viii Buku Profil Pertanahan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 – Kementerian PPN Bappenas
5. Redistribusi Tanah
Redistribusi tanah
land reform
merupakan salah satu bagian dari
agrarian reform
, atau yang sering disebut dengan
reforma agraria
. Program
land reform
melalui redistribusi tanah melakukan koreksi agar sebagian besar penduduk dapat hidup di
tanah yang luasannya layak secara ekonomi, sosial, dan budaya.
6. PRONA
Sumber: bpn.go.id
Nama kegiatan legalisasi asset yang umum dikenal dengan PRONA, adalah singkatan dari Proyek Operasi Nasional Agraria. PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan
legalisasi asset dan pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudikasi, pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertipikattanda
bukti hak atas tanah dan diselenggarakan secara massal. PRONA dimulai sejak tahun 1981 berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang
Proyek Operasi Nasional Agraria. Berdasarkan keputusan tersebut, Penyelenggara PRONA bertugas memproses pensertipikatan tanah secara masal sebagai perwujudan
daripada program Catur Tertib di Bidang Pertanahan.
7. LINTOR
Sumber: bpn.go.id
LINTOR Pemberdayaan Masyarakat Lintas Sektor merupakan kegiatan legalisasi asset yang awalnya inisiatif dan dana kegiatan berasal dari sektor terkait, seperti
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun karena portofolio sertipikasi hak atas
tanah adalah domainnya Kementerian Agraria dan Tata RuangBPN, maka kegiatan sertipikasi hak atas tanah tersebut harus diletakkan di DIPA BPN. LINTOR dimaknai
dengan istilah lintas sektor karena kegiatan ini tidak diselenggarakan oleh satu instansi saja Kementerian Agraria dan Tata RuangBPN, tetapi merupakan kegiatan bersama
dengan sektorkementerianlembaga lain.
8. Jenis Kasus Pertanahan
a. Kasus Pertanahan adalah sengketa, konflik atau perkara pertanahan yang disampaikan kepada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk
mendapatkan penangganan penyelesaian sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan danatau kebijakan pertanahan nasional
b. Sengketa pertanahan yang selanjutnya disingkat Sengketa adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak
berdampak luas secara sosio-politis. c. Konflik pertanahan yang selanjutnya disingkat Konflik adalah perselisihan
pertanahan antara orang perseorangan, Kelompok, golongan, Organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak
luas secara sosio-politis.
9. Tipologi Kasus Pertanahan