27
2006:47 indeks sebagai tanda alami berdasarkan ”hubungan alami” antara alat tanda dan referen. Dengan demikian, indeks hanya bisa
dinamai, tidak dapat direproduksi. 3.
Simbol Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan
acuannya berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian. Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya merupakan simbol yang
menandakan ketidak setujuan yang termasuk secara konvensional. Sobur, 2003:41. Menurut Pierce dalam Noth 2006:116 simbol
didefinisikan sebagai tanda konvensional dan arbiter yang elementer. Sedangkan menurut Lacan simbolik merupakan sesuatu yang riil,
imajiner, dan simbolis.
2.1.6. Hukum
Istilah “hukum” mengandung pengertian yang luas yang meliputi semua peraturan atau ketentuan baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sanksi terhadap pelanggarnya.
Hukum memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan dan perubahan masyarakat. Ada dua aspek yang menonjol
dalam perubahan hukum dan perubahan masyarakat yaitu Ali, 2002:191: 1.
Sejauh mana perubahan masyarakat harus mendapatkan penyesuaian oleh hukum. Dengan lain perkataan, bagaimana hukum menyesuaikan
diri dengan perubahan masyarakat. Ini menunjukkan sifat pasip dari hukum.
28
2. Sejauh mana hukum berperan untuk menggerakan masyarakat menuju
suatu perubahan yang terencana. Di sini hukum berperan aktif, dan inilah yang sering disebut sebagai fungsi hukum “a tool of social
engineering” sebagai alat rekayasa masyarakat. Dalam rangka menjalankan fungsi untuk sebagai “a tool of social
engineering”, hukum sebagai sarana pembangunan, hukum itu menurut Michael Hager dapat mengabdi pada 3 tiga sektor yaitu Abdurachman,
1979:21: 1.
Hukum sebagai alat penertib Ordering Dalam rangka penertiban ini hukum dapat menciptakan suatu kerangka
bagi pengambilan keputusan politik dan pemecahan sengketa yang mungkin timbul melalui suatu hukum acara yang baik. Ia pun dapat
meletakkan dasar hukum legitimacy bagi penggunaan kekuasaan. 2.
Hukum sebagai alat penjaga keseimbangan balancing. Fungsi hukum dapat menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara
kepentingan negarakepentingan umum dan kepentingan perorangan. 3.
Hukum sebagai katalisator. Sebagai katalisator hukum dapat membantu untuk memudahkan
terjadinya proses perubahan melalui pembaharuan hukum Law Reform dengan bantuan tenaga kreatif di bidang profesi hukum.
Mengingat fungsi dan pernanan hukum yang sangat strategis dalam pembangunan masyarakat dewasa ini, maka hukum harus menjamin
29
adanya kepastian hukum, keadilan dan kegunaan bagi masyarakat. Rahardjo, 1986:20
2.1.7. Peradilan
Istilah peradilan dan pengadilan berasal dari kata dasar “adil” yang berarti meletakkan sesuatu pada semestinya. Kata peradilan dan
pengadilan mempunyai arti yang berbeda akan tetapi terkadang dipakai untuk arti yang sama. Peradilan adalah sebuah sistem aturan yang
mengatur agar supaya kebenaran adan keadilan bisa ditegakkan, sedangkan pengadilan asalah sebuah perangkat organisasi
penyelenggaraan peradilan, dan pengadilan inilah yang biasa disebut lembaga peradilan. Sedangkan keadilan hanya bisa dipahami jika ia
diposisikan sebagai keadaan yang hendak diwujudkan oleh hukum. Upaya untuk mewujudkan keadilan dalam hukum tersebut merupakan proses
yang dinamis yang memakan banyak waktu. Upaya ini seringkali juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam kerangka umum
tatanan politik untuk mengaktualisasikannya. Friedrich, 2004:239 Orang dapat menganggap keadilan sebagai sebuah gagasan atau
realitas absolut dan mengasumsikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentangnya hanya bisa didapatkan secara parsial dan melalui upaya
filosofis yang sangat sulit. Atau orang dapat menganggap keadilan sebagai hasil dari pandangan umum agama atau filsafat tentang dunia secara
umum. Jika begitu, orang dapat mendefinisikan keadilan dalam satu pengertian atau pengertian lain dari pandangan ini.
30
Menurut Basri 1996:43 tentang lembaga peradilan menyetakan: Pembahasan mengenai pengadilan biasanya dilakukan secara preskriptif,
atau “apa yang seharusnya”. Hal itu dilakukan oleh karena peradilan sebagai institusi atau pranata hukum dan pengadilan sebagai organisasi
penyelenggaraan peradilan dipandang sebagai sesuatu yang otonom. Ia dipandang sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi, yang terdiri atas
berbagai unsur yang saling berhubungan dan saling tergantung. Namun demikian, pembahasan mengenai kekuasaan pengadilan dapat pula
dilakukan secara deskriptif atau “apa yang senyatanya”. Ia didasarkan pada fakta yang diperoleh dari pelaksanaan kekuasaan pengadilan
berhubungan dengan berbagai macam unsur di luar pengadilan yang beraneka ragam, maka pengadilan dikemukakan dengan serba
“kemungkinan”.
2.1.8. Hukum dan Peradilan di Indonesia