Mean=7,4 SD=1,2
Mean= 5,5 SD=0,7
Mean=3,3 SD=0,8
2 Pembahasan
Penelitian ini membahas nilai dari intensitas dan perilaku nyeri dan juga memeriksa hubungan antara intensitas dan perilaku nyeri dari pada pasien
yang memiliki nyeri pasca bedah ORIF. 34 pasien didapatkan dengan cara purposive sampling di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
2.1 Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca Bedah ORIF di Rindu
B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan
Intensitas nyeri di dalam penelitian ini telah dipaparkan sebagai nyeri sebar. Hasil penelitian pada hari ke-2 setelah pembedahan menunjukkan intensitas
nyeri kategori berat dengan jumlah responden yang tinggi yaitu sebanyak 33 orang 97,1, dan yang memiliki intensitas nyeri kategori sedang sebanyak 1
orang 2,9. Kemudian pada hari ke-3 didapatkan lebih dari separuh jumlah responden 64,7 yang memiliki intensitas nyeri kategori sedang, dan 2 orang
memiliki intensitas nyeri kategori ringan. Sedangkan pada hari ke-4 setelah pembedahan intensitas nyeri berat hanya dengan 1 orang dari jumlah responden
2,9, n=34, dengan jumlah responden yang paling tinggi ada pada intensitas nyeri kategori ringan yaitu hamper tigaperempat dari jumlah responden 64,7.
Pengukuran intensitas nyeri pasien pasca bedah ORIF menggunakan skala nyeri numerikskala pengukuran nyeri PNRS. Hasil pengukuran diatas
sesuai dengan yang dijelaskan Brunner Suddart 2002 bahwa sasaran
Universitas Sumatera Utara
kebanyakan pembedahan ortopedi adalah memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas, mengurangi nyeri, dan stabilitas.
Walaupun pada dasarnya setelah pembedahan otopedi nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot merupakan penyebab nyeri yang dirasakan.
Beberapa pasien mengatakan bahwa nyerinya lebih ringan dibandingkan sebelumnya pembedahan, dan hanya memerlukan jumlah analgetik yang sedikit
saja.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai dari intensitas nyeri individu yang yang dipengaruhi oleh lokasi pemberian ORIF, atau tidak
komplikasi bedah ORIF yang ada, obat anti nyeri yang telah digunakan Tabel 1. Temuan riset telah mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana
faktor-faktor persepsi, pembelajaran, kepribadian, etnik dan budaya dan lingkungan dapat mempengaruhi kualitas nyeri. Tingkat dan keparahan nyeri
pascaoperatif tergantung pada anggapan fisiologi dan psikologi individu, toleransi yang ditimbulkan untuk nyeri, letak insisi, prosedur, kedalaman trauma bedah,
jenis agens anastesia dan bagaimana agens tersebut diberikan Sjamsuhidajat, 2001. Pada penelitian ini ditemukan nyeri berat dengan jumlah persentase yang
paling tinggi hamper seperdua responden mengalaminya 44,1, khususnya bagi responden yang melakukan tindakan bedah ORIF pada ekstremitas bawah
73,5.
Berdasarkan usia, penelitian ini tidak menemukan signifikan yang berbeda diantara usia anak, remaja, dewasa sampai dengan lansia.. Hal ini
disebabkan oleh karena pada penelitian ini hanya ditemukan 1 dari rentang usia
Universitas Sumatera Utara
yang dominan yaitu pada rentang usia dewasa. Artinya peneliti hanya menemukan 1 rentang usia yaitu dewasa. Selain itu juga disebabkan karena jumlah sampel
yang kecil, yaitu sebanyak 34 responden, yang dapat mewakili analisis data.
Dan jika intensitas nyeri pada pasien pasca bedah ORIF di Rindu B3 jika didasarkan pada jumlah hari rawatan menunjukkan semakin panjang hari
setelah pembedahan semakin menurun intensitas nyeri yang dilaporkan responden. Pengukuran intensitas nyeri ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut
yang penyajiannya dalam bentuk general. Adapun responden yang memiliki intensitas nyeri pada hari ke-2 setelah pembedahan menunjukkan intensitas nyeri
kategori berat dengan jumlah responden yang tinggi yaitu sebanyak 33 orang, dan yang memiliki intensitas nyeri kategori sedang sebanyak 1 orang M=7,9,
SD=0,9. Kemudian pada hari ke-3 didapatkan lebih dari setengah jumlah responden yang memiliki intensitas nyeri kategori sedang, dan 2 orang memiliki
intensitas nyeri kategori ringan M=5,9, SD=1,3. Sedangkan pada hari ke-4 setelah pembedahan intensitas nyeri berat hanya dengan 1 orang dari jumlah
responden, dengan jumlah responden yang paling tinggi ada pada intensitas nyeri kategori ringan yaitu hampir tigaperempat dari jumlah responden M=4, SD=1,4.
Hasil ini didapatkan dari data subjektif yang ditunjukkan oleh pasien pada skala PNRS yang diberikan oleh peneliti.
Hal tersebut diatas sesuai dengan penelitian sebelumnya dalam Brunner Sudart, 2001 yaitu beberapa pasien mengatakan bahwa nyeri hebat
dirasakan setelah pembedahan, dan akan hilang setelah hari ke tiga atau empat pasca pembedahan. Tingkat dan respon nyeri pasien pasca bedah perlu dipantau
Universitas Sumatera Utara
ketat, agar penambahan intensitas dan komplikasi nyeri tidak terjadi. Nyeri yang terus bertambah dan tak terkontrol perlu dilaporkan ke dokter bedah untuk
dievaluasi.
2.2 Perilaku Nyeri pada Pasien Pasca Bedah ORIF di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan