73 programnya, sudah sesuai dengan tujuan apa belum, bagaimana tindak
lanjutnya, biasanya seperti itu mbak.” AD, 139
Evaluasi pelaksanaan program kursus tata rias pengantin juga disampaikan oleh “BS” selaku nara sumber bahwa:
“Jadi evaluasi yang saya lakukan itu saat proses pembelajaran, dilihat bagaimana antusias peserta, keaktifan peserta, itu untuk mengetahui atau
mengukur kemampuan peserta itu sendiri. Untuk evaluasi keseluruhan pas ujian lokal dan uji kompetensi.” AD, 139
Pernyataan tersebut diperkuat oleh beberapa peserta didik program kursus, “ST” menyatakan bahwa:
“Iya evaluasi ada mbak, biasanya ditanya udah paham belum, pas praktik juga biasanya diniali.” AD, 139
Senada dengan ST, “MT” selaku peserta program kursus tata rias pengantin menyatakan:
“Dinilai mbak, setelah dikasih materi ditanya-tanya, ada ujian juga mbak, tertulis sama praktik mbak...” AD, 139
Demikian pula, “EH” selaku peserta didik program kursus tata rias mengatakan:
“...ditanya-tanya mbak, paham apa belum, hasil praktik juga dinilai, kurang apa, sudah baik apa belum, kita juga ada ujiannya mbak.” AD,
139
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses evaluasi pelaksanaan program kursus tata rias pengantin ada 2 jenis, yaitu evaluasi
proses pembelajaran dan juga evaluasi di akhir pelaksanaan program. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan dengan cara menilai bagaimana antusias, keaktifan
serta pemahaman peserta. Evaluasi pada akhir pelaksanaan program dilakukan dengan cara memberi ujian, tertulis maupun praktik.
74
g. Pengembangan Program Kursus Tata Rias SKB Bantul
Pengembangan yang dimaksud adalah perluasan dan peningkatan kegiatan yang telah danatau sedang dilakukan. Pengembangan pada dasarnya merupakan
pelaksanaan kembali recycling program melalui fungsi-fungsi manajemen. Pengembangan program kursus tata rias SKB Bantul dilakuakan dengan cara
melihat dari hasil evaluasi program, bagaimana pelaksanaan programnya seperti bagaimana antusias peserta mengikuti program, apa saja faktor penghambat
program, dari situ dapat ditentukan untuk perbaikan program dimasa yang akan datang. Secara lebih rinci, “SZ” selaku ketua penyelenggara program kursus tata
rias pengantin menjelaskan pengembangan dari program tersebut, yaitu: “Kita lihat dari hasil evaluasi programnya mbak, seperti bagaimana
program berjalan, antusias tidak warga belajarnya, ada tidak faktor penghambatnya, nah dari situ baru bisa menentukan perbaikan program
selanjutnya. Biasanya tergantung pada minat calon peserta yang ingin mengikuti program, jika peminatnya banyak, maka program diadakan lagi,
tapi sampai sekarang alhamdulillah program masih terus berjalan mbak.” AD, 139-140
Pernyataan tersebut diperkuat oleh “BS” selaku nara sumber program kursus tata rias pengantin yang mengatakan bahwa:
“Perbaikan program selajutnya ya ini mbak, dilihat dulu dari hasil evaluasi program, setelah itu baru bisa melakukan perbaikan. Biasanya kalau
misalnya faktor penghambat program itu alat rias, ya kita cari solusinya gimana supaya dipelaksanaan program selanjutnya bisa terpenuhi,
peminatnya banyak, program berjalan terus mbak...” AD, 140
Dari beberapa pernyataan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan program kursus tata rias terkait dengan perbaikan program dimasa yang akan
datang yaitu dilihat dari hasil evaluasi program. Program berlanjut tergantung pada peminatpeserta yang akan mengikuti program.