37
jaminan bahwa aparat penegak hukum tersebut tidak lagi melakukakn tindakan tercela dan melawan hukum, karena praktek-praktek melawan
hukum telah menjadi bagian hidup setidak merupakan pemandangan yang umum dilihat sejak mereka duduk di bangku mahasiswa sebuah fakultas
hukum. Harapan terwujudnya pemerintahan yang good governance dan
terlaksananya pemberantasan korupsi sebagaimana disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam salah satu amanatnya, bahkan
harapan rakyat Indonesia, sampai hari ini tampaknya masih sia-sia. Ini karena ulah para penegak hukum Indonesia yang masih dapat diatur oleh
seorang Anggodo Pelita, Rabu 4 November 2009. Dalam bahasa pasaran, masalah tersebut sungguh memalukan. Karena itu, dengan terbongkarnya
tuduhan kriminalisasi terhadap KPK, mengindikasikan bahwa sebagian dari para penegak hukum di Indonesia merupakan sosok yang tidak
berkarakter dan tidak berjati diri, tidak berakhlaq mulia. http:www.pelita.or.idbaca.php?id=82635
2.2. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, penelitian ini ingin merepresantasikan kondisi ”hukum dan peradilan” Bangsa Indonesia di
era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terkandung pada karikatur Oom Pasikom pada surat kabar Kompas. Di Harian Kompas
Edisi 21 November 2009 ditampilkan sebuah kariaktur editorial Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang mencuci Jas bertuliskan
38
”Goverment” didalam bak yang bertuliskan ”hukum dan peradilan” dimana air dalam bak tersebut sangat keruh dan kotor serta terdapat dua buaya yang
sedang berenang dalam bak tersebut. Di sisi lain terdapat seseorang yang sedang menyaksikan aktivitas yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono sembari mengeluarkan pernyataan ”Supaya Clean ganti air yang bersih pak”.
Pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan semiotika. Adapun hasil kerangka berfikir diatas dapat
digambarkan dalam bentuk bagan:
Karikatur “Hukum dan
Peradilan” Oom Pasikom Edisi
21 November 2009
Analisis kualitatif dengan pendekatan
semiotika Peirce:
Ikon
Indeks
Simbol
Hasil interpretan peneliti
Gambar 2.3. Kerangka Berfikir Penelitian Tentang Representasi Karikatur
“Karut Marut Hukum dan Peradilan di Indonesia” Dalam Harian Kompas Edisi 21 November 2009
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik Pierce, untuk menginterprestasikan
representasi karikatur pada media cetak yaitu surat kabar, yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah karikatur tentang karut marut
hukum peradilan di Indonesia yang terdapat pada harian Kompas Edisi 21 November 2009.
Oleh karena itu peneliti yang melakukan studi analisis isi kualitatif harus memperhatikan beberapa hal: pertama adalah konteks atau situasi
social diseputar dokumen atau teks yang diteliti. Disini, peneliti diharapkan dapat memahami the nature atau kealamiahan dan culture meaning atau
makna cultural dari artifact atau teks yang diteliti. Kedua adalah proses atau bagaimana suatu produksi media atau isi pesannya dikreasi secara actual dan
diorganisasikan secara bersama. Ketiga adalah emergence, yakni pembentukan secara gradualbertahap dari makna sebuah pesan melalui
pemahaman dan interpretasi.
3.2. Kerangka Konseptual
3.2.1. Corpus
Didalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas
39