g. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah organisasi pokok
organisasi. Masalah utamanya yang sering dihadapi organisasi adalah masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal.
h. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan.
Fungsi organisasi atau perusahaan adalah sebagai acuan untuk menyusun perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, menentukan positioning yang akan
dikuasai perusahaan tersebut. i.
Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan
bawahan atau sebaliknya serta antara anggota organisasi. j.
Sebagai penghambat berinovasi. Budaya organisasi dapat juga sebagai penghambat dalam berinovasi. Hal ini
terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi internal.
Menurut Wibowo 2006:350, Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.
Disamping itu budaya organisasi akan meningkatkan kekompakkan tim antar berbagai departemen, divisi atau unit dalam organisasi sehingga mampu menjadi
perekat yang mengikat orang dalam organisasi bersama-sama.
5. Pembagian budaya kerja
Menurut Paramita dalam Ndraha 1999:81, budaya kerja dapat dibagi menjadi :
a. Sikap terhadap pekerjaan
Yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain seperti bersantai atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan
pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.
Sikap terhadap pekerjaan dipengaruhi oleh dua faktor : 1
Pengetahuan dan informasi kerja 2
Kesadaran akan kepentingan b.
Perilaku waktu bekerja Seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti, cermat,
kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesama karyawan atau sebaliknya.
6. Budaya Kuat Vs. Budaya Lemah
Menurut Robbins 1999:78, Meskipun semua organisasi mempunyai budaya, tidak semua budaya mempunyai pengaruh yang sama terhadap karyawan-
karyawan. Organisasi-organisasi dimana nilai-nilai kunci dipegang teguh dan diikuti secara luas mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap karyawan
dibanding budaya-budaya yang lemah. Semakin karyawan menerima nilai-nilai utama organisasi tersebut dan semakin besar keterlibatan mereka dengan nilai-
nilai itu, semakin kuatlah budaya tersebut. Budaya organisasi itu kuat, lemah atau diantaranya tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran organisasi itu, berapa
lama organisasi itu telah berdiri, berapa banyak angka penggantian di antara karyawan dan intensitas asal mula budaya tersebut.
C. Komitmen
1. Pengertian Komitmen
Menurut Sunarto 2005:25, komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan, terdiri dari:
a. Penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan
b. Keinginan untuk tetap berada dalam organisasi
c. Kesediaan untuk bekerja keras atas nama organisasi
Menurut Porter dalam Panggabean 2002:127, komitmen adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi tertentu. Becker
dalam Panggabean 2002:127 menggambarkan komitmen sebagai kecenderungan untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten karena menganggap adanya
biaya pelaksanaan yang lain berhenti bekerja Menurut Meyer Allen dalam Munandar 2004:75, komitmen organisasi
merupakan salah satu bentuk dari komitmen yang lain dan memiliki fokus yang berbeda. Mowdy, Porter Steer dalam Munandar 2004:75, komitmen
organisasi adalah sifat hubungan seorang individu dengan organisasi dengan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi
b. Mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya
c. Mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan organisasinya
Menurut Griffin Bateman dalam Munandar 2004:75, menyebutkan bahwa komitmen organisasi adalah :
a. Dambaan pribadi untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi
b. Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi
c. Kemauan secara sadar untuk mencurahkan usaha demi kepentingan organisasi.
Menurut Meyer Allen dalam Munandar 2004:75 menjelaskan 3 bentuk dari komitmen organisasi, yang keseluruhannya mempunyai implikasi terhadap
kelanjutan partisipasi individu dalam organisasi. Ketiga bentuk tersebut adalah a.
Affective Commitment Menunjukkan suatu kelekatan psikologis terhadap organisasi. Individu
bertahan di organisasi ini karena memang menginginkannya. Komitmen ini berkaitan dengan pengalaman kerja.
b. Normative Commitment
Komitmen ini ditunjukkan dengan perasaan “wajib” untuk tetap bertahan dalam organisasi. Karyawan yang memiliki normative commitment yang
tinggi akan bertahan dalam organisasi karena mereka merasa harus melakukan hal tersebut.
c. Continuance Commitment
Merupakan komitmen organisasi yang rasional. Komitmen ini berkaitan dengan biaya jika ia keluar dari organisasi. Karyawan yang memiliki
continuance commitment tinggi akan bertahan dalam organisasi, karena membutuhkannya. Menurut Stebbin dalam Munandar 2004:75 menyebutkan
bahwa continuance commitment adalah kesadaran akan ketidakmungkinan memilih identitas sosial lain ataupun alternative tingkah laku lain karena
adanya ancaman akan kerugian. Menurut Becker dalam Munandar 2004:75 menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi continuance
commitment yaitu self investment, general training, dukungan sosial dan kesempatan.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN