BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Sumber Daya Manusia SDM
Sumber Daya Manusia SDM mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini, Sumber Daya Manusia SDM
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang atau jasa Sumarsono, 2003:4. Karyawan sebagai sumber daya manusia
merupakan kunci keberhasilan organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan mendorong organisasi ke arah pencapaian tujuan. Tetapi, dalam pengelolaan sumber daya
manusia terdapat berberapa masalah seperti : 1.
Mempekerjakan karyawan yang tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan 2.
Mengalami perputaran karyawan labor turnover yang tinggi 3.
Karyawan tidak bekerja dengan kontribusi yang terbaik 4.
Diskriminasi karyawan 5.
Kondisi lingkungan kerja yang tidak aman melanggar undang-undang keselamatan kerja
6. Ketidak-adilan dalam pemberian gaji, promosi, dan praktik tenaga kerja
7. Kurangnya pelatihan dan pengembangan karyawan Sofyandi, 2008:2.
Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Sebaliknya, sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan
inefisiensi dalam berbagai bentuknya. Karena itu, memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan
dalam keseluruhan upaya meningkatkan produktivitas kerja Siagian, 2002:2.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Keselamatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan aspek penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, dan produktivitas kerja. Untuk itu, adalah kewajiban dari
perusahaan untuk meningkatkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3. Kewajiban perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi pekerja
2. Mematuhi semua standar dan syarat kerja
3. Mencatat semua peristiwa kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan Keselamatan Kerja
Hariandja, 2002:121.
Menurut
Daryanto 2002:21, Keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha manusia untuk melindungi hidupnya dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap
terjadinya kecelakaan kerja ketika sedang bekerja. Sedangkan menurut Leon C. Megginson
dalam Yuli 2005:211, Keselamatan kerja diartikan sebagai kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Tujuan dan pentingnya keselamatan Kerja adalah jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakan-kecelakaan kerja, dan hal-hal yang berkaitan dengan stres
serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan akan
semakin efektif. Peningkatan-peningkatan terhadap hal ini akan menghasilkan:
1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunya pengajuan klaim. 5.
Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan.
Universitas Sumatera Utara
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan Yuli,
2005:214. Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor manusia
Manusia memiliki keterbatasan, dalam arti bisa lelah, lalai, atau melakukan kesalahan yang di sebabkan persoalan pribadi atau keterampilan yang kurang dalam
melakukan pekerjaan. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan melakukan pelatihan, membuat pedoman pelaksanaan kerja secara tertulis, meningkatkan disiplin, melakukan pengawasan
oleh atasan langsung, dan memberikan reward bagi yang mengikuti prosedur dengan benar. 2.
Faktor peralatan kerja Peralatan kerja atau pelindung bisa rusak atau tidak memadai. Untuk itu perusahaan
senantiasa memperhatikan kelayakan setiap peralatan yang dipakai dan melatih para pegawai untuk memahami karakteristik setiap peralatan dan mekanisme kerja peralatan tersebut.
3. Faktor lingkungan kerja
Lingkungan kerja bisa menjadi tempat yang tidak aman, penerangan dan ventilasinya tidak memadai, iklim psikologis diantara pekerja kurang baik. Jadi, perusahaan harus
membangun teamwork yang baik melalui bermacam program Hariandja, 2002:315. Menurut Ervianto 2005:196 bahwa elemen-elemen yang patut dipertimbangkan
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah sebagai berikut :
1. Komitmen pimpinan perusahaan untuk mengembangkan program yang mudah
dilaksanakan 2.
Kebijakan pimpinan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 3.
Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3
Universitas Sumatera Utara
4. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung
5. Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung
6. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan
7. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja
8. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja
9. Mengukur kinerja program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
10. Pendokumentasian yang memadai dan pencatatan kecelakaan kerja secara kontinue.
Klasifikasi Kecelakaan Kerja : 1.
Menurut jenis kecelakaan yaitu jatuh, tertimpa benda jatuh, tertumbuk, terjepit, gerakan berlebihan, pengaruh suhu tinggi, terkena aliran listrik, kontak dengan bahan
berbahayaradiasi. 2.
Menurut penyebab yaitu mesin, alat angkut dan alat angkat, peralatan lain, bahan-bahan, zat-zat, radiasi, dan lingkungan kerja.
3. Menurut sifat luka yaitu patah tulang, keseleo, memar, amputasi, luka bakar, dan mati
lemas. 4.
Menurut letak di tubuh tubuh seperti kepala dan leher Anizar, 2009:4. Menurut Daryanto 2004:21, akibat dari kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:
1. Kerugian bagi instansi:
a. Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit
b. Biaya pengobatan, penguburan jika korban meninggal dunia
c. Hilangnya waktu kerja sikorban
d. Mencari pengganti atau melatih tenaga kerja baru
e. Mengganti atau memperbaiki mesin yang rusak
Universitas Sumatera Utara
2. Kerugian bagi korban
Kerugian yang fatal adalah jika kecelakaan mengakibatkan cacat atau meninggal dunia, ini berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga.
3. Kerugian bagi masyarakat dan negara
Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi yang mengakibatkan dinaikkanya harga produksi perusahaan.
Menurut Ervianto 2005:198, usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja adalah : 1.
Mengidentifikasikan setiap jenis pekerjaan yang berisiko dan mengelompokkannya sesuai tingkat risikonya
1. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya
2. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan
3. Menyediakan alat perlindungan selama durasi proyek
4. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi.
Pada waktu pelaksanaan pembangunan, pekerja selayaknya tidak diizinkan untuk beraktivitas bila terjadi hal-hal berikut :
1. Tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
2. Tidak menggunakan peralatan pelindung diri selama bekerja
3. Pekerja menggunakan peralatan yang tidak aman.
Penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada bidang konstruksi diperlukan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
1. Pendekatan perilaku mengarah pada peranan masing-masing peserta program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 yaitu manajer puncak, pengawas dan manajer proyek, mandor dan pekerja dalam menciptakan kondisi kerja yang aman.
2. Pendekatan fisik dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 dapat dilakukan
dengan cara pendidikan dan latihan mengenai metode dan prosedur yang benar, perhatian
Universitas Sumatera Utara
atas perawatanpemanfaatan peralatan yang dapat membahayakan Keselamatan Kerja, pemakaian pelindung yang telah ditetapkan.
Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan atau bahaya kerja yaitu :
1. Pakaian kerja digunakan untuk melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh
yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan 2.
Sepatu kerja yaitu perlindungan terhadap kaki agar tidak terkena benda-benda tajam, kotoran, dan agar tidak terluka jika tertimpa
3. Kacamata kerja yaitu pengaman yang digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu,
batu, dan serpihan besi. 4.
Penutup telinga digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup besar dan bising.
5. Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam
selam menjalankan kegiantannya. 6.
Helm digunakan sebagai pelindung kepala dari bahaya peralatan yang jatuh, debu dan panas matahari.
7. Masker yaitu perlindungan bagi pernapasan.
8. Jas hujan yaitu perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat
bekerja. 9.
Sabuk pengaman tali pengaman digunakan untuk menghindari kecelakaan kerja terutama pada bangunan yang tinggi.
10. Tangga merupakan alat untuk memanjat untuk mencapai ketinggian
2.1.3
Kesehatan Kerja
Menurut Yuli 2005:211, kesehatan kerja menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Mathis dan Jakson 2002:245 bahwa individu yang sehat adalah yang bebas dari penyakit, cidera serta masalah mental dan emosi yang bisa menggangu aktivitas manusia normal.
Praktik manajemen kesehatan di perusahaan bertujuan untuk memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh.
Menurut Flippo dalam Panggabean 2004:113, Kesehatan Kerja dibedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
a. Physical Health, berupa :
1 Pemeriksaan jasmani pra-penempatan
2 Pemeriksaan jasmani secara berkala dan sukarela untuk semua personalia
3 Klinik medis yang mempunyai staf dan perlengkapan yang baik
4 Perhatian yang sistematik dan preventif yang dicurahkan pada tekanan dan
ketegangan industri b.
Mental Health, yang antara lain berupa : 1
Tersedianya penyuluhan dan psikiater 2
Pendidikan personalia perusahaan sehubungan dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental
3 Pengembangan dan pemeliharaan program hubungan kemanusiaan yang
tepat. Tujuan program Keselamatan dan Kesehatan kerja akan tercapai , jika ada unsur-unsur
yang mendukung, yaitu : 1.
Adanya dukungan dari manajemen puncak 2.
Ditunjuknya direktur Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 3.
Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman 4.
Diberikannya pendidikan bagi seluruh karyawan untuk bertindak aman 5.
Terpeliharanya catatan-catatan tentang kecelakaan
Universitas Sumatera Utara
6. Menganalisis penyebab kecelakaan
7. Kontes keselamatan, dan
8. Melaksanakan peraturan.
2.1.4
Produktivitas Kerja Karyawan
Produktivitas muncul pertama kali pada tahun 1966 dalam suatu masalah yang disusun oleh Sarjana Ekonomi Perancis yang bernama “Quesnay”, tetapi menurut Walter Aigner
dalam karyanya “Motivation and Awareness”, filosofi dan spirit tentang produktivitas, sudah ada sejak mulai peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan the will
serta upaya effort manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan di segala bidang Sumarsono, 2003:40.
Menurut Ervianto 2005: 215, produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dengan input, atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan.
Dalam proyek konstruksi, rasio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, uang, metoda dan alat.
Sumber daya yang digunakan selama proses konstruksi adalah material, machines, men, method, money. Sedangkan menurut Sulistiyani 2009:247, produktivitas kerja karyawan
menyangkut masalah akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh di dalam proses produksi. Produktivitas tidak terlepas dari efisiensi dan efektivitas dimana efisiensi diukur
dengan rasio output dan input. Dengan kata lain, pengukuran efisiensi memerlukan identifikasi dari hasil kinerja.
Menurut Ervianto 2005:218, faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah faktor manusia dimana manusia memberikan kontribusi terbesar. Proyek konstruksi membutuhkan
pekerja untuk bekerja di lapangan terbuka dalam cuaca dan kondisi apa pun. Untuk mendapatkan tingkat produktivitas dan meminimalkan segala risiko yang terjadi serta
Universitas Sumatera Utara
mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3, para pimpinan harus memahami kemampuan dan keterbatasan yang diakibatkan oleh kondisi lokasi proyek.
Program produktivitas dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mencakup empat tahapan. Model lingkaran produktivitas adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Model lingkaran produktivitas Sumber : Ervianto 2005:220
Program produktivitas dimulai dari pengukuran produktivitas yang terjadi di lokasi proyek. Dari pengukuran, dilakukan evaluasi dengan cara membandingkan apa yang terjadi
dengan apa yang seharusnya terjadi. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk merencanakan tingkat produktivitas yang akan dicapai, tentunya mengarah pada perbaikan atas apa yang
telah terjadi. Menurut Kaming dalam Ervianto 2005:220, terdapat empat faktor yang
mempengaruhi produktivitas yaitu : 1.
Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor disain rekayasa, metoda konstruksi, urutan kerja, dan pengukuran kerja.
2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan,
komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja.
3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor keselamatan kerja, lingkungan fisik, kwalitas
pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi. Pengukuran
produktivitas
Evaluasi produktivitas
Perbaikan produktivitas
Perencanaan produktivitas
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor manusia, yaitu tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian
keuntungan, dan hubungan kerja mandor-pekerja. Produktivitas dalam proyek konstruksi menggunakan pendekatan yang digunakan untuk
mempelajari produktivitas pekerja adalah : 1.
Work study yaitu teknik manajemen yang bertujuan meningkatkan produktivitas dengan cara menyempurnakan penggunaan sumber daya.
2. Method study yaitu memberikan informasi yang cukup sebagai dasar pengambilan
keputusan tentang metoda yang digunakan. 3.
Work measurement yaitu metode kerja yang untuk dipilih digunakan dalam melaksanan proyek konstruksi harus diyakinkan mengenai manfaat dan efisiensinya. Evaluasi manfaat
ditinjau dari aspek waktu yaitu kendala proyek konstruksi selain kendala mutu dan biaya. Ketepatan dan kecepatan dalam melaksanakan pekerjaan harus selalu dievaluasi. Metode
yang digunakan mendapatkan waktu kerja adalah menggunakan time study Ervianto, 2005:221.
2.2 Penelitian Terdahulu