.

2.1.1.1. Pemahaman terhadap SAP (standar akuntansi pemerintahan)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, "Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah". Penerapan SAP di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Sistem informasi dan merupakan proses pengindentifikasian, pengukuran, pencatatan, pelaporan, dan penganalisaan transaksi ekonomi (keuangan) suatu entitas secara sistematis serta dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah definisi dari akuntansi. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah dapat menjadi acuan bagi:

a) Para penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya; b) Para penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi

yang belum diatur dalam standar;

c) Para pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; dan


(30)

d) Pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum. Untuk itu perlu diperhatikan faktor pemahaman terhadap SAP guna penyusunan laporan keuangan. Pemahaman terhadap SAP ini sangat diperlukan supaya hasil dari laporan keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan.

Pada proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, perangkat SKPD harus memahami standar akuntansi pemerintahan yang berisikan penyajian laporan keuangan, laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, akuntansi persediaan, akuntansi aset tetap, akuntansi konstruksi dalam pengerjaan, akuntansi investasi, akuntansi kewajiban, koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa serta laporan keuangan konsolidasi.

Upaya yang dilakukan untuk memahami maksud Peraturan Pemerintah Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan antara lain dengan dilakukannya sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan mekanisme penerapannya di Pemerintah Daerah, pelatihan teknis tentang SAP yang didukung dengan tingkat pendidikan yang memadai terhadap akuntansi. Diharapkan dengan sosialisasi dan pelatihan ini dapat mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah yang baik dan benar.


(31)

Inspektorat Kabupaten/Kota mengemban tugas, pokok dan fungsinya, dalam pemeriksaan ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pemeriksaan ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hanya sebatas memeriksa dokumen laporan pertanggungjawaban APBN yang di anggarkan ke masing-masing instansi saja. Oleh sebab itu, PSAP yang wajib di pahami oleh pemeriksa adalah:

1. PSAP Nomor 05 mengenai persediaan; 2. PSAP Nomor 07 mengenai Aset tetap; dan

3. PSAP Nomor 08 mengenai konstruksi dalam pekerjaan. 2.1.1.2. Kecakapan profesional pemeriksa

Pemeriksaan merupakan kegiatan untuk menilai apakah hasil pelaksanaan yang sebenarnya telah sesuai dengan yang seharusnya serta mengidentifikasi penyimpangan atau hambatan yang ditemukan.

Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksa Keuangan dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Pemeriksa harus mempunyai Kecakapan profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional

(professional judgement), meskipun dapat terjadi penarikan kesimpulan yang tidak

tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama.


(32)

a. Formula tujuan audit;

b. Penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit; c. Pemilihan pengujian dan hasilnya;

d. Pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit;

e. Penetapan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan efek/dampaknya;

f. Pengumpulan bukti audit;

g. Penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan penugasan audit.

2.1.1.3. Pendidikan berkelanjutan

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan, setiap pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan harus meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan profesional. Dalam rangka peningkatan kompetensi nya menurut standar pemeriksaan, setiap 2 (dua) tahun pemeriksa harus menyelesaikan paling tidak 80 (delapan puluh) jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan. Paling tidak 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan yang khusus dan unik


(33)

dimana entitas yang diperiksa beroperasi dan minimal 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 tahun dari 2 periode 2 tahun.

Adapun definisi dari pendidikan berkelanjutan yaitu mencakup perkembangan mutakhir dalam metodologi dan standar pemeriksaan, prinsip akuntansi, penilaian akuntansi, prinsip manajemen atau profesional, pemeriksaan atas profesional informasi, sampling pemeriksaan, analisis laporan keuangan, manajemen keuangan, profesional disain evaluasi, dan analisis data. Pendidikan berkelanjutan ini juga mencakup profesional tentang pekerjaan pemeriksaan di lapangan, seperti administrasi profesional, struktur dan kebijakan pemerintah, teknik profesi, keuangan, ilmu ekonomi, ilmu profesional, dan teknologi informasi.

2.1.2. Pengalaman Pemeriksa

Pengalaman sangatlah diperlukan dalam rangka kewajiban seorang pemeriksa terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum pemeriksaan. Pengalaman yang selanjutnya menghasilkan pengetahuan seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.

Menurut Loeher (2002), pengalaman merupakan akumulasi dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan gagasan dan penginderaan.


(34)

Menurut Bedard (1993), terdapat dua pandangan pokok mengenai keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang didasarkan pada paradigma Einhorn. Menurut pandangan ini agar dikatakan sebagai seorang ahli harus:

a. Mampu mengelompokkan variabel-variabel dalam cara yang sama ketika mengidentifikasikan dan mengorganisasikan isyarat (cues);

b. Dalam mengukur jumlah isyarat seorang ahli harus memperlihatkan keterandalan intra judge yang tinggi, keterandalan inter judge yang tinggi dan relatif bebas dari judge bias;

c. Mampu menimbang dan mengkombinasikan isyarat dalam cara yang sama. Kedua, pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut pengetahuan. Pengetahuan bisa diperoleh lewat pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung (misalnya, pendidikan, buku).

Seseorang yang lebih berpengalaman pada bidang substantif, maka orang tersebut mempunyai lebih banyak item yang mampu disimpan dalam memorinya. Sehingga akan lebih mudah baginya untuk membedakan item-item menjadi beberapa kategori. Hal ini juga menunjukkan semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaan semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit.

Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel intervening efek pengetahuan mengenai pekerjaan (job knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan


(35)

Schmidt et al., 1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990).

Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum

(atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan

item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang pengalaman.

Abdol Mohammadi dan Wright (1987) menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Studi ini auditor ditempatkan dalam berbagai level dan diminta untuk memberikan penilaian mengenai kemampuan suatu entitas melanjutkan usahanya(going concern).

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tubbs (1992) yang melakukan pengujian mengenai efek pengalaman terhadap kesuksesan pelaksanaan audit. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki, semakin banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor.

2.1.3. Kualitas Hasil Pemeriksaan

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditee nya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya indikasi bahwa kantor akuntan publik yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan publik berskala kecil.


(36)

Harhinto (2004) melakukan penelitian dengan menggunakan 120 auditor dari KAP di Surabaya, Malang dan Jember sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit. Sementara besarnya tekanan dari klien dan lamanya hubungan dengan klien (audit

tenure), pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor),

profesionalisme dan beban kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas hasil pemeriksaan dan menyimpulkan bahwa indikator kualitas hasil pemeriksaan, yaitu:

a. deteksi salah saji; b. kesesuaian dengan SAP;

c. kepatuhan terhadap standar operasional; d. risiko audit;

e. prinsip kehati-hatian;

f. proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor; g. perhatian yang diberikan oleh manajer atau fatner.

Deis dan Groux (1992) melakukan penelitian tentang hal-hal yang memiliki hubungan dengan kualitas hasil pemeriksaan, yaitu:

a. Lama waktu auditor dalam melakukan pemeriksaan. Semakin lama auditor melakukan pemeriksaan maka semakin baik kualitas pemeriksaan;


(37)

b. Jumlah objek yang diperiksa. Semakin banyak jumlah objek yang diperiksa maka kualitas hasil pemeriksaan akan semakin baik karena auditor dengan jumlah objek yang diperiksa yang banyak maka auditor akan semakin menjaga reputasinya;

c. Kesehatan keuangan objek yang diperiksa, semakin tidak sehat keuangan objek yang diperiksa maka aka nada kecenderungan untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar;

d. Review oleh pihak ke tiga, kualitas hasil pemeriksaan akan semakin baik jika

auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pemeriksaannya akan direview oleh pihak ketiga.

Elim (2006),menyatakan bahwa prinsip penyusunan rencana audit adalah: 1. Memahami dan memaksimalkan peran dan tanggung jawab unit pengawasan

internal;

2. Penaksiran resiko dan menggunakan skala prioritas; 3. Kriteria penaksiran risiko atas audit universe;

4. Adanya risiko melekat dan keterbatasan sistem dan metode penetapan prioritas audit sehingga mengharuskan unit pengawasan secara berkala mengkaji semua faktor risiko dan penilaiannya.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas hasil pemeriksaan yaitu pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang serta pendistribusian laporan hasil


(38)

pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif apabila telah mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa serta tindakan perbaikan yang direncanakan.

Apabila tanggapan dari pejabat pada entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta alasannya. Sebaliknya, pemeriksa wajib memperbaiki laporannya sesuai dengan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.

Akuntan publik harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam hal ini mengenai standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (SPAP, 2001).


(39)

a. Auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor;

b.Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor;

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kecakapan profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya;

b.Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan;

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;

b.Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan


(40)

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya;

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor;

d.Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini antara lain:

Penelitian Batubara (2008) menjelaskan tentang analisis pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi empiris pada Bawasko Medan). Hasil dari penelitian secara parsial kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan latar belakang pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Penelitian Sososutikno (2003) menjelaskan tentang hubungan tekanan anggaran waktu dengan perilaku disfungsional serta pengaruhnya terhadap kualitas audit. Penelitian ini juga menyatakan tekanan anggaran waktu menungkinkan munculnya perilaku disfungsional yang tercermin dari perilaku premature sign-off,


(41)

disfungsional ini tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pada penelitian ini juga dikatakan bahwa tekanan anggaran waktu secara langsung tidak memilik hubungan negatif terhadap kualitas audit. Penelitian ini mengambil sampel auditor ahli pada BPK perwakilan III Jogjakarta, BPKP Jawa Tengah dan DKI Jakarta.

Damanik (2010) di Medan melakukan penelitian pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, peran Inspektorat dalam review laporan keuangan daerah. Penelitian ini menggunakan metode sampel pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemahaman terhadap SAP berpengaruh secara simultan terhadap peran Inspektorat dalam review laporan keuangan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian Mayangsari (2003) di Jakarta menyimpulkan tentang pengaruh independensi, kualitas audit, serta mekanisme corporate governance terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode sampel yaitu perusahaan publik yang terdaftar selama periode 1998-2002. Hasil penelitian menyatakan spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

Alia (2001) di Yogyakarta,yang meneliti mengenai persepsi auditor terhadap kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa auditor berpersepsi hanya pengetahuan saja yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman auditor ternyata tidak begitu banyak memberikan konstribusi untuk meningkatkan keahlian


(42)

auditor, yang berarti pengalaman tidak pula berpengaruh terhadap kualitas audit. Penugasan audit bersifat rutin sehingga tugas yang dilakukan tidak bersifat kompleks.


(43)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama/ Tahun Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Batubara (2008)

Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan dan Independensi

Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada Bawasko Medan) Variabel Dependen: Kualitas Hasil Pemeriksaan Variabel Independen: Latar Belakang

Pendidikan, Kecakapan

Profesional, Pendidikan Berkelanjutan dan Independensi Pemeriksa

Latar Belakang pendidikan Pemeriksa tidak Pengaruh secara parsial terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Sososutik no (2003)

Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit Variabel Independen: Tekanan Anggaran Waktu Varibel Dependen: Kualitas Audit

Tekanan Anggaran Waktu Secara Langsung Tidak Memiliki Hubungan Negatif terhadap Kualitas Audit Doni

Damanik (2010)

Pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi,

pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran Inspektorat dalam review

laporan keuangan daerah

Variabel Independen: Pengetahuan tentang proses audit, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengelolaan keuangan daerah

Varibel Dependen: peran Inspektorat dalam review

laporan keuangan daerah

Pemahaman terhadap SAP berpengaruh secara simultan dan partial terhadap peran Inspektorat dalam review

laporan keuangan daerah

Mayang Sari (2003)

Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme

Corporate Governance

terhadap Integritas Laporan Keuangan

Variabel Independen: Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme

Corporate Governance

Varibel Dependen: Laporan Keuangan

Spesialisasi Auditor

Berpengaruh Positif terhadap Integritas Laporan Keuangan

Alia Ariesanti (2001)

Persepsi Auditor terhadap Kualitas Audit

Tidak ada variabel dependen dan variabel independen

Hanya pengetahuan yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman auditor hanya sedikit memberikan konstribusi untuk meningkatkan keahlian auditor


(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Moderating Variabel Dependen Latar Belakang Pribadi

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Pemahaman

terhadap SAP (X1)

Kecakapan Profesional

(X2)

Pendidikan Berkelanjutan

(X3)

Kualitas Hasil Pemeriksaan

(Y)

Pengalaman Pemeriksa


(45)

Pada Gambar 3.1 dijelaskan bahwa kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh latar belakang pribadi pemeriksa yang dalam penelitian ini terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan pemeriksa. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disusun merupakan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.

Pemahaman terhadap SAP akan membantu pemeriksa memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Pemahaman terhadap SAP yang dimiliki oleh pemeriksa juga dapat membantu pemeriksa dalam menjalankan fungsi pembinaan kepada objek yang diperiksa, sehingga laporan-laporan keuangan dapat dipertanggung-jawabkan.

Kecakapan profesional dalam melakukan pemeriksaan mutlak dilakukan, demi meningkatkan kualitas laporan pemeriksaan. Kecakapan profesional juga meliputi kemampuan auditor membuat dan melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan prosedur auditor dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.

Pendidikan berkelanjutan yang telah diikuti oleh auditor akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan, peraturan-peraturan, metode-metode yang baru dan terkini dalam hal pemeriksaan. Frekwensi pelatihan dan berbagai macam pelatihan yang pernah diikuti pemeriksa merupakan indikator bagi pengukuran variabel pendidikan berkelanjutan. Materi pelatihan yang diikuti seorang pemeriksa harus mengikuti perkembangan teknologi yang terbaru.

Pengalaman pemeriksa diharapkan memiliki dampak yang positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, walaupun hubungannya tidak langsung. Masa kerja


(46)

seorang pemeriksa, kedudukan pemeriksa serta frekwensi melakukan pemeriksaan menjadi indikator bagi penilaian pengalaman pemeriksa. Pemeriksa yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seorang pemeriksa, semakin banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh pemeriksa.Dengan demikian akan semakin tajam hasil pemeriksaan, yang akan meningkatkan kualitas laporan hasil pemeriksaan.

Pada keseluruhannya, semakin baik kualitas latar belakang pribadi yang dimiliki oleh pemeriksa maka semakin baik juga kualitas laporan hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pribadi pemeriksa akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan penugasan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap administrasi (pelaporan) akhir.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tinjauan teori, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

2. Pengalaman pemeriksa berpengaruh terhadap hubungan latar belakang pribadi pemeriksa dengan kualitas hasil pemeriksaan.


(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausal. Penelitian ini berusaha memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan pemeriksa terhadap kualitas hasil dan pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating pemeriksaan pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.

4.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai yang berlokasi di Jalan Negara No. 300 Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf Inspektorat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagaiberjumlah 31 (tiga puluh satu) Orang. Jenis


(48)

penelitian ini adalah sensus, seluruh populasi yaitu Staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai sejumlah 31 orang dijadikan sampel.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, yang dikumpulkan melalui instrumen yang diajukan kepada responden yang terkait. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari responden yaitu seluruh staf di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 31 (tiga puluh satu) orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar kuesioner yang dimodifikasi dari peneliti terdahulu yaitu Batubara (2008) dan kuesioner ini mengacu pada variabel dan indikator penelitian dimana peneliti mengambil bahan untuk pembuatan kuesioner dari buku Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berhubungan dengan variabel penelitian dan indikatornya.

Tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuisioner terdiri dari dua tahap, tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh staf Inspektorat kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut. Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai untuk kemudian dilakukan pengolahan data dari kuesioner tersebut. Waktu penelitian dilaksanakan selama 16 Minggu (Desember 2010 s.d Maret 2011).


(49)

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel independen, 1 (satu) variabel moderating dan 1 (satu) variabel dependen yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Menurut Ghozali (2006) skala likert merupakan metode untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam skala likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. 4.5.1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari:

1. Pemahaman terhadap SAP

Pemahaman terhadap SAP merupakan persepsi responden tentang pemahaman terhadapSAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.

Pemahaman terhadapSAP diukur dengan skala likert. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skala 1 menunjukkan tidak memahami, skala 2 adalah sedikit memahami, skala 3 sebagian memahami, skala 4 adalah memahami dan skala 5 adalah sangat memahami (Damanik, 2010).

2. Kecakapan Profesional

Dalam penelitian ini adalah staf Inspektorat yang telah mengikuti pelatihan akuntansi, pelatihan audit dan pengalaman dalam melakukan pemeriksaan. Pengukurannya menggunakan skala likert. Variabel penilaiannya dengan skor 1 menunjukkan tidak pernah sama sekali, skor 2 menunjukkan hampir tidak


(50)

pernah, skor 3 menunjukkan pernah, Skor 4 menunjukkan sering, skor 5 menunjukkan sangat sering (Batubara, 2008).

3. Pendidikan Berkelanjutan

Dalam penelitian ini adalah staf Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai yang telah mengikuti program pendidikan singkat untuk dalam dan luar negeri, materi pelatihan yang diikuti tersebut harus mengikuti perkembangan teknologi yang terbaru, jenis pelatihan yang diikuti oleh staf pemeriksa harus berhubungan dengan obyek pemeriksaan yang ada, dan frekuensi pelatihan seorang pemeriksa setiap dua tahun minimal 80 jam mengikuti pelatihan. Teknik Pengukurannya menggunakan skala likert. Variabel penilaiannya dengan skor 1 menunjukkan tidak pernah, skor 2 menunjukkan hampir tidak pernah, skor 3 menunjukkan pernah, Skor 4 menunjukkan Sering, skor 5 menunjukkan Sangat sering, (Batubara, 2008).

4.5.2. Variabel Moderating

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderating adalah pengalaman pemeriksa. Lamanya bekerja di Inspektorat, kedudukan pemeriksa pada instansi dan frekuensi pemeriksa dalam melakukan pemeriksaaan. Pengukurannya menggunakan skala likert. Variabel penilaiannya dengan skor 1 menunjukkan sangat tidak setuju, skor 2 menunjukkan tidak setuju, skor 3 menunjukkan netral, skor 4 menunjukkan setuju, skor 5 menunjukkan sangat setuju.


(51)

4.5.3. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kualitas hasil pemeriksaan. Pelaksanaan program pemeriksaan, prinsip kehati-hatian, perhatian dari pimpinan, lama audit dan jumlah objek pemeriksaan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Pengukurannya menggunakan skala likert. Variabel penilaiannya dengan skor 1 menunjukkan sangat tidak setuju, skor 2 menunjukkan tidak setuju, skor 3 menunjukkan netral, skor 4 menunjukkan setuju, skor 5 menunjukkan sangat setuju (Batubara, 2008).


(52)

Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel

Jenis Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

A.Dependen 1. Kualitas Hasil

Penelitian

Pelaporan tentang kelemahan pengendalian internal dan

kepatuhan terhadap

ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang serta pendistribusian LHP serta tindak lanjut dari rekomendasi auditor

-Pelaksanaan Program Pemeriksaan

-Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian

-Adanya perhatian dari pimpinan

-Lama waktu audit

-Jumlah SKPD yang pernah di periksa

Interval

B.Independen 1. Pemahaman

terhadap SAP

persepsi responden tentang pemahaman terhadap SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia

-Pemahaman terhadap PSAP nomor 01, 02, 03, 04, 05, 06 07, 08, 09, 10

Interval

2. Kecakapan Profesional

Pelatihan dalam bidang akuntansi, audit dan kehati-hatian profesional dalam melakukan pemeriksaan

-Pelatihan akuntansi

-Pelatihan pemeriksaan (audit) -Membuat dan melaksanakan

pemeriksaan sesuai dengan prosedur audit

-Mengevaluasi bukti audit

-Melakukan prosedur

investigasi

Interval

3. Pendidikan Berkelanjutan

Pelatihan baik dalam bidang akuntansi, auditing, SPIP

pemahaman tentang

perundang-undangan dan lain-lain, perkembangan teknologi audit, relevansi dengan objek pemeriksaan dan masa pendidikan

-Pelatihan di dalam dan luar negeri

-Perkembangan objek yang diperiksa

-Materi perkembangan teknologi informasi akuntansi dan audit yang terbaru

-Frekwensi pelatihan C. Moderating

1.Pengalaman Pemeriksa

Keahlian seorang auditor yang dimulai dari pendidikan formal kemudian ditambah dengan praktek audit

-Lamanya bekerja di Inspektorat

-Kedudukan pemeriksa

-Frekuensi dalam melakukan pemeriksaaan


(53)

4.6. Model dan Teknik Analisis Data 4.6.1. Model Analisis Data

Model dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan regresi linier berganda dan uji selisih mutlak. Pengolahan data menggunakan software

SPSS (Statistical Package for Sosial Sciense). Model dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Model satu:

Y = á + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Di mana: Y = Kualitas Hasil Pemeriksaan X1 = Pemahaman terhadap SAP

X2 = Kecakapan Profesional

X3 = Pendidikan Berkelanjutan

á = Konstanta

b = Koefisien Regresi e = Error

Model dua:

Tahap I: Y = á + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5 X1 – X4 +

B6 X2 – X4 + b7 X3 – X4 +e

Tahap II: Y = á + b1 ZX1 + b2 ZX2 + b3 ZX3 + b4 ZX4 + b5 AbsX1 _ X4 +


(54)

Di mana: Y = Kualitas hasil pemeriksaan

ZX1 = Standardize Pemahaman terhadap SAP

ZX2 = Standardize Kecakapan Profesional

ZX3 = Standardize Pendidikan Berkelanjutan

ZX4 = Standardize Pengalaman Pemeriksa

X1 – X4 = Interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara

X1 dan X4

X2 – X4 = Interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara

X2 dan X4

X3 – X4 = Interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara

X3 dan X4

Abs X1 _ X4 = X1 – X4

Abs X2 _ X4 = X2 – X4

Abs X3 _ X4 = X3 – X4

á = Konstanta

b = Koefisien Regresi

e = Error

4.6.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi. Dalam suatu penelitian kemungkinan munculnya masalah dalam analisis


(55)

regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model yang dimasukkan ke dalam serangkaian data. Penelitian diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari, uji kualitas data, pengujian asumsi klasik, statistik deskriptif, dan uji statistik untuk pengujian hipotesa.

4.6.2.1. Uji kualitas data

Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan realibilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data, yaitu:

1. Uji Validitas dapat digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor dari item-item pertanyaan. Menurut Ghozali (2006) validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda. Uji Validitas dihitung dengan menggunakan korelasi person dan setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan software

SPSS akan dilihat tingkat signifikansi untuk semua pertanyaan.

2. Uji Reabilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach Alpha kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS. Setelah diperoleh hasil dengan menggunakan software SPSS, angka Cronbach Alpha (r) dibandingkan dengan angka ketentuan batas reabilitas. Jika angka


(56)

Cronbach Alpha (r) > angka ketentuan batas reabilitas, maka pernyataan dinyatakan signifikan yang berarti bahwa pernyataan tersebut reliabel.

4.6.2.2. Uji asumsi klasik

Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Uji Asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskesdastisitas.

1. Uji Normalitas, bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji Statistik dilakukan uji one sampleKolmogorov Smirnov Test, jika nilai Kolmogorov Smirnov signifikansinya di atas á = 0.05, yang berarti

data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2006).

2. Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Selain itu deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan


(57)

mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan

terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka

Tolerance = 1/10 = 0,1 (Ghozali, 2006).

3. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang lain, atau homokedastisitas, dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Bila titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji statistik dilakukan dengan uji Glejser, jika variabel independen tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt), maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

4.6.2.3. Uji statistik deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. Tabulasi yang ada


(58)

menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif pada umumnya digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang paling utama dan data demografi responden.

Pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, standar deviasi, jawaban minimum, dan jawaban maksimum dari jawaban yang telah didapat melalui kuesioner.

4.6.2.4. Uji hipotesis

Pengujian yang dilakukan untuk hipotesis satu (H1) dengan menggunakan

regresi berganda dan pengujian hipotesis dua (H2) dengan uji selisih mutlak.

Pengujian untuk Hipotesis Satu

Dengan model regresi berganda, uji hipotesis ditentukan dengan Uji-t. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan signifikansi pengaruh variabel independen terhadap dependen. Pengujian ini juga akan membandingkan nilai signifikansi dari hasil pengujian data dengan membandingkan nilai signifikansi yang sudah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya dilakukan langkah sebagai berikut:

a. Rumusan hipotesis 1

H1 : Latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap

SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.


(59)

b. Kriteria keputusan hipotesis: Uji Signifikansi Parsial

Dilakukan dengan uji-t. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikansi pengaruh variabel latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

a. Apabila nilai thitung > ttabel, maka H1 diterima berarti variabel latar

belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional, dan pendidikan berkelanjutan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kualitas hasil pemeriksaan. Bila nilai signifikansi (Pvalue) < 0,05 maka pengaruh secara signifikan.

b. Apabila nilai thitung < ttabel, maka H1 tidak dapat diterima berarti variabel

latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional, dan pendidikan berkelanjutan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kualitas hasil pemeriksaan. Bila nilai signifikansi (Pvalue) > 0,05 maka pengaruh tidak

secara signifikan. Uji Hipotesis Dua


(60)

Sehubungan dengan Uji selisih mutlak, uji hipotesis ditentukan dengan Uji-t. Uji-t untuk pengujian parsial sekaligus variabel moderating. Seperti yang dijelaskan pada langkah sebagai berikut:

a. Rumusan hipotesis 2

H2 : Pengalaman kerja pemeriksa berpengaruh terhadap hubungan antara latar

belakang pribadi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.

b. Kriteria keputusan hipotesis 1. Uji signifikasi parsial

Uji hipotesis dapat ditentukan dengan uji-t. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikansi pengaruh variabel latar belakang pribadi pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan pengalaman terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

a. Bila nilai thitung > ttabel, maka H2 diterima berarti masing-masing variabel

independen dan Variabel Moderating (pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan Pengalaman) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kualitas hasil pemeriksaan. Bila nilai signifikansi (Pvalue) < 0,05 maka pengaruh secara

signifikan.

b. Bila nilai thitung < ttabel, maka H2 tidak dapat diterima berarti


(61)

dependen yaitu kualitas hasil pemeriksaan. Bila nilai signifikansi (Pvalue)

> 0,05 maka pengaruh tidak secara signifikan.

c. Bila koefisien variabel moderating signifikansi pada 0,05, maka pengalaman kerja merupakan moderating (Ghozali, 2006).

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Statistik Deskriptif

Penelitian ini dilakukan pada pegawai Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai dengan menyebarkan kuesioner kepada 31 orang auditor secara langsung kepada para auditor. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh deskripsi data penelitian ditampilkan dalam Tabel 5.1:

Tabel 5.1. Deskripsi Statistik

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 31 (tiga satu) sampel yang disertakan pada penelitian ini, diperoleh kualitas hasil pemeriksaan yang merupakan

N Minimum Maximum Mean Std. Dev.

Pemahaman terhadap SAP 31 25 40 29.26 3.076

Kecakapan Profesional 31 17 24 19.06 1.692

Pendidikan Berkelanjutan 31 12 19 15.16 1.214

Pengalaman Pemeriksa 31 9 15 10.74 1.612

Kualitas Hasil Pemeriksaan 31 15 20 17.32 1.661


(62)

variabel dependen (Y) mempunyai nilai rata-rata sebesar 17,32 bahwa kualitas hasil pemeriksaan berada di atas rata-rata yang menunjukkan bahwa auditor di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai telah melaksanakan program pemeriksaan, prinsip kehati-hatian, adanya perhatian pimpinan, memperhatikan lama waktu audit dan jumlah SKPD yang diperiksa. Hal-hal tersebut di atas mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan.

Pemahaman terhadap SAP merupakan variabel independen (X1) mempunyai

nilai rata-rata sebesar 29,26. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap SAP auditor di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai sangat baik.

Kecakapan profesional merupakan variabel independen (X2) mempunyai nilai

rata-rata sebesar 19,06 bahwa kecakapan profesional berada di atas rata-rata menunjukkan bahwa auditor di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai telah menerapkan kecakapan profesional dalam melakukan pemeriksaan.

Pendidikan berkelanjutan merupakan variabel independen (X3) mempunyai

nilai di atas rata-rata sebesar 15,16 bahwa auditor di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai sering mengikuti pelatihan dengan materi yang terbaru dan sesuai dengan objek pemeriksaan.

Pengalaman pemeriksa merupakan variabel moderating (X4) mempunyai nilai

di bawah rata-rata sebesar 10,74. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya masa kerja auditor di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai dan masih sedikitnya frekwensi melakukan pemeriksaan.


(63)

Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari: (1) Jenis Kelamin, (2) Umur Responden, (3) Tingkat Pendidikan, (4), Lama Bekerja sebagai PNS, dan (5) Lama Bekerja di Inspektorat. Demografi responden seperti yang tersebut di atas dapat dilihat dari beberapa tabel berikut ini:

Tabel 5.2. Data Demografi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah/Responden Persen Laki-laki Perempuan 23 8 74,1 25,9

Jumlah 31 100

Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas pemeriksa di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 23 orang (74,1%) dan pemeriksa yang berjenis kelamin perempuan hanya sebanyak 8 orang (25,9%).

Tabel 5.3. Data Demografi Berdasarkan Umur Responden

Umur Jumlah/Responden Persen 20-30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun 12 7 9 3 38,8 22,6 29,0 9,6

Jumlah 31 100

Dari Tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas pemeriksa di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai memiliki usia antara 20-30 tahun, yaitu sebanyak 12 orang (38,8%), pemeriksa yang berusia 41-50 tahun sebanyak 9 orang (29,0%)


(1)

5. Kualitas Hasil Pemeriksaan

N %

V a l i d 3 1 1 0 0 . 0

E x c l u d e d a 0 . 0

T o t a l 3 1 1 0 0 . 0

C r o n b a c h 's A l p h a

C r o n b a c h 's A l p h a B a s e d o n S ta n d a rd i z e d

It e m s

N o f It e m s

. 7 3 9 . 7 2 7 5

M e a n

S t d .

D e v i a t io n N

K H P 1 3 .7 1 . 4 6 1 3 1

K H P 2 3 .6 1 . 4 9 5 3 1

K H P 3 3 .4 2 . 5 0 2 3 1

K H P 4 3 .3 5 . 4 8 6 3 1

K H P 5 3 .2 3 . 4 2 5 3 1

K H P 1 K H P 2 K H P 3 K H P 4 K H P 5

K H P 1 1 . 0 0 0 . 8 0 5 . 5 4 4 . 1 7 7 - . 1 6 4

K H P 2 . 8 0 5 1 . 0 0 0 . 6 7 5 . 3 1 3 - . 0 4 6

K H P 3 . 5 4 4 . 6 7 5 1 . 0 0 0 . 5 9 9 . 1 6 6

K H P 4 . 1 7 7 . 3 1 3 . 5 9 9 1 . 0 0 0 . 4 0 6

K H P 5 - . 1 6 4 - . 0 4 6 . 1 6 6 . 4 0 6 1 . 0 0 0

S c a l e M e a n if It e m D e le t e d

S c a l e V a ri a n c e

i f It e m D e l e t e d

C o r r e c te d It e m - T o t a l C o r re l a t i o n

S q u a r e d M u l t i p l e C o r r e l a t i o n

C r o n b a c h 's A l p h a i f It e m

D e l e t e d I n t e r - I t e m C o r r e l a t i o n M a t r i x

I t e m - T o t a l S t a t i s t i c s C a s e P r o c e s s in g S u m m a r y

C a s e s

R e l i a b i l i t y S t a t is t ic s


(2)

Lampiran 5. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas


(3)

2. Uji Heterokedastisitas

a. Grafik Scatterplots


(4)

3. Uji Multikolinieritas

a. Korelasi antara variabel independen

Pengalaman Pemeriksa Pendidikan Berkelanjutan Kecakapan Profesional Pemahaman terhadap SAP Pengalaman Pemeriksa 1.000 .188 -.552 -.328

Pendidikan Berkelanjutan .188 1.000 .150 -.800

Kecakapan Profesional -.552 .150 1.000 -.268

Pemahaman terhadap SAP -.328 -.800 -.268 1.000

Pengalaman Pemeriksa .037 .010 -.019 -.009

Pendidikan Berkelanjutan .010 .083 .008 -.031

Kecakapan Profesional -.019 .008 .032 -.007

Pemahaman terhadap SAP -.009 -.031 -.007 .019

a. Dependen Variable: Kualitas Hasil Pemeriksaan

Coefficient Correlationsa

Model

1 Correlations

Covariances

b. VIF dan Tolerance

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 5.374 3.237 1.660 .109

Pemahaman terhadap SAP .285 .137 .527 2.082 .047 .225 4.446 Kecakapan Profesional .190 .179 .193 1.058 .300 .432 2.317 Pendidikan Berkelanjutan -.213 .288 -.156 -.740 .466 .325 3.076

Pengalaman Pemeriksa .301 .192 .292 1.565 .130 .413 2.421

a. Dependen Variable: Kualitas Hasil Pemeriksaan 1 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics


(5)

Lampiran 6. Hasil Pengujian Hipotesis 1

Regresion

R Square

Change

F Change

df1

df2

Sig. F

Change

.768

.590

.545

1.121

.590

12.956

3

27

.000

1.660

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

Standardized

Coefficients

B

Std. Error

Beta

4.892

3.308

1.479

.151

.355

.133

.657

2.676

.013

.345

.154

.351

2.244

.033

1

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

t

Sig.

Variables Entered Variables Removed Method Pendidikan Berkelanjutan, Kecakapan Profesional, Pemahaman terhadap SAPa . Enter Variables Entered/Removedb Model


(6)

Lampiran 7 Pengujian Hipotesis 2

Uji Nilai Selisih Mutlak

a. Uji Koefisien Determinasi

b. Uji Signifikan Parameter Individual

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 16.911 .419 40.331 .000

Zscore: PSAP .993 .484 .598 2.053 .047

Zscore: KP .214 .335 .129 .638 .530

Zscore: PB -.143 .385 -.086 -.371 .714

Zscore: PP .518 .325 .312 1.592 .125

AbsX1_X4 -.577 .608 -.209 -.949 .352

AbsX2_X4 .408 .542 .112 .753 .459

AbsX3_X4 .649 .437 .305 1.484 .151

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients t Sig.