Nyeri Psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikogenik. Gangguan ini lebih mengarah ke gangguan psikogenik dari pada gangguan organ.
Klien yang menderita “benar-benar” mengalaminya. Nyeri ini umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenik seperti cemas dan takut timbul pada klien Tamsuri,
2007.
Nyeri psikogenik adalah tanpa diketahui adanya temuan pada fisik yaitu timbul dari pikiran pasien. Perasaan yang ditanggapi oleh seorang sebagai
“nyeri” dan bisa segawat nyeri yang bersumber dari stimulus fisik. Nyeri psikologis yang murni tidak ada tanda-anda fisiologis dan sangat jarang.
Seringkali nyeri psikologis adalah nyeri yang muncul dari landasan psikologis dan bukan fisiologis. Pada beberapa keadaan disebut nyeri psikogenik dan baru
diketahui itu baru mempunyai landasan fisik dan tidak diketahui sebelumnya Barbara, 1996.
1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Respon Nyeri
Dalam bukunya, harry dan potter menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri terdiri atas:
1.5.1 Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di
antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
Universitas Sumatera Utara
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan PotterPerry, 2005.
1.5.2 Jenis kelamin
Gill 1990 mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya dan
faktor biokimia. Dari data diatas penulis menyimpulkan tidak pantas jika laki-laki mengeluh nyeri sedangkan wanita boleh mengeluh nyeri PotterPerry,2005.
1.5.3 Kebudayaan
Gureje, Korff, Simon, Gater, 1996, menyatakan bahwa, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu menyatakan atau
mengekspresikan nyeri. Selain itu, latar belakang budaya dan sosial mempengaruhi pengalaman dan penanganan nyeri Brannon Feist, 2007.
Budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespons terhadap nyeri, bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang berperilaku dalam
berespons terhadap nyeri. Namun budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri ZatzickDimsdale, 1990 dalam BrunnerSudart, 2003.
Harapan budaya tentang nyeri yang individu pelajari sepanjang hidupnya jarang dipengaruhi oleh pemajanan terhadap nilai-nilai yang berlawanan
dengan budaya lainnya. Akibatnya, individu yakin bahwa persepsi dan reaksi mereka terhadap nyeri adalah normal dapat diterima. Akibatnya individu yakin
Universitas Sumatera Utara
bahwa persepsi dan reaksi mereka terhadap nyeri adalah normal dapat diterima. Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari
budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan seperti meringis, dan menangis berlebihan
BrunnerSudart, 2003.
1.5.4 Makna nyeri