EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING DI KELOMPOK BERMAIN (KB) PRIMA SANGGAR, SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) BANTUL.

(1)

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAMPARENTINGDI KELOMPOK BERMAIN (KB) PRIMA SANGGAR, SANGGAR

KEGIATAN BELAJAR (SKB) BANTUL

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh : Endah Dwi Pratiwi NIM 12102241013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAMPARENTINGDI KELOMPOK BERMAIN (KB) PRIMA SANGGAR, SANGGAR

KEGIATAN BELAJAR (SKB) BANTUL Oleh :

Endah Dwi Pratiwi NIM. 12102241013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi : 1) Konteks (Context) : Kesesuaian program dengan kebutuhan peserta program; Tujuan Program. 2) Masukan (Input): Karakteristik peserta program; Karakteristik narasumber; Pendanaan; Sarana dan prasarana. 3) Proses (Process): Aktivitas peserta program; Aktivitas narsumber; Metode pembelajaran; Partisipasi peserta program; serta Materi program. 4) Produk (Product): Ketercapaian tujuan program; Hasil belajar; Dampak program.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan model evaluasi program CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa program parenting layak untuk dilaksanakan kembali dengan beberapa masukan. 1) Evaluasi konteks (Context): Program yang diselenggarakan oleh KB Prima Sanggar telah sesuai dengan kebutuhan peserta program; Tujuan yang ditetapkan oleh lembaga selaras dengan tujuan peserta. 2) Evaluasi masukan (Input): Peserta tidak dituntut memiliki keahlian khusus dalam mengikuti program; Peserta mengikuti program atas keinginan sendiri; Karakteristik narasumber dalam program telah sesuai dengan materi; Pendanaan program berasal dari lembaga; Sarana dan prasarana sudah menunjang proses pelaksanaan program, hanya pada kendala seperti ketersediaan peralatan praktek memasak yang terbatas. 3) Evaluasi proses (Process): Peserta program aktif dalam pembelajaran; Narasumber mampu menyampaikan materi dengan baik dan dapat berinteraksi dengan peserta; Narasumber memberikan kesempatan tanya jawab dan praktek untuk menghilangkan kejenuhan; Partisipasi peserta cukup antusias dan bersemangat mengikuti program; Materi yang disampaikan telah sesuai dengan pedoman penyelenggaraan PAUD berbasis keluarga, hanya yang perlu diperhatikan dalam pelaksanannya, yaitu pada jadwal pelaksanaan program.4) Evaluasi produk (Product): Secara keseluruhan evaluasi hasil dapat dikatan baik, karena tujuan yang direncanakan telah tercapai dan dapat memberikan hasil serta dampak yang bermanfaat bagi peserta program.


(3)

EVALUATION OF IMPLEMENTATION PARENTING PROGRAM AT PRIMA SANGGAR PLAY GROUP, BANTUL LEARNING ACTIVITY

INSTITUTION By :

Endah Dwi Pratiwi NIM. 12102241013

ABSTRACT

The research aims to evaluation: 1) Context: The program conformity with the program participantsneeds; Program’s goal. 2) Input : Program participants characteristics; Resource persons characteristics; Funding; Facilities and infrastructure. 3) Process: Program participants’s activities; Resource persons’s activities; Learning strategy; Program participants participation; And Program materials. 4) Product: Program’s goal achievement; Learning result; Program’s impact.

This research is an evaluative research using qualitative approach. This research used CIPP evaluation approach developed by Stufflebeam. The data collection was done using interview, observation, and documentation. Data were retested validity using source and method triangulation.

Based on the researchconducted, the reseachers concluded that the parenting program in feasible to be reimplemented with some input. 1) Context evaluation: The program organized by Prima sanggar Play Group has been in accordance with the needs of program participants; The program’s goal that was assigned fit the program participants goal. 2) Input Evaluation : Participants are not required to have any special skills in following the program; Participants join the program at their own desire; Resource persons’ characteristic in learning process correspond with program; The program funding comes from institutions; Fasilities and infrastructure have supported the program implementation proses, only onobstacles such as the availability of limited cooking practice equipment. 3) Process evaluation: Participants participate actively in the learning process; The resource person are able to teach the material well and interact with the participants; Resource persons provide question and answer opportunities and practices to eliminate boredom; Participation of participants is enthusiastic and excited about joining the program; The material presented has been in accordance with the guidelines for the implementation of family-based ECD, just keep in mind in the implementation that in on the implementation program schedule. 4) Product Evaluation: Overall, evaluation of the result is good, because the palnned objectives have been achieved and can provide beneficial results and impacts for program participants.


(4)

(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

1. Orang tua, mas, dan keluarga yang senantiasa selalu memberikan doa, semangat, motivasi dan nasihat.


(8)

MOTTO

“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai

pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu

kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penyelenggaraan Program Parentingdi KB Prima Sanggar SKB Bantul” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan, motivasi, dan doa selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih, penulis sampaikan kepada dosen pembimbing, Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi, serta berkenan meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan dan semangat kepada penulis. Selain itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan fasilitas dan kemudahan dalam memperlancar proses studi penulis.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajarannya yang telah memberikan kemudahan dalam proses studi penulis. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta

beserta seluruh dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran dalam proses penelitian.

4. Kepala Sanggar Kegiatan Belajar Bantul yang telah memberi ijin dan bantuan untuk melakukan penelitian.


(10)

5. Pengelola, narasumber, orang tua/wali murid dan pihak yang terkait dalam program parenting di KB Prima Sanggar SKB Bantul yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam kegiatan penelitian.

6. Mamak, Bapak, Mas, yang selalu memberikan doa, semangat dan segalanya kepada penulis.

7. Mas Angga yang dengan sabar menemani dan memberi semangat kepada penulis.

8. Onti Diyah, Onti Neti, dan Keluarga Alm. Mbah Ngadiyo yang menjadi keluarga kedua bagi penulis.

9. Adizta, Nana dan Isti yang selalu menyemangati dan memberikan tempat nyaman disaat penulis mulai jenuh.

10. Teman-teman PLS angkatan 2012, khususnya PLS A 2012 serta teman satu bimbingan, terimakasih kenangan indah yang kalian berikan.

11. Semua pihak, secara langsung dan tidak langsung, yang tidak bisa disebutkan disini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan skripsi.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 12 April 2017 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...9

C. Pembatasan Masalah ...10

D. Rumusan Masalah ...10

E. Tujuan Penelitian ...11

F. Manfaat Penelitian ...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ...13

1. Evaluasi Program ...13

a. Pengertian Evaluasi ...13

b. Tujuan Evaluasi Program ...15

c. Model Evaluasi Program CIPP ...16

2. Pendidikan Anak Usia Dini ...26

a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ...26

b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ...28

c. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini ...29

3. ProgramParenting ...35

a. Pengertian dan TujuanParenting ...35

b. Bentuk Kegiatan dalamParenting ...37

c. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan ProgramParenting...38

d. Pendekatan yang Digunakan ...39

e. Narasumber...40

f. Pendamping ...41

g. Metode yang Digunakan...42

h. Media yang Digunakan...44

i. Materi Kegiatan ...44

4. Andragogi Sebagai Pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa ...45


(12)

b. Komponen Perencanaan Pendidikan Orang Dewasa...48

c. Tahap Proses Belajar ...49

5. Sanggar Kegiatan Belajar...51

B. Penelitian yang Relevan ...52

C. Kerangka Pikir ...55

D. Pertanyaan Penelitian ...59

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...61

B. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian ...64

1. Penentuan Subjek Penelitian...64

2. Penentuan Objek Penelitian ...66

C. Setting Penelitian ...67

D. Teknik Pengumpulan Data ...68

1. Observasi (Pengamatan) ...68

2. Wawancara...70

3. Dokumentasi ...73

E. Instrumen Penelitian ...76

F. Teknik Analisis Data ...76

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ...78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...81

1. Sejarah Berdirinya KB Prima Sanggar SKB Bantul ...81

2. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program PAUD...82

3. Visi, Misi, dan Tujuan KB Prima Sanggar ...83

4. Struktur Kepengurusan KB Prima Sanggar ...84

5. Sarana dan Prasarana KB Prima Sanggar ...86

B. Data Hasil Penelitian ...87

1. Konteks (Context) ...89

a. Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Peserta Program ...89

b. Tujuan Program ...90

2. Input (Input) ...92

a. Kualifikasi Peserta Program ...92

1) Kualifikasi Peserta Program Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...93

2) Kualifikasi Peserta Program Berdasarkan Motivasi...94

b. Kualifikasi Narasumber...95

1) Latar Belakang Pendidikan Narasumber ...96

2) Pengalaman Kerja Narasumber ...98

c. Pendanaan ...99

d. Sarana dan Prasarana ...100

1) Kondisi Sarana dan Prasarana ...100

2) Kualitas dan Kuantitas Sarana Prasarana ...101


(13)

1) Aktivitas Peserta Program dalam Mengikuti Pembelajaran...106

2) Aktivitas Peserta Program dengan Narasumber...107

3) Interaksi Sesama Peserta Program ...108

b. Aktivitas Narasumber...109

c. Metode Pembelajaran ...110

d. Partisipasi Peserta Program ...112

e. Materi Program ...113

4. Produk (Product) ...116

a. Ketercapaian Tujuan Program ...116

b. Hasil Belajar Peserta Program ...117

c. Dampak Program ...119

C. Pembahasan...121

1. Evaluasi Konteks (Context) Program Parenting di KB Prima Sanggar SKB Bantul ...121

a. Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Peserta Program ...122

b. Tujuan Program ...123

2. Evaluasi Masukan (Input) ProgramParentingdi KB Prima Sanggar SKB Bantul ...125

a. Kualifikasi Peserta Program...126

1) Kualifikasi Peserta Program Berdasarkan Tingkat Pendidikan...126

2) Kualifikasi Peserta Program Berdasarkan Motivasi dalam Mengikuti Program ...127

b. Kualifikasi Narasumber ...128

1) Latar Belakang Pendidikan Narasumber...129

2) Pengalaman Kerja Narasumber...130

c. Pendanaan ...130

d. Sarana dan Prasarana ...131

1) Kondisi Sarana dan Prasarana...132

2) Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana ...133

3) Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Pelaksanaan Program...134

3. Evaluasi Proses (Process) ProgramParentingdi KB Prima Sanggar SKB Bantul ...134

a. Aktivitas Peserta Program ...135

1) Aktivitas Peserta Program dalam Mengikuti Pembelajaran ...135

2) Interkasi Peserta Program dengan Narasumber ...136

3) Interaksi Sesama Peserta Program ...136

b. Aktivitas Narasumber...137

c. Metode Pembelajaran ...138

d. Partisipasi Peserta Program ...139

e. Materi Program ...140

4. Evaluasi Hasil (Product) Program Parenting di KB Prima Sanggar SKB Bantul ...141

a. Ketercapaian Tujuan Program ...141


(14)

c. Dampak Program ...143

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...148

B. Saran ...151

DAFTAR PUSTAKA ...153


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Penjelasan Dimensi CIPP dari Segi Tujuan, Metode dan Hubungan

dengan Pembuatan Keputusan ...18

Tabel 2. Penjelasan Dimensi CIPP ...20

Tabel 3. Daftar Subjek Penelitian ProgramParentingdi KB Prima Sanggar ...66

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Evaluasi ProgramParenting...72

Tabel 5. Teknik Pengumpulan Data ...74

Tabel 6. Sarana dan Prasarana KB Prima Sanggar ...86

Tabel 7. Rangkuman Evaluasi Konteks (Context) ProgramParenting...92

Tabel 8. Daftar Peserta ProgramParentingKB Prima Sanggar ...93

Tabel 9. Daftar Narasumber dan Pendamping Program ParentingKB Prima Sanggar ...97

Tabel 10. Rangkuman Evaluasi Masukan (Input) ProgramParenting...104

Tabel 11. JadwalParentingKB Prima Sanggar Kelompok I ...114

Tabel 12. Rangkuman Evaluasi Proses (Process) ProgramParenting...115

Tabel 13. Rangkuman Evaluasi Hasil (Product) ProgramParenting...121

Tabel 14. Rangkuman Hasil Evaluasi CIPP ProgramParenting...145

Tabel 15. Instrumen Penelitian ...157

Tabel 16. Pedoman Observasi...159

Tabel 17. Catatan Observasi ...160

Tabel 18. Rekap Data Hasil Wawancara...174


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ...58 Gambar 2. Struktur Kepengurusan KB Prima Sanggar ...85


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ...157

Lampiran 2. Pedoman Observasi ...159

Lampiran 3. Catatan Obervasi ...160

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Pengelola Program ...162

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Narasumber ...164

Lampiran 6. Pedoman Wawancara Orang Tua Peserta Didik ...166

Lampiran 7. Catatan Wawancara Pengelola Program ...168

Lampiran 8. Catatan Wawancara Narasumber ...172

Lampiran 9. Catatan Wawancara Orang Tua Peserta Didik ...179

Lampiran 10. Rekap Data ...188

Lampiran 11. Reduksi Data ...200

Lampiran 12. Catatan Lapangan ...231

Lampiran 13. Dokumentasi...237

Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan ...238


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan dalam rangka usaha yang dilakukan setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pendidikan juga membantu manusia untuk mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan kehidupan yang dihadapi manusia itu sendiri. Pada hakikatnya pendidikan bertujuan untuk membantu manusia mengaktualisasikan dirinya. Setiap manusia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Memperoleh pendidikan tidak memandang rentang usia, mulai sejak dini hingga lanjut usia, yang sering disebut pendidikan sepanjang hayat.

Salah satu usaha pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan sepanjang hayat dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dan menjadi landasan yang kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan kuat. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada penekanan kepribadian dan potensi secara maksimal (Suyadi, 2014: 22). Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini menitik beratkan pada pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,


(19)

perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi sesuai tahapan perkembangan anak usia dini.

Bukti peningkatan kepedulian pemerintah dalam pendidikan anak usia dini dapat dilihat dari pembangunan sekolah-sekolah pendidikan anak usia dini secara nasional. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Taman Kanak-Kanak (TK) di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2011/2012 sebanyak 70,917 hingga tahun 2013/2014 sebanyak 74,982 sekolah. Begitu pula pendidik yang semula 204,406 hingga 302,182, serta peningkatan murid yang semula 3,612,441 mencapai 4,174,783. Dari data BPS tersebut menunjukkan kenaikkan angka partisipasi selain dari pemerintah juga dari guru dan orang tua dalam usaha memberikan pendidikan pada anaknya sedini mungkin. Menurut George S. Morrison (2012: 50-51), alasan beberapa negara melakukan program pendidikan anak usia dini yang pertama adalah karena pemerintah menyadari bahwa pada masa golden age merupakan waktu yang baik dalam membentuk anak yang berkualitas. Alasan kedua, mengeluarkan biaya untuk pendidikan anak usia dini lebih efektif dibanding mencoba memecahkan masalah anak ketika mereka sudah remaja.

Permintaan program pendidikan anak usia dini meningkat dikarenakan banyaknya orang tua yang bekerja di luar rumah. Menurut Conny R. Semiawan (2008: 13), semenjak terjadinya globalisasi memunculkan emansipasi wanita yang membuat kegiatan mencari nafkah


(20)

tak lagi urusan laki-laki, namun juga wanita. Suami dan istri yang memutuskan bekerja dengan alasan memenuhi kebutuhan keluarga. Membuat peran orang tua dalam hal mendidik anak terkesampingkan. Menurut George S. Morrison (2012: 374), disebutkan sebanyak 63% ibu muda di negara Barat banyak yang bekerja yang mengakibatkan anak-anak menghabiskan waktu 36 jam seminggu atau lebih dalam pengasuhan orang lain. Masalah yang dihadapi orang tua yang bekerja adalah menentukan pola asuh balita atau anak usia dini dengan perasaan aman dan nyaman, karena kesalahan pola asuh anak usia dini akan membuat menyesal seumur hidup. Cara mengatasi masalah pengasuhan, orang tua mempercayakan urusan merawat anak kepada saudara, asisten rumah tangga atau kepada penyedia jasa pengasuhan anak. Namun, hal tersebut membuat orang tua mengurangi waktu bersama dengan anak, salah satunya kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak.

Salah satu masalah yang muncul dari kurangnya komunikasi orang tua dengan anak adalah ketidakselarasan komunikasi antar keduanya. Padahal, ketidakselarasan ini akan berdampak pada perilaku anak di masyarakat. Data KOMNAS Perlindungan Anak Indonesia terhadap anak-anak SMP dan SMU di 12 kota besar di Indonesia, tahun 2007 tentang perilaku menyimpang pada remaja. Dari 4.500 anak SMP dan SMU, 3.000 diantaranya mengaku sudah tidak perawan. Bahkan, ada pula (21,2%) yang pernah menggugurkan kandungan. Tentu dampak tersebut tidak


(21)

lembaga yang sesuai untuk mengembangkan anak usia dini menjadi manusia yang baik. Pendidikan yang dimulai sejak dini mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan potensi untuk dikembangkan guna kebutuhan sendiri, masyarakat dan bangsa sehingga membentuk masyarakat yang madani. Menurut Suyanto yang dikutip dari Suyadi (2014: 24) tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa.

Penyelenggaran pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena di dalam keluarga anak belajar sejak berada dikandungan hingga perjalanan usia anak memasuki rumah tangga sendiri. Oleh karenanya, keluarga memiliki peran yang sangat mendasar dalam mengoptimalkan semua potensi anak. Menurut Ki Hadjar Dewantara, “Keluarga adalah Lingkungan Pendidikan yang Pertama dan Utama”. Dengan demikian, peran keluarga dalam pendidikan bagi anak, tidak dapat tergantikan sekalipun anak telah dididik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Untuk itu, keluarga harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan proses peningkatan gizi dan kesehatan, perawatan, pengasuhan, pendidikan dan perlindungan. Mengingat pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak, maka keluarga khususnya orang tua,


(22)

memiliki kemampuan menjadi pendidik yang tangguh untuk anaknya sendiri. Kenyataan yang ada dimasyarakat, masih banyak orang tua yang belum memahami peran penting tersebut. Kenyataan ini yang memberi dampak pembinaan anak di lembaga PAUD dan rumah tidak sejalan. Dalam upaya untuk menyelaraskan pembinaan dan pendidikan anak antara di rumah dan di lembaga PAUD diselenggarakanlah program parenting oleh lembaga PAUD.

Parenting sebagai suatu rangkaian interaksi berkelanjutan yang terjadi diantara orang tua dan anak, yang menyebabkan terjadinya perubahan pada kedua belah pihak. Program parenting sendiri adalah program yang diberikan kepada orang tua yang bertujuan menambah pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak agar pendidikan yang diperoleh anak dapat selaras antara dirumah maupun disekolah. Melalui orang tua yang juga sebagai figure memegang peran penting pada proses tumbuh kembang anak.

Mukhtar Latif (2013) berpendapat bahwa pendidikan orang tua adalah pendidikan yang diberikan kepada orang tua dalam rangka untuk mengetahui dan mengaplikasikan pendidikan yang tepat dalam mendidik anak usia dini terutama saat anak berada dalam lingkungan keluarga bersama orang tuanya di rumah.

Kegiatan tersebut meliputi hal pemberian perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial emosional anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.Parenting dihadirkan sebagai penunjang pendidikan anak usia dini yang diperuntukkan kepada orang tua


(23)

paling utama, karena anak banyak menghabiskan waktunya di rumah, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima yaitu dalam keluarga. Di rumah, anak menghabiskan banyak waktu bersama orang tuanya, sehingga memudahkan pihak pendidik memantau anak-anak di rumah melalui orang tuanya. Pemantauan perkembangan anak melalui orang tua yang kemudian disampaikan kepada pihak sekolah melalui pertemuan wali murid pada waktu tertetu.

Kegiatan ini berisikan kegiatan tanya jawab antara orang tua dan pendidik serta pemberian materi seputar kesehatan, gizi anak, pola asuh, perkembangan sosial emosional dan perkembangan psikologis anak. Kelompok Bermain (KB) Prima Sanggar, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul yang mengadakan program parenting sebagai penunjang keberhasilan belajar anak melalui proses belajar yang diterima baik di Kelompok Bermain dan di rumah. Kegiatan parenting di KB Prima Sanggar dilakukan dua bulan sekali dengan menghadirkan narasumber dari luar, seperti dari PUSKESMAS sekitar. KB Prima Sanggar telah lama mengadakan kegiatan serupa sejak berdirinya PAUD, namun namanya dulu Pendidikan Ibu dan Anak dan berubah menjadi parenting. Pelaksanaanparentingini didasari oleh kesadaran pengelola untuk bekerja sama dengan orang tua untuk memberikan pemahaman tentang tumbuh kembang anak. Orang tua perlu mengetahui dan ikut serta dalam proses tumbuh kembang anak, karena waktu terbanyak anak bersama orang tua. Namun, pada pelaksanaan program parenting di KB Prima Sanggar


(24)

tingkat partisipasi orang tua masih kurang, seperti banyaknya orang tua yang tidak hadir dalam pelaksanaan program parenting. Walau telah diundang dari pihak pengelola dan tanpa membayar biaya tambahan, orang tua yang datang paling banyak hanya setengah dari jumlah murid KB yang berjumlah 74 anak. Bagi orang tua yang hadir, mengikuti program parenting sangat antusias, orang tua menjadikan parenting waktu yang tepat untuk berkonsultasi seputar tumbuh kembang anak sewaktu di rumah. Selain itu, walau telah dijadwalkan pelaksanaan parenting dua bulan sekali namun pada pelaksanaannya belum konsisten.

Walaupun demikian, seiring berjalannya program parenting yang telah diselenggarakan KB Prima Sanggar, belum diadakan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan secara tertulis hanya dilakukan pada saat PAUD Terpadu SKB Bantul mendapatkan bantuan dana dari P2PNFI, sedangkan evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program tersebut berjalan. Evaluasi memiliki arti menurut Stufflebeam dalam Zainal Arifin (2010) bahwa evaluasi adalah suatu proses mendeskripsikan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternative keputusan. Selanjutnya pengertian evaluasi menurut Djuju Sudjana (2006: 21) bahwa evaluasi program sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data sebagai masukan untuk mengambil keputusan. Dengan demikian, seberapa bagus dan terpercayanya suatu lembaga juga membutuhkan evaluasi program


(25)

Informasi yang dihasilkan dari evaluasi akan menjadi masukan guna memperbaiki, menambah bahkan menghentikan program yang ada.

Begitu pula program parenting perlu adanya evaluasi guna memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan kegiatan parenting yang lebih baik lagi. Hal tersebut untuk melihat adanya kendala dalam pelaksanaannya, yaitu kurangnya antusias orang tua terhadap program parenting yang diselenggarakan, tidak tercapainya jadwal pelaksanaan sesuai jadwal dan belum rutin diadakannya evaluasi pada program parenting.

Model evaluasi yang akan digunakan dalam mengevaluasi program parentingdi KB Prima Sanggar yaitu menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Yaitu dengan mengevaluasi terhadap konteks, evaluasi terhadap masukan, evaluasi terhadap proses, dan evaluasi terhadap hasil. Pada evaluasi konteks akan membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan dan merumuskan tujuan program. Evaluasi masukan untuk membantu menentuntukan penggunaan sumber untuk mencapai tujuan program. Evaluasi proses untuk memberikan informasi berkenaan dengan efisien pelaksanaan program termasuk didalamnya pengaruh sistem dan pelaksanaannya. Yang terakhir ada evaluasi hasil, membantu memberikan informasi untuk mengukur dan menginterpretasikan pencapaian program selama pelaksanaan hingga program berkahir.


(26)

Model evaluasi ini tidak berakhir dengan deskripsi keadaan saja tetapi sampai pada pengambilan kesimpulan dari hasil evaluasi. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai evaluasi penyelenggaraan programparenting di KB Prima Sanggar, apakah telah berjalan sesuai tujuan program parenting, telah berjalan sesuai harapan dan juga untuk melihat bagaimana penyelenggaraan program parenting ini dikatakan berhasil, khususnya berdampak terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak. Namun, bila terdapat kendala dari hasil yang diperoleh maka hasil evaluasi bisa memberikan masukan guna memperbaiki, menambahkan atau bahkan menghentikan program.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat didefinisikan identifikasi masalah :

1. Terkesampingkannya peran suami dan istri dalam mengasuh dan mendidik anak karena banyaknya orang tua yang bekerja di luar rumah.

2. Berkurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak.

3. Dari hasil pengamatan di KB Prima Sanggar jumlah partisipasi orang tua kurang terhadap program Parenting yang diselenggarakan.


(27)

4. Jadwal pelaksanaan kegiatan Program Parenting yang diselenggarakan oleh KB Prima Sanggar belum konsisten. 5. Program Parenting di KB Prima Sanggar belum dilakukan

evaluasi. C. Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah ini, peneliti fokus terhadap permasalahan dalam evaluasi program parenting. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang mana berorientasi pada pengambilan suatu keputusan. Penelitian ini dilihat dari konteksnya (context) membantu pengelola merencanakan, menentukan dan merumuskan tujuan program. Dari masukannya (input) bertujuan membantu menyediakan alternatif keputusan tentang rancangan dan sumber-sumber program. Proses (process) bertujuan membantu menyediakan alternatif keputusan untuk mengendalikan program. Terakhir hasil (product), yakni evaluasi untuk membantu menyediakan alternatif tentang hasil selanjutnya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah identifikasi masalah, dan pembatasan tersebut dirumuskan adalah :

1. Bagaimana evaluasi konteks (context) perencanaan program parentingyang telah dilaksanakan di KB Prima Sanggar? 2. Bagaimana evaluasi masukan (input) program parenting yang


(28)

3. Bagaimana evaluasi proses (process) program parenting yang telah dilaksanakan di KB Prima Sanggar?

4. Bagaimana evaluasi hasil (product) program parenting yang telah dilaksanakan di KB Prima Sanggar?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu:

1. Mengevaluasi konteks dari program parenting yang dilaksanakan di KB Prima Sanggar.

2. Mengevaluasi input dari program parentingyang dilaksanakan di KB Prima Sanggar.

3. Mengevaluasi proses dari program parenting yang dilaksanakan di KB Prima Sanggar.

4. Mengevaluasi produk dari pelaksanaan program parenting yang dilaksanakan di KB Prima Sanggar.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis bagi penulis maupun pendidikan, khususnya pendidikan non formal. Harapan-harapan sebagai berikut.

1. Secara teoritis

Diharapkan dari penelitian ini akan memberikan contoh dalam mengevaluasi sebuah program, serta memberikan solusi dalam


(29)

menentukan kebijakan selanjutnya terkait pengadaan program parentingselanjutnya.

2. Secara praktis a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan melakukan evaluasi secara langsung dan mengamati kegiatan yang nantinya memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti. Selain itu, untuk mengetahui hasil dari evaluasi program guna memberikan masukan kepada lembaga penyelenggara program.

b. Bagi Pengelola KB

Sebagai masukkan bagi lembaga dalam mengadakan program parenting. Dengan mengetahui hasil dari program parenting, pengelola dapat mengambil keputusan guna meningkatkan kebermanfaatan dari program.

c. Bagi Pemerhati Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan untuk merancang program parenting yang lebih berkualitas lagi. Selain itu, dapat menjadi informasi kepada masyarakat jika pendidikan anak tak hanya dari sekolah namun dari keluarga.


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Evalusi Program a. Evaluasi Program

Menururt Daniel L. Stffulebeam dalam buku Educational Evaluation: Theory and Practice, Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives (1970: 129). Evaluasi adalah sebuah proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya (Eko Putro Widoyoko, 2009: 6). Berdasarkan pengertian evaluasi di atas, dapat diketahui bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang berjalannya suatu program, dan selanjutnya informasi tersebut berguna untuk menentukan alternatif pengambilan keputusan.

Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyatakan bahwa, Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design,

implementation, and impact in order to guide decision making, serve need for accountability, and promote understanding of the involved phenomena. Evaluasi


(31)

pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.

Evaluasi program menurut Joint Committee on Standards for Educational Evaluation (1981) yang dikutip oleh Eko Putro Widoyoko (2009: 8), program evaluations that assess educational activities which provide service on a continuing basis and often involve curricular offerings. Evaluasi program merupakan evaluasi yang menilai aktivitas dibidang pendidikan dengan menyediakan data yang berkelanjutan.

Evaluasi program dapat didefinisikan sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (D. Sudjana, 2006: 21). Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar (2004: 7) evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya.

Menurut Eko Putro Widoyoko (2009: 10) evaluasi program sebagai proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendiskripsikan, menginterpretasikan dan meyajikan informasi tentang implementasi rancangan program pembelajaran yang telah disusun oleh guru untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program pembelajaran selanjutnya.


(32)

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan informasi secara tersusun sebagai masukan untuk menentukan kebijakan tertentu.

b. Tujuan Evaluasi Program

Informasi yang diperoleh dari evaluasi sangat berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Ada empat kemungkinan menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar (2004: 8) yang dapat dilakukan berdasarkan hasil pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:

1. Menghentikan program, karena dipandang program tersebut tidak membawa manfaat, atau tidak dapat terlaksana sesuai yang diharapkan. 2. Merevisi program, ada beberapa bagian yang pelaksanaannya kurang

sesuai dengan yang diharapkan, namun tidak banyak.

3. Melanjutkan program, kegiatan yang berlangsung telah sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan manfaat.

4. Menyebarluaskan program (melaksanakan program ditempat-tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena hasil program yang baik maka sangat baik jika dilaksanakan kembali di tempat dan waktu yang lain.

Tujuan evaluasi program pendidikan luar sekolah menurut D. Sudjana (2006: 36-37), antara lain; 1) memberi masukan untuk perencanaan program, 2) memberi masukan untuk kelanjutan, perluasan, dan penghentian program, 3)


(33)

faktor pendukung dan penghambat program, 5) memberi masukan untuk motivasi dan pembinaan pengelola dan pelaksana program, serta 6) memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi evaluasi program.

Berdasarkan tujuan yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari evaluasi program adalah untuk menentukan kebijakan yang sesuai dengan program yang telah atau sedang berlangsung. Selain itu informasi dari hasil evaluasi mampu untuk memberikan keputusan untuk memberhentikan, memperbaiki, dan memberi informasi kemajuan serta kemunduran program.

c. Model Evaluasi Program CIPP

Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam, mengevaluasi program dengan 4 komponen yaitu, konteks, input, proses dan hasil. Menurut model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah criterion, baik yang bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern.

Menurut Stufflebeam, The CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but to improve. Tujuan penting dari evaluasi adalah bukan membuktikan melainkan untuk memperbaiki. Menurut Stufflebeam (1971) dalam Nana Syaodih (2015: 127), mengembangkan model evaluasi pendidikan yang bersifat komprehensif yang mencakup koteks

Menurut Stufflebeam (1973) dalam Zainal Arifin (2010: 7), model CIPP berorientasi pada sebuah putusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya adalah membantu administrator (kepala sekolah/lembaga


(34)

dan guru/pendidik) dalam membuat keputusan. Evaluasi diartikan sebagai suatu proses mendekripsikan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif putusan. Sesuai nama modelnya, model ini dibagi menjadi empat jenis kegiatan evaluasi, yaitu :

1. Evaluasi konteks (Context Evaluation), evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program. Menurut Suharsimi dalam Eko Putro, evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan, kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh kegiatan program, tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, dan tujuan manakah yang paling mudah dicapai.

2. Evaluasi masukan (Input Evaluation), evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif yang akan diambil, menentukan rencana dan strategi untuk mencapai tujuan dan prosedur kerjanya. Komponen dari evaluasi masukan adalah, sumber daya manusia, sarana, peralatan mendukung, dana, dan prosedur serta aturan yang diperlukan.

3. Evaluasi proses (Process Evaluation), evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam pelaksanaan program. Pada intinya evaluasi proses untuk mengetahui sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. 4. Evaluasi hasil (Product Evaluation), evaluasi produk merupakan


(35)

telah ditetapkan. Data yang dihasilkan digunakan untuk pertimbangan program akan diteruskan, dimodifikasi, atau bahkan dihentikan.

Proses evaluasi ini tak berhenti dengan satu deskripsi mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tapi harus sampai pada judment sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi. Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai masukan untuk pembuatan keputusan dalam rangka menyempurnakan sistem secara keseluruhan.

Tabel 1.

Penjelasan Dimensi CIPP dari Segi Tujuan, Metode dan Hubungan dengan Pembuatan Keputusan

Context Evaluation Input Evaluation Process Evaluation Product Evaluation Objective to define the

institutional context, to identify the target population and assess their needs, to identify opportunities for addressing the need, to diagnose problems underlying the needs & to judge wehether proposed objectives are sufficienly responsive to the assessed needs.

to identify & assess system capabilities, alternative program strategies, procedural designs for implementing the strategies, budgets, schedules, and program.

to identify for predict, in process, defects in the procedursl design or its implementatio n, to provide information for the

preprogramme d decisions, and to record & judge procedural events & activities. to collect descriptions & judgements of outcomes & to relate them to objectives & to context, input, & process information & to interpret their worth & merit.

Method By using such methods as system analysis, By interventorying & analyzing available By monitoring the activity’s potential procedural By defining operationall y & measuring


(36)

survey, document review, hearings, interviews, diagnostic tests, & the Delplir technique. human & material resources, solution strategies, & procedural designs for relevance, feasibility & economy. And by using such methods as literature search visits to “misicle workers”, advocate teams & pilot trials. barriers & remaining alert to unanticipated ones, by obtaining specified information for programmed decisions, by describing the actual process & by continually interacting with & observing the activities of project staff outcomes criteria, by collecting judgements of outcomes from stakeholders , & by performing both qualitative & quantitative analyses. Relation to decision making in the change process for deciding upon the setting to be served, the goals associated with meeting needs or using opportunities, & the objectives associateed with solving problems, i.e., for planning needed changes. And to provide a basis for judging outcomes. For selecting sources of support, solution strategies & procedural designs, i.e., for structuring change activities. And to provide a basis judging implementatio n. For implementing and refining the program design and procedure, i.e., for effecting process

control. And to provide a log of the actual process for later use in interpreting outcomes. For deciding to continue, terminate, modify, or refocus a change activity, & present a clear record of effects (intended, positive & negative).

Sumber: Robert O. Brinkerhoff dalam Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, Prosedur;Bandung:PT Remaja Rosdakarya. (2014: 79-80).


(37)

Dari tabel di atas dijelaskan tujuan, metode dan hubungan dengan pembutan keputusan dari evaluasi CIPP.

Tabel 2. Penjelasan Diemensi CIPP Evaluasi Konteks Evaluasi Masukan Evaluasi Proses Evaluasi Hasil Tujuan Untuk mengidentif ikasi dan menilai kebutuhan masyarakat, mengidentif ikasi peluang untuk mengatasi kebutuhan, mendiagnos is penyebab kebutuhan dan menilai alasannya sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Untuk mengidentifikasi dan menilai kemampuan sistem, strategi program alternatif, desain susunan penerapan strategi, anggaran, jadwal dan kegiatan. Mengidentifika

si untuk

memprediksi dalam proses, ketidaksempur naan dalam prosedur dan pelaksanaan, informasi sebelum

program, dan merekam dan menilai pelaksanaan program. Untuk mengumpul kan penjelasan dan hasil penilaian tujuan dengan konteks, masukan dan proses yang digunakan untuk menafsirkan nilai dan jasa. Metode Dengan menggunak an metode seperti analisis sistem, survei, review dokumen, mendengark an pendapat, wawancara, tes diagnostik dan teknik

Dengan melakukan intervensi dan menganalisis sumber daya manusia dan sumber daya alam, strategi pemecahan masalah, desain prosedur yang relevansi,

kelayakan dan ekonomi.

Dengan

memperhatikaka

Memantau hambatan dan memperhitung kan segala kondisi,

mendapatkan informasi untuk

menententukan keputusan d alam program, menggambarka

n proses

sebenarnya & dengan terus berinteraksi Mendefinisi kan secara operasional dan mengukur kriteria hasil, mengumpul kan penilaian hasil dari para pemangku kepentingan , & dengan melakukan


(38)

Delphi. n daftar kehadiran

peserta dalam kegiatan, tim advokat dan uji coba.

dengan & mengamati kegiatan staf proyek. analisis kualitatif & kuantitatif. Hubungan dengan pembuatan keputusan Untuk menyusun pengaturan pelayanan, keterkaitan antara tujuan dengan pemenuhan memenuhi kebutuhan atau penggunaan kesempatan, & keterkaitan tujuan dengan pemecahan masalah, yaitu, perencanaa dibutuhkan adanya perubahan. Dan untuk dasar diberikan untuk menilai hasil. Pememilihan mitra, solusi strategi & desain pelaksanaan, yaitu, untuk kegiatan penataan. Dan untuk memberikan dasar menilai implementasi. Untuk melaksanakan dan penyempurnaa n rancangan program dan prosedur, yaitu, untuk mengefektifka n proses kontrol. Dan untuk menyediakan log dari proses yang sebenarnya untuk digunakan dalam menafsirkan hasil. Memutuska n untuk melanjutkan program, menghentik an, mengubah, atau memfokusk an kembali perubahan kegiatan, & menyajikan catatan yang jelas tentang efek (dimaksudk an, positif & negatif).

Sumber: Robert O. Brinkerhoff dalam Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, Prosedur;Bandung:PT Remaja Rosdakarya. (2014: 79-80).

D. Sudjana (2006: 52-57) menjelaskan tentang model evaluasi CIPP. Evaluasi CIPP termasuk pada model evaluasi yang terfokus pada pengambilan


(39)

berkaitan dengan pengambilan keputusan. Yaitu, evaluasi konteks, menyediakan data mengenai keputusan dalam perencanaan program, evaluasi masukan menyediakan alternatif keputusan tentang rancangan dan sumber-sumber program, evaluasi proses menyediakan alternatif keputusan untuk pengendalian program, dan evaluasi produk menyediakan alternatif keputusan tentang hasil dan pendauran program. Lebih detailnya akan dijelaskan satu persatu dalam setiap tipe evaluasi:

1) Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Evaluasi konteks menyajikan data tentang alasan-alasan untuk menetapkan tujuan-tujuan program dan prioritas tujuan. Evaluasi ini menggambarkan hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program, seperti karakteristik dan perilaku peserta didik, kurikulum, keunggulan dan kelemahan tenaga pelaksana, sarana dan prasarana, pendanaan, dan komunitas.

2) Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi masukan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber yang ada untuk mencapai tujuan program. hal tersebut berkaitan dengan relevansi, kepraktisan, pembiayaan, efektivitas yang dikehendaki dan alternatif yang dianggap unggul. Evaluasi ini mencakup kegiatan identifikasi dan penilaian kemampuan sistem yang digunakan, strategi untuk mencapai tujuan, dan rancangan implementasi strategi yang dipilih.


(40)

3) Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi ini merupakan umpan balik yang berkenaan dengan efisiensi pelaksanaan program termasuk pengaruh sistem dan pelaksanaannya. Kegiatannya memprediksi kekurangan dalam rancangan prosedur kegiatan dan pelaksanaan, menyediakan data untuk keputusan dalam implementasi dan memlihara dokumentasi tentang prosedur yang akan dilakukan.

4) Evaluasi Hasil (Product Evaluation)

Evaluasi produk mengukur dan menginterpretasi pencapaian program selama pelakasanaan program hingga akhir program. Pada evaluasi ini melibatkan upaya penetapan kriteria, melakukan pengukuran, membandingkan ukuran keberhasilan dengan standar absolut atau relatif dan melakukan interpretasi rasional tentang hasil dan pengaruh dengan menggunakan data tentang konteks, input dan proses. Kriteria yang dimaksud dapat terdiri dari kriteria consequential (konseptual) yaitu berkenaan dengan pencapaian tujuan jangka panjang untuk mencapai tujuan-tujuan akhir program dan kriteria instrumental (instrumentasl). Kriteria instrumental berhubungan dengan pencapaian tujuan jangka pendek dan menengah yang berkontribusi dalam pencapaian tujuan akhir program.

Keempat komponen evaluasi ini dapat dilakukan secara terpisah atau tergabung. Evaluasi ini juga dapat dilakukan dalam program pendidikan luar sekolah yang sedang berlangsung (evaluasi formatif) atau


(41)

sebagai analisis retrospeksi tentang kualitas keputusan yang letah diambil dan yang telah dilaksanakan (evaluasi sumatif dan akuntabilitas).

Selanjutnya penjelasan mengenai model evaluasi CIPP dari Suharsimi dan Cepi Safrudin (2004: 29-30). CIPP terdiri dari empat komponen evaluasi yaitu Context(konteks), Input(masukan), Process(proses), danProduct (hasil), adalah sebuah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Namun, model ini sekarang disempurnakan dengan satu komponen yaitu O, singkatan dari Outcome(s) yaitu bagaimana kiprah lulusan dari pelatihan/program pada masyarakat atau dipendidikan lanjutannya. Jadi tidak hanya berhenti pada kualitas barang, tetapi juga pada kepuasan pemakai atau konsumen. Secara lebih lanjut akan dijelaskan CIPP sebagai berikut.

a. Evaluasi Konteks

Adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populais dan sampel yang dilayani dan tujuan proyek. Empat pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks yaitu, kebutuhan apa yang belum terpenuhi, tujuan pengembangan apa yang belum tercapai, kebutuhan apa yang dapat membantu mengembangkan masyarakat dan tujuan manakah yang paling mudah dicapai.

b. Evaluasi Masukan

Dalam evaluasi masukan menurut Stufflebeam dalam Suharsimi, yang termasuk pada evaluasi masukan menurut Stufflebeam yaitu pertanyaan


(42)

yang berkaitan dengan masukan untuk mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan.

c. Evaluasi Proses

Evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan dilaksanakan apa sudah terlaksanan sesuai rencana. Pada evaluasi ini pertanyaan yang dibuat untuk menjawab apakah pelaksanaan program sesuai jadwal, adakah staf yang terlibat dalam pelaksanaan program, apakah sarana dan prasarana dimanfaatkan secara maksimal, serta hambatan apa yang dijumpai.

d. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Misalnya untuk menjawab pertanyaan apakah tujuan yang ditetapkan sudah tercapai, apakah dampak yang dirasa dari program.

Dari beberapa penjelasan tentang model evaluasi CIPP diatas dapat disimpulkan bahwa model evaluasi CIPP adalah moodel evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi program berjalan yang mana dengan mengevaluasi empat komponen yaitu konteks, masukan, proses dan hasil. Evaluasi konteks terdiri dari tujuan program, kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat, dan indikator ketercapaian program. Evaluasi masukan terdiri dari penyelenggaraan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta sumber dana. Evaluasi proses terdiri dari ketertarikan orang tua/wali murid, materi yang disampaikan, proses kegiatan, pengelolaan program da hambatan yang dijumpai. Terakhir adalah evaluasi hasil


(43)

program dan tindak lanjut yang dilakukan. Tujuan dari diadakannya evaluasi program parenting di KB Prima Sanggar adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan programparenting dan untuk memberikan masukan guna kebaikkan program dan lembaga penyelenggara.

2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun (Maimunah Hasan, 2012:17). Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan informal (Maimunah Hasan, 2009: 15).

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (DIRJEN PAUDNI, 2012: 2).


(44)

Pendidikan usia dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Suyadi, 2014: 22). Secara institusional PAUD dapat diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan emosi, kecerdasan jamak (multiple intellegence), maupun kecerdasan spiritual (Suyadi, 2014: 22-23).

Pendidikan pada usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya, untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7).

Dari beberapa penjelasan tentang pendidikan anak usia dini di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan untuk anak sejak lahir hingga usia enam tahun, guna memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak serta membekali anak dalam memasukki jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini meliputi upaya dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak untuk mengeksplorasi pengalaman, kesempatan


(45)

b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab (Suyadi, 2014: 24).

Menurut Maimunah Hasan (2009: 17) tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu sebagai berikut :

1. Membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.

2. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Selanjutnya, tujuan pendidikan anak usia dini untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa (Slamet Suyanto, 2005:3).

Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pendidikan anak usia dini yaitu memiliki tujuan untuk membekali anak usia dini tentang keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi lagi.


(46)

c. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan disebutkan bahwa ruang lingkup lembaga-lembaga PAUD terbagi kedalam tiga jalur, formal, nonformal dan informal. Keiga jalur tersebut diselenggarakan sebelum pendidikan dasar. Ruang lingkup lembaga penyelenggara PAUD terbagi ke dalam tiga jalur, yaitu formal, non-formal dan informal. PAUD jalur pendidikan formal diselenggarakan oleh Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk pendidikan lain sederajat dengan rentang usia antara 4-6 tahun. Selanjutnya, PAUD jalur pendidikan non-formal diselenggarakan oleh Kelompok Bermain (KB) dengan rentang usia 2-4 tahun, Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk pendidikan sederajat lainnya seperti Satuan PAUD Sejenis/SPS (Pasal 28 UUSPN No. 20 tahun 2003). Terdapat berbagai lembaga PAUD yang selama ini telah dikenal oleh masyarakat luas, diantaranya (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 22-32) :

a. Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Atfhal (RA)

TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Sasaran pendidikan TK adalah anak usia empat sampai enam tahun yang dibagi kedalam dua kelompok belajar berdasarkan usia yaitu Kelompok A untuk usia empat sampai lima tahun dan Kelompok B untuk anak didik usia lima sampai enam tahun. Pelayanan pendidikan TK dilaksanakan minimal enam hari dalam seminggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam per hari. Jumlah layanan dalam satu tahun


(47)

perminggu adalah 15 jam. 15 jam merupakan pertemuan perminggu (15 x 60 menit), sedangkan jumlah jam untuk pembiasaan (pengembangan diri) dan kemampuan dasar fleksibel tidak dapat disamakan dengan jumlah jam pertemuan per mata pelajaran di Sekolah Dasar.

Tenaga edukatif dalam pendidikan TK disebut pendidik atau guru. Persyaratan tenaga edukatif di Tmana Kanak-Kanak sebagai berikut :

1. Memiliki tenaga pendidik dengan kualifikasi akademik seurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dibidang Pendidikan Anak Usia Dini, kependidikan lain atau psikologi dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD.

2. Memiliki tenaga kependidikan meliputi sekurang-kurangnya minimal satu kepala Taman Kanak-kanak, tenaga administrasi dan tenaga kebersihan.

3. Menyediakan tenaga kesehatan dan atau psikolog yang memiliki izin praktik.

Rasio antara pendidik dan anak dalam standar pelayanan minimal (SPM) adalah 1:25. Sedangkan rasio ideal satu orang pendidik melayani 10/12 anak. Struktur kurikulum TK dan RA memiliki dua bidang pengembangan, yaitu: (1) pembiasaan (pengembangan diri), yang terdiri dari: moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, dan (2) pengembangan kemampuan dasar yang terdiri dari: bidang pengembangan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.


(48)

b. Kelompok Bermain (KB)

Kelompok bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia dua sampai dengan empat tahun. Tujuan diselenggarakannya KB adalah untuk menyediakan pelayanan Pendidikan, Gizi dan Kesehatan anak secara holistik dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi anak yang dilaksanakan sambil bermain. Secara lebih rinci tujuannya adalah, (1) meningkatkan keyakinan dalam beragama, (2) mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan anak, (3) mengembangkan sosialisasi dan kepekaan emosional, (4) meningkatkan disiplin melalui kebiasaan hidup, (5) mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa, (6) meningkatkan pengetahuan atau pengalaman melalui kemampuan daya pikir, (7) mengembangkan koordinasi motorik halus dan kreativitas dalam keterampilan dan seni, (8) meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam kesehatan jasmani.

Peserta didik di KB diprioritaskan bagi anak usia dua sampai dengan empat tahun dengan jumlah anak sekurang-kurangnya sepuluh anak. Selain itu, anak usia lima sampai enam tahun yang karena sesuatu hal (terpaksa) tidak mendapat kesempatan terlayani di lembaga PAUD formal dapat dilayani di Kelompok Bermain dengan jumlah minimal sepuluh anak. Tenaga pendidik dari KB memberikan persyaratan berpendidikan minimal SLTA/sederajat, sehat jasmani dan rohani, mendapatkan pelatihan


(49)

pendidikan anak usia dini serta memahami dan menyayangi anak usia dini. Penyelenggaraan KB secara umum tidak terikat waktu, tempat, sarana dan prasarana dengan mengutamakan potensi sumber daya lingkungan sekitar.

Menurut Jasa Ungguh Muliawan (2009: 18), kelompok bermain (play group) adalah suatu lembaga pendidikan untuk anak prasekolah umur dua sampai tiga tahun. Sedangkan menurut Jamal Ma’mur Asmani (2010: 36) kelompok bermain adalah jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia dua sampai dengan empat tahun dengan jumlah anak sekurang-kurangnya sepuluh anak. Tujuan penyelenggaraan playgroup adalah sebagai penyedia layanan pendidikan, gizi dan kesehatan anak secara holistik dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai potensi yang dilaksanakan sambil bermain.

Kualifikasi menjadi tenaga pendidik playgroup menurut Jamal Ma’mur Asmani (2009: 37) diberikan syarat sebagai berikut:

1. Berpendidikan minimal SLTA/sederajat 2. Sehat jasmani dan rohani

3. Mendapatkan pelatihan pendidikan anak usia dini

4. Memiliki kemampuan mengelola kegiatan/proses pembelajaran pendidikan anak usia dini

5. Memahami dan menyayangi anak

6. Memahami tahap tumbuh kembang anak

7. Memahami prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini

8. Diangkat secara sah oleh pengelolaplaygroup(kelompok bermain) Dijelaskan pula manfaat playgroup bagi perkembangan anak, yaitu (1) mendapatkan ilmu, ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan yang telah disesuaikan dengan perkembangan usia anak didik. (2) Bermain sambil


(50)

belajar, karena kecenderungan anak usia dini lebih senang bermain, oleh sebab itu diberikan terobosan media belajar dengan permainan. (3) Melatih kemandirian, yaitu anak diajarkan melakuka kegiatan tertentu yang menuntut kemampuannya sendiri. (4) Mengetahui bakat dan potensi diri, dengan memasukkan anak keplaygroup akan membantu orang tua melihat bakat anak, sehingga orang tua bisa mengembangkan bakat yang dimiliki anak. (5) Melahirkan kesadaran sosial, dengan menyekolahkan anak akan memberikan kesempatan pada anak untuk saling bersosialisasi dengan anak-anak usia dini lainnya.

c. Taman Penitipan Anak (TPA)

Taman penitipan anak adalah bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Peserta didik TPA yaitu anak usia 0-4 tahun yang diprioritaskan orang tuanya bekerja, anak usia 0-6 tahun yang tidak mendapatkan layanan PAUD, dan sekurang-kurangnya berusia 3 bulan sampai 6 tahun, dengan jumlah minimal 5 anak.

Pendidik TPA diberikan persyaratan berpendidikan minimal SLTA/sederajat, sehat jasmani dan rohani, memiliki kemampuan mengelola kegiatan pendidikan anak usia dini serta memahami dan menyayangi anak usia dini. Rasio pendidik TPA menurut usia yaitu, 0-12 bulan dengan pendidik 1 untuk 2 orang bayi, 13-36 bulan dengan 1 pendidik untuk 4 anak, 37-60 bulan dengan 1 pendidik untuk 8 anak, dan 61-72 bulan dengan 1


(51)

d. POS PAUD; Sebagai salah satu Satuan PAUD Sejenis (SPS)

Peserta Pos PAUD berusia 0-6 tahun yang tidak terlayani PAUD lainnya. Pendidik Pos PAUD disebut Kader, kader tersebut berasal dari masyarakat sekitar minimal pendidikan terakhir SLTA/sederajat.

Berdasarkan penjelasan tentang lembaga satuan pendidikan anak usia dini, terdapat beberapa lembaga yang telah dikenal masyarakat luas, yaitu TK dan RA, KB, TPA, serta POS PAUD yang mana masing-masing lembaga memiliki kriteria khusus. Pertama, Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA) dengan sasaran anak usia empat sampai enam tahun. Pelayanan pendidikan TK dilaksanakan minimal 6 hari dalam seminggu dengan jam pelayanan minimal 2,5 jam. Memiliki syarat tenaga edukatif kekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dibidang PAUD.

Kedua, Kelompok Bermain memiliki sasaran anak usia dua sampai empat tahun. Tujuan diselenggarakannya KB sebagai penyedia layanan pendidikan, gizi dan kesehatan serta mengoptimalkan tumbuh kembang sesuai potensi anak. Syarat tenaga pendidik KB yaitu berpendidikan minimal SLTA/sederajat, mendapatkan pelatihan PAUD, memahami dan menyayangi anak. Ketiga, Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan bentuk PAUD non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhandan kesejahteraan anak, dari sejak lahir hingga usia enam tahun. Pendidik TPA minimal SLTA/sederajat, memiliki kemampuan mengelola kegiatan anak usia dini dan menyayangi anak. Keempat, POS PAUD


(52)

sebagai salah satu Satuan PAUD Sejenis (SPS). Peserta POS PAUD ini berusia 0-6 tahun yang tidak terlayani pendidikan anak usia dini lainnya. Pendidik POS PAUD disebut kader yang berasal dari masyarakat sekitar dan berpendidikan minimal SLTA/sedejarat.

3. ProgramParenting

a. Pengertian dan TujuanParenting

Banyak hal yang terjadi dalam keluarga yang berpengaruh kepada perkembangan kepribadian anak, diantaranya cara orang tua dalam memperlakukan atau yang lebih dikenal dengan pengasuhan orang tua kepada anaknya (Hurlock dalam Casmini, 2007: 1) atau dalam bahasa Inggris lebih dikenal denganparenting.

Parenting atau yang sering disebut dengan pengasuhan anak, merupakan sebuah pelayanan yang komprehensif bagi anak dan keluarga anak yang melengkapi pengasuhan dan pendidikan yang diterima anak dari keluarga (George S. Morison, 2012 : 95). Selanjutnya menurut Euis Sunarti (2004: 3) yang juga berpendapat bahwa secara sederhana pengasuhan dapat diartikan sebagai implementasi dari serangkaian keputusan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa kepada anak sehingga anak menjadi bertanggung jawab, menjadi anggota masyarakat yang baik, dan memiliki karakter baik. Dari penjelasan pengertian parenting atau pengasuhan merupakan suatu proses interaksi orang tua terhadap anak terkait dengan kegiatan mengasuh dan mendidik anak agar anak menjadi insan yang lebih baik.


(53)

Menurut Hurlock dalam Casmini (2007: 47) tujuan parenting atau pengasuhan, yaitu untuk mendidik anak agar anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau dapat diterima oleh masyarakat. Tujuan pengasuhan yang lain yaitu berkaitan dengan pengembangan konsep diri anak, mengajarkan disiplin diri anak, serta mengajarkan keterampilan perkembangan (Euis Sunarti, 2004: 5). Selanjutnya, George S. Morrison (2012: 95) juga mengungkapkan bahwa tujuan utama pengasuhan adalah untuk memungkinkan perkembangan optimal seutuhnya dan mendukung usaha-usaha untuk mencapai tujuan ini.

Mukhtar Latief dkk (2014: 317) juga menyatakan bahwa parenting ditujukan untuk membangun pikiran orang tua sehingga mampu membangun anaknya. Melalui parenting, orang tua dapat membantu anaknya dalam proses tumbuh kembang anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dari beberapa pernyataan diatas, maka dapat diketahui bahwa parenting berkaitan dengan bagaimana cara mengasuh dan mendidik oleh orang tua terhadap anak. Tujuanparentingatau pengasuhan adalah untuk mendidik anak agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Berdasarkan penjelasan tentang pengertian parenting di atas dapat disimpulkan bahwa parenting merupakan pengasuhan anak. Pengasuhan yang dilakukan orang tua di rumah dengan berinteraksi berkaitan dengan pendidikan anak agar menjadi insan yang lebih baik. Tujuan dari parenting sebagai cara mendidik anak agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar,


(54)

mengembangkan konsep diri anak, mengajarkan disiplin, mengembangkan keterampilan anak agar mampu tumbuh dan berkembang secara optimal.

b. Bentuk Kegiatan dalamParenting

Bentuk kegiatan dalam rangka pelaksanaan program parenting tentu berkaitan dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak. Menurut Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga (parenting) dapat dikatakan cukup beragam, meliputi kegiatan Pertemuan Orang Tua (Kelas Orang Tua), Keterlibatan Orang Tua di Kelompok/Kelas Anak, Keterlibatan Orang Tua dalam Acara Bersama, Hari Konsultasi Orang Tua, Kunjungan Rumah, maupun bentuk lain dalam bentuk lain sesuai kebutuhan.

Pertama, kegiatan yang diberi nama Pertemuan Orang Tua (Kelas Orang Tua) yang mana nantinya, lembaga PAUD mengundang psikolog/ahli untuk memberi pencerahan dan sebagai sarana konsultasi bagi orang tua seputar pertumbuhan dan perkembangan AUD. Kedua, Keterlibatan Orang Tua di Kelas Anak. Kegiatan yang dilakukan dalam bentuk bermain bersama anak di kelas, membantu pendidik dalam proses pembelajaran di kelas, ini bertujuan untuk menselaraskan program pembelajaran di lembaga PAUD dengan di rumah. Ketiga, Keterlibatan Orang Tua di dalam Acara Bersama, yaitu dengan melakukan kegiatan rekreasi, bermain di alam, perayaan hari besar, kunjungan edukasi, berkebun, memasak bersama, bazzar, outbond dan kegiatan di lingkungan kelas/sekolah. Tujuannya untuk mendekatkan hubungan antar orang tua, anak dan


(55)

Keempat, ada Hari Konsultasi Orang Tua, yang mana dihadirkan psikolog/ahli untuk membahas tumbuh kembang anak serta masalah-masalah yang dihadapi anak. Konsultasi ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, namun lebih baik jika dilakukan secara individu. Tujuan dari kegiatan tersebut untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam melakukan pendidikann anak usia dini dalam keluarga. Kelima, yaitu Kunjungan Rumah. Kunjungan Rumah adalah kegiatan berkunjungan kerumah orang tua, tidak hanya dilakukan terhadap anak yang bermasalah di lembaga PAUD, tetapi kepada seluruh anak secara bergilir. Dapat dikatakan kegiatan ini merupakan bentuk silaturahmi lembaga PAUD terhadap keluarga anak, sehingga bisa lebih memantau dan mengetahui kondisi riil pendidikan anak di rumah (Pedoman Penyelengaaraan PAUD Berbasis Keluarga, 2012: 13-19).

Berdasarkan penjelasan tentang bentuk kegiatan dalamparenting, terdapat beberapa macam kegiatan seperti pertemuan orang tua, keterlibatan orang tua di kelompok/kelas, keterlibatan orang tua dalam acara bersama, hari konsultasi orang tua, kunjungan rumah dan bentuk lain sesuai kebutuhan lembaga. Bentuk kegiatan tersebut bertujuan untuk mengajak orang tua berpartisipasi dalam pendidikan anak agar orang tua mengetahui seputar pendidikan anak usia dini.

c. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan ProgramParenting

Program parenting dilaksanakan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni tahap persiapan atau perencanaan, tahap pelaksanaan (pembelajaran), dan tahap penilaian. Hal tersebut seperti yang tertera dalam Pedoman Penyelenggaraan


(56)

PAUD Berbasis Keluarga (2012: 20-22) yaitu evaluasi program parenting meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan hasil program.

Indikator perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, meliputi : 1. Program direncanakan bersama orangtua

2. Program direncankan dan terjadwal

3. Ada program yang memberikan dampak luas minimal 1x dalam setahun, seperti seminar tingkat desa

4. Memiliki Adminstrasi Pelaksanaan Program

5. Peserta aktif menghadiri setiap kegiatan minimal 50 % dari total jumlah peserta

6. Orangtua berkomunikasi dirumah selaras dengan disekolah 7. Orangtua membuat APE dari bahan yang ada dirumah

8. Orangtua bisa mengimbaskan hasil pengetahuan kepada orangtua yang lain

9. Keikutsertaan anggota diluar lembaga, seperti masyarakat sekitar minimal 10% dari jumlah anggota dalam

Sumber: Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga (2012: 22).

Berdasarkan penjelasan tentang tahapan pelaksanaan program parenting, yaitu terdiri dari tahap persiapan atau perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian. Pada tahap persiapan atau perencanaan, pengelola maupun orang tua merencanakan program bersama seperti jadwal. Pelaksanaan program dengan melihat beberapa indikator seperti kelengkapan administrasi, peserta aktif dan memanfaatkan bahan yang ada di rumah untuk membuat alat permainan edukatif (APE).

d. Pendekatan yang Digunakan

Kegiatan Penyelenggaraan program parenting dilaksanakan dengan pendekatan andragogi (pembelajaran orang dewasa). Ciri-ciri utama penerapan pendekatan andragogi antara lain:


(57)

2. Menuntut dan mendorong peserta untuk aktif.

3. Mendorong peserta untuk mengemukakan pengalaman sehari-harinya.

4. Menumbuhkan kerja sama antara sesama peserta, dan antara peserta dengan narasumber.

5. Lebih bersifat berbagi pengalaman, bukan hanya merupakan transformasi atau penyampaian materi.

Sumber: Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga (2012: 5).

Menurut penjelasan dari Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan orang pembelajaran orang dewasa (andragogi). Pendekatan andragogi memiliki ciri seperti berpusat pada kebutuhan, mengajak peserta untuk aktif, mengajak peserta untuk saling memberikan pengalamannya, menumbuhkan kerja sama antar peserta dengan peserta maupun dengan narasumber. Berdasarkan ciri yang disampaikan sesuai dengan ciri orang dewasa, yang mana orang dewasa belajar sesuai kebutuhan dan cenderung belajar dari pengalaman.

e. Narasumber

1. Narasumber dari dalam lembaga yaitu pengelola/ pendidik lembaga PAUD atau orang tua peserta didik.

2. Narasumber dari luar dengan mendatangkan narasumber yang telah terlatih, profesi bidang tertentu (dokter, psikolog, bidan, guru, dan lainnya), dan/atau tokoh masyarakat yang berhasil dalam mendidik anak sehingga dapat berbagi pengalaman.

Sumber: Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga (2012: 5).

Tugas narasumber adalah menyampaikan informasi yang sesuai dengan tema/materi yang disepakati dan mendorong peserta untuk menyampaikan pendapatnya.


(58)

Narasumber merupakan sumber informasi dalam setiap program yang mana sudah menguasai materi, seperti dalam program parenting. Narasumber dalam program parenting juga terdiri dari pengalaman dan latar belakang yang sesuai dalam bidangnya. Menurut penjelasan diatas, idealnya narasumber program parenting berasal dari sumber terlatih seperti, dokter, psikolog, bidan, guru, tokoh masyarakat yang berhasil mendidik anak sehingga dapat berbagi pengalaman atau dari pengelola itu sendiri. Tugas dari narasumber sudah jelas, yaitu menyampaikan informasi yang sesuai dengan tema atau materi yang disepakati dan mampu mendorong peserta untuk bertukar pendapat.

f. Pendamping

Pendamping adalah tenaga terlatih di bidang yang terkait dengan pendidikan anak usia dini. Tenaga terlatih ini bisa berasal dari dalam ataupun luar lembaga, seperti: pengelola, pendidik, penilik, HIMPAUDI (Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini), dan IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia).

Adapun tugas dari pendamping adalah :

1. Membantu lembaga untuk membentuk program PAUD Berbasis Keluarga.

2. Membantu mengidentifikasi kebutuhan informasi peserta.

3. Mendorong keterlibatan aktif peserta dalam setiap tahapan kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai penilaian keberhasilan kegiatan.

4. Membantu lembaga memecahkan masalah dalam kegiatan PAUD Berbasis Keluarga.

5. Membangun kemitraan dengan orang tua, pengelola, masyarakat, dan lembaga terkait lainnya dengan cara:


(59)

b) memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapat atau menanggapi;

c) semua keputusan diambil secara musyawarah untuk mufakat; d) memberi kesempatan kepada peserta yang memiliki

kemampuan tertentu untuk menjadi narasumber.

e) Bersifat adil dan tidak diskriminatif. Pendamping dapat juga berperan sebagai narasumber.

Sumber: Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga (2012: 5).

Penyelenggaraan program parenting, tidak hanya terdiri dari pengelola dan juga narasumber, namun bisa dengan adanya pendamping. Pendaming memiliki tugas sebagai orang ketiga antara narasumber dengan peserta. Pendamping dapat merangkum semua pendapat dari peserta kemudian disampaikan kembali kepada lembaga dan narasumber.

g. Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam program parenting beragam, yaitu metode ceramah, diskusi kelompok, bermain peran/stimulasi, kunjungan lapangan dan praktek.

1. Metode ceramah. Metode ceramah adalah penyajian secara lisan oleh pembicara dengan menggunakan pemikiran dan ide yang terorganisasi (Suprijanto, 2007: 88).

2. Diskusi kelompok. Pengertian diskusi kelompok menurut Kang dan Song (1984) dalam Suprijanto (2007: 97) mendefinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama.


(60)

3. Bermain peran/stimulasi. Bermain peran yang lebih dikenal dengan psikodrama. Menurut Suprijanto (2007: 118), bermain peran adalah akting yang spontan dari suatu situasi atau peristiwa yang dilakukan oleh anggota kelompok yang terpilih untuk menggambarkan masalah hubungan manusia yang biasa dihadapi oleh anggota kelompok. 4. Kunjungan lapangan. Adalah kunjungan yang terencana ke suatu

tempat di luar kelas atau ke tempat pertemuan organisasi/perkumpulan (Suprijanto, 2007: 132).

5. Praktek. Adalah suatu pertemuan yang biasa digunakan dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah sikap peserta.

Metode dalam penyampaian materi tentu beragam, menurut penjelasan diatas yaitu metode ceramah, diskusi kelompok, bermain peran/stimulasi, kunjungan lapangan dan praktek. Pertama metode ceramah, yaitu metode yang mana narasumber menjelaskan materi secara lisan dan terorganisasi. Kedua metode diskusi kelompok, yaitu narasumber mengajak beberapa peserta untuk membentuk kelompok kemudian memberikan kesempatan untuk saling berpendapat dengan satu topik yang sama. Ketiga metode bermain peran, yaitu memberi kesempatan kepada peserta untuk berakting menirukan suatu situasi yang kemudian peserta lain untuk memberikan solusi pemecahan masalah. Keempat metode kunjungan lapangan, yaitu mengajak peserta untuk mengunjungi suatu


(61)

praktek, yaitu mengajak peserta untuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang mampu mengubah sikap peserta.

h. Media yang Digunakan

Dalam pelaksanaan program parenting, ada beberapa media yang digunakan dalam menyampaikan materi. Media-media tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Lembar info (leaflet, brosur, poster) 2. Flipchart(lembar balik)

3. Audio-visual (VCD, radio, televisi, proyektor, film) 4. Klipping (kumpulan berita dari berbagai media cetak) 5. Booklet

6. Komik dan buku-buku bacaan pendamping lain 7. Media lain yang mendukung

Sumber: Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga (2012: 7).

Berdasarkan penjelasan diatas, penyampaian materi dapat menggunakan beberapa media. Tujuannya sama, yaitu memberikan informasi dari narasumber kepada peserta seputar materi parenting. Menggunakan media kertas ada lembar brosur, psoter dan leaflat , flipchart, klipping, booklet dan buku pendanmping lain, serta media elektronik menggunakan audio-visual berupa tampilan gambar dan suara.

i. Materi Kegiatan

Salah satu tujuan dari program parenting adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua/keluarga dalam melaksanakan pendampingan tumbuh kembang anak usia dini. Dalam pedoman penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga pengembangan


(62)

materi disesuaikan dengan kebutuhan setiap lembaga. Secara garis besar terdapat enam bahasa, antara lain :

1. Peningkatan gizi

2. Pemeliharaan kesehatan 3. Perawatan

4. Pengasuhan 5. Pendidikan 6. Perlindungan

Sumber: Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga (2012: 7).

Materi program parenting yang telah disebutkan diatas terdiri dari peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan, perawatan, pengasuhan, pendidikan dan perlindungan. Peningkatan gizi bermaksud dengan memberikan informasi kepada orang tua seputar makanan sehat yaitu yang baik untuk anak dan yang kurang bermanfaat. Inti dari semua materi untuk memberikan treatment yang tepat untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.

4. Andragogi Sebagai Pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa a. Pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa

Program parenting yang dilaksanakan ini ditujukan bagi orang tua, yang mana orang tua merupakan orang dewasa yang telah memiliki prinsip pembelajaran berbeda dengan anak-anak. Pendekatan pembelajaran yang digunakan orang dewasa adalah pendekatan andragogi. Andragogi berasal dari kata andros atau aner yang berarti orang dewasa, dan agogos yang berarti memimpin (Saleh Marzuki, 2012: 185). Jadi andragogi berarti memimpin orang


(1)

234

CATATAN LAPANGAN IV

Lokasi : SKB Bantul

Hari/ Tanggal : Senin, 16 Mei 2016 Waktu : Pukul 08.00 WIB

Pada hari ini peneliti datang ke SKB Bantul untuk melakukan wawancara kepada pengelola KB Prima Sanggar. Sebelum melakukan wawancara, peneliti memohon ijin terlebih dahulu kepada pengelola KB Prima Sanggar, karena sebelumnya akan diadakan upacara setiap hari Senin. Sekitar pukul 09.00 WIB peneliti mulai mewawancarai Ibu RM, Ibu DU selaku pengelola KB Prima Sanggar secara bergantian. Kepada Ibu RM, peneliti menayakan seputar keberlangsungan program parenting. Ibu RM menjelaskan satu persatu dengan menambahkan data melalui kurikulum KB Prima Sanggar.

Kepada Ibu DU, peneliti menanyakan seputar peran beliau sebagai narasumber dan keterlibatannya dalam parenting. Ibu DU menjelaskan perannya dalam mendampingi pelaksanaan praktek memasak. Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, peneliti memohon pamit kepada pamong belajar yang ada di SKB Bantul.


(2)

235

CATATAN LAPANGAN V

Lokasi : SKB Bantul

Hari/ Tanggal : Senin, 30 Mei 2016 Waktu : Pukul 08.00 WIB

Pada hari ini peneliti mendatangi SKB Bantul untuk melakukan wawancara dengan orang tua murid KB Prima Sanggar. Sebelum melakukan wawancara, peneliti dibantu oleh Ibu RM untuk mengumpulkan orang tua murid. Peneliti berhasil mewawancarai 3 orang tua murid, yaitu Ibu DL, Ibu PY dan Ibu RH. Peneliti menanyai seputar pelaksanaan parenting kepada 3 orang tua murid. Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, peneliti berterima kasih dan memohon pamit kepada orang tua murid dan dengan Ibu RM.


(3)

236

CATATAN LAPANGAN VI

Lokasi : PUSKESMAS SEWON 2 Hari/ Tanggal : Selasa, 28 Juni 2016 Waktu : Pukul 08.00 WIB

Pada hari Selasa, peneliti menemui narasumber Ibu YA yang bekerja di PUSKESMAS SEWON 2. Wawancara dimulai sekitar pukul 09.30 karena Ibu YA yang sedang bekerja. Peneliti memperoleh informasi seputar peran beliau sebagai narasumber di programparentingKB Prima Sanggar dan pendapat beliau tentang keberlangsungan program tersebut. Ibu YA sudah lama memberikan materi pada program tersebut, sehingga membantu peneliti memperoleh informasi seputar programparentingdi KB Prima Sanggar. Karena keterbatasan waktu yang dimiliki narasumber dan informasi yang dibutuhkan peneliti telah cukup, akhirnya peneliti mohon pamit.


(4)

237 Lampiran 13. Dokumentasi

Foto Kegiatan Deteksi Dini Tumbuh

Kembang Anak Foto Gedung KB Prima Sanggar

Foto Kegiatan Pembuatan APE Foto Salah Satu Hasil Pembuatan APE

Foto Kegiatan Memasak Bekal Anak Foto Hasil Masakan Orang Tua “Sandwich Sarden”


(5)

238


(6)

239