GELOMBANG BUNYI menjauh, maka frekuensi terdengar lebih

B. GELOMBANG BUNYI menjauh, maka frekuensi terdengar lebih

n Jenis bunyi berdasarkan frekuensinya

rendah ( f p < f s ) .

1. Infrasonik; frekuensi < 20 Hz, dapat didengar – Jika sumber bunyi dan pendengar relatif diam, oleh jangkrik dan anjing.

f p = f s . Hz, dapat didengar oleh manusia.

maka freku-ensi terdengar sama ( )

2. Audiosonik; frekuensi antara 20 Hz-20.000

3. Ultrasonik; frekuensi > 20.000 Hz, dapat

´ f s didengar oleh lumba-lumba dan kelelawar.

v ± v s Bunyi dengan frekuensi teratur disebut nada,

v (+): pendengar mendekat sumber bunyi. tinggi rendahnya nada ditentukan oleh frekuensi

v s (+): sumber bunyi menjauh pendengar. bunyi.

n Cepat Rambat Bunyi

n Energi Bunyi dan Daya

– Cepat rambat bunyi dalam gas.

Energi Gelombang:

Berdasarkan Hukum Laplace: v = g

RT

E = mA w = 2 p mfA . .

R = konstanta gas umum = 8,31 x 10 3 J mol –1 K –1

T = suhu mutlak M = berat molekul (kg mol –1 )

Daya: E

= konstanta Laplace, bergantung jenis gas

– Cepat rambat bunyi dalam zat cair: B

n Intensitas Bunyi (Daya tiap satu-satuan luas)

E r = massa jenis zat cair, (kg m -3 )

B = modulus Bulk, (N m -2 )

A At . – Cepat rambat bunyi dalam zat padat:

EP v =

Untuk luasan bola: I =

ρ 2 4 p r E = modulus Young zat padat, (N m -2 )

Taraf intensitas bunyi adalah tingkat/derajat r = masa jenis zat padat, (kg m -3 )

kebisingan bunyi. Batas kebisingan bagi telinga manusia: 10 -12 watt.m -2 sampai 1 watt.m -2 .

Taraf Intensitas Bunyi diberikan:

n Kuat Medan Listrik dan Kuat Medan Magnetik

I Persamaan medan listrik dan magnetik masing- TI = 10log

(desi Bell atau dB)

I 0 masing:

Perbedaan taraf intensitas bunyi terjadi karena

E = E maks cos( kx - w t ) perbedaan jarak.

B = B maks cos( kx - w t ) Sumber bunyi

I 2 Maka akan diperoleh hubungan:

TI 2 = TI 1 + 10log

makin jauh TI

TI n = TI 1 + 10log n

semakin kecil E maks = amplitudo medan listrik , (N/C) TI 2

B maks = amplitudo medan magnetik, (Wb/m 2 ) C = laju gelombang elektromagnetik dalam vakum

Taraf intensitas bunyi n kali sumber Þ makin banyak makin besar.

n Intensitas (laju energi tiap luasan) Gelombang

TI 1 : taraf intensitas 1 sumber bunyi

Elektromagnetik

TI n : taraf intensitas n kali sumber bunyi Intensitas gelombang elektromagnetik (laju energi per m 2 ) disebut juga Poynting (lambang S), yang

C. GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

nilai rata-ratanya:

Kecepatan rambat gelombang elektromagnetik dalam

E m cB . 2 vakum memenuhi hubungan:

n Rapat Energi Rata-rata

m o = permeabilitas vakum (4 p x 10 -7 Wb/A.m) S

e = permitivitas vakum (8,85 x 10 -12 C 2 /N.m o 2 )

n Sifat-sifat Gelombang Elektromagnetik

c = laju GEM dalam vakum Berdasarkan hasil percobaan H.R.Hertz, gelom- bang elektromagnetik memiliki sifat-sifat sebagai

D. OPTIK FISIS

berikut. – Merupakan gelombang transversal.

n Warna Cahaya

– Dapat merambat dalam ruang hampa. – Cahaya polikromatik: cahaya yang dapat – Dapat mengalami refleksi, refraksi, difraksi.

terurai menjadi beberapa macam warna. – Dapat mengalami interferensi.

– Cahaya monokromatik: hanya terdiri dari satu – Dapat mengalami polarisasi.

warna.

– Tidak dibelokkan oleh medan listrik maupun – 1 warna: memiliki satu kisaran panjang magnet.

gelombang.

n Spektrum Gelombang Elektromagnetik

n Dispersi Sinar Putih

Urutan spektrum gelombang elektromagnetik – Dispersi adalah penguraian cahaya menjadi mulai dari frekuensi terkecil ke frekuensi terbesar:

komponen-komponen warna dasarnya. – Sinar putih dapat terurai menjadi beberapa

a gelombang radio warna. Penguraian sinar putih dapat

a gelombang televisi

merah

menggunakan prisma. Dari percobaan

– frekuensi

a gelombang radar

didapat deviasi minimum berurutan dari kecil

jingga

membesar

a sinar inframerah

ke besar: merah - jingga - kuning - hijau - biru

kuning

– panjang

- nila - ungu.

a cahaya tampak

– Sudut dispersi ( j) adalah beda sudut deviasi

a sinar ultraviolet

biru

minimum ungu dengan sudut deviasi

a sinar X

nila ungu

minimum merah.

a sinar gamma

Untuk sudut yang relatif kecil maka berlaku

n u = indeks bias sinar ungu

n Difraksi pada Kisi (Celah Banyak)

n m = indeks bias sinar merah b = sudut prisma

Jika N menyatakan banyaknya garis (celah) per D u = deviasi minimum ungu

satuan panjang dan d adalah jarak antar kisi,

D m = deviasi minimum merah maka:

n Percobaan Interferensi Thomas Young

Dengan membangkitkan sumber sinar koheren N dengan meng-gunakan celah ganda. Hasil

– Interferensi maksimum (terang) terjadi: perpaduan (interferensi) berkas sinar adalah pola

d sin q = m . garis gelap terang pada layar.

m = 0, 1, 2, ... – Interferensi minimum terjadi jika: æ

d sin q = ç ç m -÷ ö÷ l çè

terang pusat

m = 1, 2, 3, ... Untuk sudut yang relatif kecil maka berlaku pendekatan:

– Interferensi maksimum (terang) terjadi:

sin q @ n = tan q – Interferensi minimum (gelap) terjadi:

d sin q = m . l

d sin q = ç ç m -÷ ö÷ l

1 n Jarak Terang/Gelap Berurutan

l m = 1, 2, 3, ....

D=´ L

dengan:

n Perhitungan Difraksi pada Daya Urai Suatu Lensa

d : jarak antar celah q : sudut antara terang pusat dengan terang ke-n λ : panjang gelombang cahaya

Untuk sudut yang relatif kecil maka berlaku pendekatan:

q m = sudut pemisah (sudut resolusi minimum)

y sin q @ n = tan q Agar dua benda titik masih dapat dipisahkan

secara tepat berlaku:

y n = jarak antara terang pusat dengan terang ke- n l

1,22 L = jarak antara celah dan layar

sin

q= m

n Difraksi Celah Tunggal

sangat kecil, maka berlaku Difraksi celah tunggal terjadi jika cahaya dirintangi

Karena sudut q m

oleh celah yang sempit. d sin q

, sehingga persamaan – Interferensi maksimum terjadi jika:

l . L q m . L = d m = 1,22

D – Interferensi minimum terjadi jika:

m = 1, 2, 3, ...

d sin q = m . l

m = 1, 2, 3, ... dengan d = lebar celah.

n Interferensi pada Lapisan Tipis

– 2 Interferensi maksimum: i p =

n 1 = indeks bias medium 1 n 2 = indeks bias medium 2

Interferensi minimum:

n Polarisasi Karena Pembiasan Ganda

2 nd cos r = m l

Polarisasi yang terjadi jika sinar dilewatkan pada

m = 0, 1, 2, ...

sebuah bahan yang an-isotropik (arah perjalanan

n = indeks bias lapisan

cahaya di setiap titik di dalam bahan tersebut

tipis

tidak sama).

n Cincin Newton

– Interferensi maksimum (lingkaran terang) terjadi jika

2 1 nr . t = ( m - ). . l R

2 n Polarisasi Karena Penyerapan Selektif

m = 1, 2, 3, ... – Proses ini menggunakan dua lensa, pola- r t = jari-jari lingkaran terang ke-m risator, dan analisator. n = indeks bias medium

– Mula-mula cahaya dilewatkan polarisator – Interferensi minimum (lingkaran gelap)

sehingga terpolarisasi. Untuk melihat bahwa terjadi jika:

cahaya tersebut terpolarisasi maka digunakan

nr 2 .

g = m .. l R

keping yang sama sebagai analisator. Dengan memutar analisator pada sumbu antara kedua

m = 0, 1, 2, 3, .... keping dapat teramati penurunan intensitas r g = jari-jari lingkaran gelap ke-m karena telah terjadi penyerapan.

n = indeks bias medium

E. POLARISASI CAHAYA

I = I 0 cos 2 q

2 – Polarisasi adalah proses penyerapan sebagian

I= intensitas cahaya setelah arah getar gelombang transversal.

melalui analisator – Akibat polarisasi, cahaya merambat dengan arah

I 0 = intensitas cahaya setelah getar tertentu saja, sedang arah getar lain terserap melalui polarisator q= sudut antara analisator dan

atau terkurangi. polarisator

n Polarisasi Karena Pemantulan n Polarisasi Karena Hamburan

Polarisasi juga dapat terjadi ketika cahaya tak terpolarisasi dilewatkan pada bahan, kemudian cahaya tersebut dihamburkan.

Sudut sinar datang yang menyebabkan cahaya

terpolarisasi seperti pada gambar adalah 57 °. – a dan c: cahaya terpolarisasi sebagian

n Polarisasi Karena Pembiasan dan Pemantulan

– b: cahaya terpolarisasi seluruhnya

– Polarisasi dapat terjadi antara sudut sinar bias

Contoh: cahaya matahari dihamburkan oleh dan sinar pantul siku-siku = 90 °.

molekul-molekul di atmosfer, hingga langit – Sudut datang yang menjadi sinar ini

terlihat biru, karena cahaya biru paling banyak terpolarisasi disebut sudut Brewster (i ).

dihamburkan.

Dokumen yang terkait

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KECIL-KECIL PUNYA KARYA (KKPK) SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DI SMP

1 60 18

PENGAJARAN MATERI FISIKA DASAR UNTUK MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

9 106 43

RANGKUMAN MATERI PEMBELAJARAN INEZ

2 50 4

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

DAMPAK PERBEDAAN URAIAN MATERI YANG DISAMPAIKAN GURU DENGAN MATERI SOAL DALAM LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA KELAS VII DI MTs AL-MUHAJIRIN

2 70 88

THE DEVELOPMENT OF THE INTERACTIVIE LEARNING MEDIA OF UNIFROMLY ACCELERATED MOTION (GLBB) IN CLASS X BASED-GENERIC SCIENCE SKILLS USING FLASH ANIMATION OF SENIOR HIGH SCHOOL IN WEST LAMPUNG REGENCY PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATERI GERAK L

0 35 131

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

3 23 53