Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2011. Rancangan Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Tinggi Program Pascasarjana dan Profesi. (Online), (http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/2011/07/Draf-Standar-Sarana-Prasarana-Pascasarjana-Profesi-Validasi-Juli-2011.pdf, diakses pada tanggal 8 Maret 2016).

Chiara, Joseph . 1983. Time Saver Standars For Building Types. London. Mc Graw Hill International

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2015. Perencanaan Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan Di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan. Jakarta

Dirjen Perhubungan Udara. 2005. Cetak Biru Trasportasi Udara 2005-2024. (Online),(http://hubud.dephub.go.id/files/dokumen/Cetak%20Biru%20Trans portasi%20Udara%202005-2024.pdf , diakses pada tanggal 12 Maret 2016) Elsevier, Reed . 1999. Metric Handbook. London , Adler David

Francis D. K. Ching, Barry Onouye, Douglas Zuberbuhler, 2014. Building Structures Illustrated Second Edition. Hoboken, New Jersey: Wiley.

Juwana , Jimmy, 2005. Sistem Bangunan Tinggi. Ciracas, Jakarta :Erlangga. Lippsmeier G., Kluska MW., Edrich C. G. 1969. Tropenbau/ Building in the Tropics. Callwey : Verlag Munchen.

Kementerian Perhubungan . 2014. Statistik Perhubungan. (Online), (http://ppid.dephub.go.id/files/STATHUB2014_Buku_1.pdf , diakses pada tanggal 10 Maret 2016)

Keputusan Menteri Perhubungan. 2000. Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi

Penerbangan Indonesia. Jakarta (Online),

(http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2015/PM_151_Tahun_2015. pdf, diakses pada tanggal 8 Maret 2016)

Manual on Establishment and Operation of Aviation Training Centres,First Edition-1983,Pdf


(2)

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, 1997. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33. Jakarta : Erlangga.

Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, 1995. Data Arsitek Jilid 2 Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT). Jakarta. Menteri Pendidikan

Peraturan Menteri Perhubungan. 2010. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141. Jakarta. (Online), (hubud.dephub.iden/kepmen/download/936, diakses pada tanggal 8 Maret 2016).

Peraturan Menteri Perhubungan. 2010. Rencana Kerja (Renja) Departemen Perhubungan. Jakarta. Departemen Perhubungan

Peraturan Menteri Perhubungan. 2010. Standar Pelayanan Minimal Pada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug. Jakarta. Menteri Perhubungan. Schittich, Christian. 2006. Building Skins. Jerman. Birkhauser

Sunoko, Tri. 2014. The Future of Airport City and Aerotropolis in Indonesia. Surabaya. Angkasa Pura II

USA Airforce. 2001. ATC(Air Traffic Control )/RAPCON Design Guide. (Online), (https://www.wbdg.org/ccb/AF/AFDG/ARCHIVES/atct_racf.pdf, diakses pada tanggal 20 Mei 2015)


(3)

BAB III METODOLOGI

Bab III Metodologi ini merupakan uraian langkah-langkah kegiatan perancangan yang berisi tentang penjelasan kerangka pendekatan, metode, dan teknik analisis yang digunakan untuk menghasilkan desain bangunan.

3.1 Metode Perancangan

Metode perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen fisik yang tepat dari sebuah struktur fisik (Christopher Alexander, 1983). Ada dua jenis metode perancangan dalam Arsitektur yaitu metode tradisional yang disebut sebagai Black Box dan mtode rasional yang disebut sebagai Glass Box, yaitu metode yang bersifat rasional dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis dan matang sesuai dengan tahapan-tahapan dalam proses perancangan Arsitektur.

Beberapa tahapan dalam merancang dengan menggunakan metode Glass Box, antara lain:

- Metode eksplorasi situasi/permasalahan desain (Divergensi)

- Metode penelitian dan penemuan ide desain (Divergensi dan Transformasi) - Metode eksplorasi pemecahan masalah (Transformasi)

- Metode evaluasi (Konvergensi)

Metode ini digunakan untuk mencapai tujuan perancangan yaitu merancang sebuah Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia di kawasan Bandara Kualanamu, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang

3.2 Jenis Data 3.2.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengambilan data secara langsung pada lokasi, data ini di ambil dengan cara survei lapangan, yaitu :

a. Survei lapangan dilakukan di jalan ke Bandara Kualanamu, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang merupakan lokasi


(4)

Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia. Survei ini berfungsi untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan lokasi yang berupa:

 Luasan dan bentuk tapak.

 Batas-batas tapak dengan kawasan sekitar.  Kondisi Eksisting Lahan

 Intensitas bangunan

 View ( Pemandangan di sekitar site)  Keadaan iklim dan geografis tapak.  Sistem drainase tapak dan lingkungan.

 Sarana transportasi pada kawasan sekitar yang meliputi jalur dan besaran jalan, angkutan dan pengguna jalan, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.  Sarana dan prasarana pada kawasan sekitar yang meliputi listrik (PLN), air

(PDAM), persampahan, komunikasi, dan lain-lain.  Vegetasi yang ada pada tapak.

 Dan lain-lain.

b. Pengamatan mengenai aktivitas dan dokumentasi gambar kondisi tapak serta kawasan sekitar, dilakukan dengan menggunakan kamera dan peta garis.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolah data tersebut sehingga peneliti tidak perlu mencarinya secara langsung (Simulingga, 2011). Teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam proses perancangan adalah mencari data dan informasi mengenai kawasan site perancangan dan literature mengenai fungsi dan tema sejenis fungsi bangunan. Selanjutnya, menentukan teori (data) real atau fakta yang terkait dan medukung proses perancangan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia.

Berikut merupakan beberapa data sekunder yang diperoleh:

- Data kondisi eksisting Kecamatan Batang Kuis, data ini diperoleh dari Google Map. Google Earth dan SAS.


(5)

- Data tata guna lahan, data ini dapat diperoleh dari pihak Bappeda Kabupaten Deli Serdang

- Data sekolah penerbangan di Indonesia, data ini dapat diperoleh dari website Dinas Perhubungan

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimulai dari pengumpulan informasi mengenai konsep kawasan yang akan direncanakan. Lalu, memilih fungsi bangunan yang terkait dengan konsep kawasan. Kemudian masuk ke tahap pemilihan lokasi yang akan dirancang. Untuk data sekunder dapat diambil dengan penelitian arsip atau studi kepustakaan.

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode studi kepustakaan dan survey lapangan. Dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

- Survei lapangan, dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada lokasi perancangan dan untuk mengetahui kondisi lahan yang berhubungan dengan kasus perancangan

- Studi literatur/pustaka, untuk mendapatkan data dari pustaka-pustaka yang berhubungan dengan judul perancangan. Sebagai bahan informasi yang berupa literature untuk materi laporan.

3.3.2 Prosedur / Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data diambil dari beberapa keputusan perancangan yang akan dibuat berdasarkan data yang ada, lalu menentukan lokasi site perancangan. Selanjutnya melakukan survey lokasi perancangan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi eksisting site yang akan dirancang dan juga mengumpulkan data aturan-aturan yang berkaitan dengan perancangan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia.

Survey yang telah dilakukan sebanyak 3 kali, pada: 1. Hari : Kamis, 25 Februari 2016

Waktu : 11.00 – 14.00 WIB


(6)

Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang 2. Hari : Selasa, 15 Maret 2016

Waktu : 10.30 – 15.00 WIB

Lokasi : Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang 3. Hari : Kamis, 21 April 2016

Waktu : 10.00 – 15.00 WIB

Lokasi : Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang

Data-data primer dan sekunder seperti ukuran site, batas site, peraturan dan lain sebagainya juga dikumpulkan sebagai data yang dapat digunakan dalam proses perancangan.

3.4 Lokasi Perancangan

Lokasi perancangan berada dekat dengan bandara Kualanamu yang merupakan bandara kedua terbesar setelah Bandara Internasional Soekarno Hatta. Lokasi bandara ini dulunya bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Kecamatan Beringin, Deli Sumatera Utara. Pemilihan lokasi berdasarkan konsep Aerotropolis yang diangkat menjadi tema utama dalam perancangan. Aerotropolis menjadi tema utama dalam perancangan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan kota dititikberatkan di kawasan sekitar Bandara Kualanamu.

3.5 Rangkuman

Metode yang digunakan dalam perancangan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia adalah Glass Box, yaitu metode yang bersifat rasional dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis dan matang serta sesuai dengan tahapan-tahapan dalam proses perancangan arsitektur untuk mencapai tujuan perancangan dan menghasilkan desain yang baik dan benar.

Teknik pengumpulan data dimulai dari pengumpulan informasi dan kemudian membagai informasi tersebut dalam 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder, yang dapat menjadi acuan awal untuk merancang seperti survey dan beberapa literatur. Kegiatan Survey yang diseimbangi dengan pengumpulan


(7)

informasi dapat membantu proses perancangan berlangsung dengan baik dan bisa menghasilkan ide desain yang logis dan nyata.

Dari hasil survey, dan pengumpulan data maka akan mendapatkan lokasi perancangan yang cocok untuk tema, konsep dan tujuan yang diinginkan untuk merancang Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia. Sekolah penerbangan ini merupakan salah satu wadah penyedia ahli-ahli dan tenaga kerja di bidang aviasi yang siap untuk melayani masyarakat dan mendukung konsep Aerotropolis di masa yang akan datang.


(8)

BAB IV ANALISA

4.1 Analisa Lokasi 4.1.1 Lokasi

Lokasi proyek yang dipilih sebagai lokasi Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia terletak di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara

Gambar 4.1 Lokasi Site Sumber : Olah Data Primer

Deskripsi Lokasi

 Judul Proyek : Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia  Lokasi : Jl. Lingkungan I, Kec. Batang Kuis  Luas Lahan : 3 Ha


(9)

 Pemilik Proyek : Pemerintah  KDB : 70 %  GSB : 13 m  GSS : 4 m

 Ketinggian maksimal : 11 lantai / 46 m  Batas –batas lahan

Utara : Lahan Kosong / Kebun jagung Timur : Lahan Kosong / Kebun jagung Selatan : Jl. Lingkungan I

Barat : Jl. Lingkungan II

4.1.2 Analisa Kondisi Eksisting sekitar site

A. Lahan Kosong

Lahan di sebelah barat site masih merupakan lahan kosong dipagar dan dalam keadaan tidak terawat

B. Lahan Kosong

Di depan site merupakan lahan kosong berpagar dengan dominan pohon pisang di dalamnya


(10)

Gambar 4.2 Eksisting site Sumber : Olah Data Primer

F. Jalan Lingkungan II

Akses dari jalan utama menuju site dengan kondisi yang masih berupa tanah dan tidak memiliki jalur pedestrian.

E. Jalan Raya Bandara

Jalan utama menuju bandara, Site dapat diakses dari jalan utama dengan jarak +/- 100 m

D. Lahan Kosong

Lahan Kosong tidak berpagar dengan tumbuhan menjalar di berbagai area

C. Lahan Kosong

Tepat di depan site terdapat lahan kosong berpagar kawat yang tidak terurus


(11)

4.1.3 Analisa Tata Guna Lahan dan Intensitas Bangunan Tata Guna Lahan

Gambar 4. 3 Tata Guna Lahan Sumber : Olah Data Primer Kondisi :

Site berada pada wilayah pengembangan kawasan aerotropolis Kualanamu Bangunan di sekitar site adalah bangunan dengan kategori fungsi hunian

menengah ke bawah Potensi :

Adanya proyek Sekolah Tinggi Aviasi di kawasan Bandara Kualanamu, mampu meningkatkan SDM untuk kebutuhan bandara baik Bandara Kualanamu maupun bandara di Indonesia.

Intensitas bangunan

Gambar 4.4 Figure Ground kawasan Sumber : Olah Data Primer


(12)

Gambar 4.5 Potongan Site Sumber : Olah Data Primer

Intensitas bangunan didominasi oleh hunian berupa rumah penduduk 1 lantai dan komersial. Letak hunian dan komersial juga masih berada di sepanjang Jalan arteri Bandara Kualanamu , Jl. Batangkuis dan Jalan kolektor Bandara. Kondisi :

-Kawasan lokasi site memiliki garis skyline yang datar

-Bangunan sekitar merupakan hunian dan komersial golongan menengah ke bawah Solusi : Pembangunan Sekolah tidak melebihi ketinggian 8 lantai agar tidak merusak garis skyline sekitar

Proyeksi 2025:

-Pengembangan Airport city di dalam pagar Bandara

-Pembangunan Aerotropolis di sekitar kawasan bandara Kualanamu dengan radius yang ditetapkan

-Dibangunnya perumahan dan permukiman di sekitar lokasi site -Perencanaan Hutan Kota di sekitar lokasi site

Dengan adanya proyeksi 2025, skyline bangunan akan berubah tetapi akan tetap berada di dalam aturan tata guna lahan yang sudah direncanakan.


(13)

4.1.4 Analisa Matahari

Gambar 4.6 Pergerakan matahari Sumber : Olah Data Primer

Kondisi :

- Site memanjang menghadap arah Utara Selatan

- Untuk fungsi bangunan sekolah, massa bangunan dgn permukaan yang lebih luas disarankan untuk menghadap ke arah utara selatan untuk memasukkan angin dan mengurangi paparan sinar matahari masuk ke dalam bangunan

Gambar 4.7 Pengaruh matahari terhadap massa bangunan Sumber : Olah Data Primer


(14)

Gambar 4.8 Analisa Matahari Sumber : Olah Data Primer

Pendekatan desain bangunan dilakukan dengan melakukan simulasi titik-tik puncak yaitu Januari dan Juni dengan jam efektif sekolah 08.00 s.d 17.00


(15)

1 Januari 08.00 1 Juni 08.00

1 Januari 12.00 1 Juni 12.00

1 Januari 17.00 1 Juni 17.00

Gambar 4.9 Pendekatan arah matahari terhadap bangunan Sumber : Ecotect


(16)

Dengan adanya simulasi bulan, tanggal dan jam tertentu akan mempengaruhi orientasi, gubahan massa, pemakaian material pada fasad, bentukan jendela dan bentukan atap.

Gambar 4.10 Jenis jendela Sumber : Internet Alternatif Solusi :

Gambar 4.11 Bentukan massa dan atap Sumber : Internet


(17)

4.1.5Analisa Sirkulasi

4.1.5.1 Deskripsi jalan sekitar site

Gambar 4.12 Deskripsi Jalan Sumber : Olah Data Primer

Di sebelah kiri dan depan site merupakan jalan lingkungan dengan lebar 6m dan 8 m. Jalan ini dapat dicapai dari Jl. Raya Bandara yang merupakan akses untuk ke bandara Kualanamu dan Jl. Batangkuis yang menghubungkan Tanjung Morawa – Medan- dan Pantai Labu.


(18)

Gambar 4. 13 Peta Pencapaian Sumber : Google Map

4.1.5.3 Kondisi jalan sekitar

Gambar 4.14 Kondisi jalan sekitar Sumber : Survei Lapangan


(19)

Gambar 4.15 Usulan pelebaran jalan eksisting Sumber : Pribadi

Pada eksisting, jalan lingkungan hanya bisa dilalui oleh motor dan becak, dikarenakan jalan yang masih berbatuan dan kecil. Sedangkan Jalan dari raya bandara menuju site bisa dilalui oleh 2 motor tetapi dengan kondisi jalan yang sama. Dengan usulan pelebaran jalan, akses menuju sekolah akan lebih mudah dan nyaman.


(20)

4.1.5.4 Kondisi Jalur Pedestrian

Gambar 4.17 Jalur Pedestrian


(21)

4.1.6 Analisa Kebisingan

Site berada di Jl. Lingkungan dengan tingkat kebisingan yang rendah. Hal ini dikarenakan pada eksisting masih merupakan kebun jagung dan lahan kosong yang luas.

Gambar 4.19 Kebisingan pada site Sumber : Olah Data Primer

Pengaruh kebisingan terbagi atas 2, yaitu : -Kebisingan dari dalam site

Kebisingan dari dalam site bisa berupa kendaraan,kegiatan apel, bengkel kerja, maupun kegiatan jungle track

-Kebisingan dari luar site

Kebisingan bisa berupa kendaraan pada persimpangan empat, ataupun kegiatan di dekitar site.

Meskipun pada rencana tata guna lahan yang disusun oleh Pemerintah , dimana kawasan sekitar site akan menjadi kawasan pendidikan dan perumahan.


(22)

Kebisingan yang ditimbulkan masih berada dalam batas normal untuk fungsi sekolah.

Gambar 4.20 Level kebisingan

Gambar 4.21 Solusi Umum untuk Kebisingan

Solusi :

- Ruang Terbuka Hijau didesain di depan bangunan untuk meredam kebisingan

- Penempatan Massa untuk kegiatan utama di tengah lahan atau di belakang -Peletakkan bengkel kerja di bagian dalam site

-Menurunkan leveling workshop untuk meredam kebisingan


(23)

4.1.7 Analisa Prasarana

Gambar 4.22 Tiang Listrik Kayu

Gambar 4.22 Kondisi eksisting Sumber: Survey

- Eksisting

Tiang listrik berada di depan jalan Raya bandara, tetapi di sekitar site belum ada tiang listrik , dan eksisting tinag listrik yang tersedia masih bermaterial kayu seadanya.

- Usulan

Pembangunan prasarana infrastruktur seperti tiang listrik, tiang telepon, lampu jalan dan pipa PDAM pada sekitar site untuk memudahkan penyambungan arus ke dalam


(24)

site.Pembuatan prasarana bawah tanah untuk menekan resiko kecelakaan karena merupakan kawasan bandara dan tidak menghalang pemandangan kota

Gambar 4.23 Instalasi listrik bawah tanah Sumber : Internet

Gambar 4.24 Kondisi usulan

Sarana utilitas berupa air, tiang listrik, lampu jalan dan gas merupakan bagian penting dari bangunan. Oleh karena itu, dibutuhkan jaringan utilitas yang memadai dan tertata untuk mendukung utilitas dalam bangunan.


(25)

4.1.8 Analisa Vegetasi

Gambar 4.25 Vegetasi Eksisting Sumber : Survey

Eksisting

- Vegetasi pada sekitar kawasan didominasi oleh semak belukar dan pohon yang tumbuh liar. Kecuali pohon di samping kiri site yang telah ditanami dengan rapi.

Usulan

- Vegetasi bisa ditanam dengan tujuan untuk mengarahkan sirkulasi ataupun untuk menyaring kebisingan pada jalan. Beberapa dari pohon eksisting dapat dipertahankan untuk kebutuhan desain bangunan


(26)

4.1.9 Analisa View 4.1.9.1 View Ke Dalam

View yang paling cocok dan bisa dinikmati adalah dari persimpangan 4 jalan dengan pemandangan perspektif sekolah.

Gambar 4.26 View ke Dalam Site Sumber : Pribadi

4.1.9.2 View ke luar Eksisting

Site berada di sudut jalan dengan persimpangan 4 menuju jalan bandara. Dengan posisi di hoek, view keluar site bisa dimaksimalkan di area sepanjang jalan.


(27)

Gambar 4. 27 View ke Dalam Site Sumber : Pribadi

4.2 Analisa Fungsi

4.2.1Analisa Kapasitas Sekolah


(28)

Sumber : Peraturan Dirjen Perhubungan Udara 2015

Tabel perumusan di atas mengacu pada wilayah kerja 10 Kantor Otoritas Bandara udara. Dalam hal ini bukan berarti untuk memenuhi kebutuhan Inspektur Navigasi Penerbangan pada Kantor Otoritas Bandar Udara tetapi untuk pemenuhan kebutuhan seluruh Indonesia.

Dari table diatas, SDM perhubungan udara dibagi 2, yaitu SDM yang bekerja di bandara ( Teknik Penerbangan, Keselamatan Penerbangan, dan Manajemen Penerbangan) dan SDM yang bekerja dengan maskapai (Pilot / Penerbang). Oleh karena itu, perhitungan kapasitas taruna per jurusan yang dapat ditampung oleh Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia dilakukan dengan 2 perhitungan, meliputi:

A. SDM yang bekerja di bandara

No Bidang Sekarang Kebutuhan Kekurangan 1 Inspektur

Kelaiakan Udara ( Teknik )

148 418 270

2 Inspektur Navigasi Penerbanga n


(29)

(

Keselamata n)

3 Inspektur Bandar Udara (

Keselamata n )

115 320 205

4 Inspektur Angkutan Udara (

Manajemen )

27 65 38

5 Inspektur Keamanan Penerbanga n ( Manajemen )

151 784 633

Persentase dari kebutuhan SDM per jurusan dapat dihitung dari: (Sekarang) 2015

Teknik : 148 orang = (148/588) x 100% = 25 % Keselamatan : 262 orang = (262/588) x 100% = 45 % Manajemen : 178 orang , = (178/588) x 100% = 30 % Total : 588 orang

Pembulatan persentase per bidang : J. Teknik 25 % J. Keselamatan 45 % J. Manajemen 30 % ( 5 tahun kedepan )

Teknik : 270 orang = ( 270 / 1218 ) x 100% = 20 % Keselamatan : 277 orang = ( 277 / 1218 ) x 100% = 25 % Manajemen : 671 orang = ( 671 / 1218 ) x 100% = 55 % Total : 1218 orang


(30)

J. Teknik 20 % J. Keselamatan 25 % J. Manajemen 55 %

Jadi, dalam satu sekolah tinggi penerbangan seharusnya memiliki kapasitas per bidang berdasarkan persentase di atas, sehingga kebutuhan tenaga kerja lapangan terpenuhi secara seimbang.

Dengan perbandingan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia – Curug yang memiliki 800 taruna/i dan memiliki 4 jurusan, dan sekolah swasta seperti BIFA ( Bali International Flight Academy) yang hanya menerima 2 siswa per angkatan atau dengan total taruna hanya sebanyak 350 taruna/I. Indonesia sangat membutuhkan sekolah negri untuk menampung generasi muda yang berbakat dan memiliki potensi. Selain itu, mengingat sekolah penerbangan merrupakan sekolah yang sangat mahal dan kondisi mayoritas penduduk Indonesia yang secara global tidak mampu bersekolah penerbangan, maka dibutuhkan sekolah negri penerbangan yang disubsidi oleh pemerintah.

Dengan asumsi 500 orang di dalam Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia , maka didapatlah persentase per bidang sebanyak:

Jurusan Persentase Jumlah

Teknik 20 100

orang

Keselamatan 25 125

orang

Manajemen 55 275

orang


(31)

4.2.2Analisa Kegiatan

4.2.2.1 Alur Kegiatan Pengguna Mahasiswa (Taruna/i)

Gambar 4.28 Alur Kegiatan Mahasiswa Sumber : Pribadi

Pengajar

Gambar 4.29 Alur Kegiatan Pengajar (Dosen) Sumber : Pribadi

Pengelola Administrasi


(32)

Pengelola Asrama

Gambar 4.31 Alur Kegiatan Pengelola Asrama Sumber : Pribadi

Kepala Sekolah

Gambar 4.32 Alur Kegiatan Kepala Sekolah Sumber : Pribadi


(33)

(34)

(35)

(36)

4.2.3Diagram Hubngan

 Matrik Hubungan Ruang secara Umum

Gambar 4.33 Matrik Ruang secara Umum Sumber : Pribadi

Matrik Hubungan Ruang Kelompok Fungsi Utama

Gambar 4.34 Matrik Ruang Fungsi Utama Sumber : Pribadi


(37)

Matrik Hubungan Ruang Kelompok Fungsi Penunjang

Gambar 4.35 Matrik Ruang Fasilitas Penunjang Sumber : Pribadi


(38)

4.2.4Program Ruang Tabel 4.3 Program Ruang


(39)

No .

PELAKU KEGIATAN

KEBUTUHAN

RUANGAN STANDAR

SUMB

ER KAPASITAS LUAS

JUMLAH

RUANG TOTAL

PENGELOLA 1 KETUA

SEKOLAH

Ruang kerja 12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1

3800 m²

Ruang tamu 4 m² / unit BSNP 2 org 4 m² 1

Ruang Rapat 1 2 m² / org BSNP 10 org 20 m² 1

2 SEKRETARIS Ruang kerja 12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1

Ruang Arsip 1,4 m² / org BSNP 3 org 5,4 m² 2

3 PEMBANTU KETUA 1

Ruang kerja 12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1

Ruang Rapat 2 2 m² / org BSNP 8 org 16 m² 1

4 PEMBANTU KETUA 2

Ruang kerja

12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1

Ruang Rapat 3

2 m² / org BSNP 8 org 16 m² 1

5 PEMBANTU KETUA 3

Ruang kerja

12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1

6 ADM.

AKADEMIK & TARUNA

Ruang Administrasi

(Subbag Pendidikan) 4 m²/ org

NA 3 org 48 m² 4

Ruang Administrasi (Subbag Tenaga Pen

didikan)

4 m²/ org

NA 3 org 48 m² 4

Ruang Administrasi

4 m²/ org


(40)

(Subbag Kerjasama dan Praktek Kerja N

yata)

Ruang Administrasi (Subbag Ketarunaan

dan Alumni)

4 m²/ org

NA 3 org 48 m² 4

7 ADM. UMUM Ruang Administrasi ( Subbag Progra m dan Pelaporan )

4 m²/ org

NA 3 org 48 m² 4

Ruang Administrasi ( Tata Usaha da n Kepegawaian)

4 m²/ org

NA 3 org 48 m² 4

Ruang Administrasi

( Keuangan ) 4 m²/ org

NA 3 org 48 m² 4

Ruang Administrasi ( Rumah tangga dan hub masyarakat

)

4 m²/ org

NA 3 org 48 m² 4

8 DOSEN Ruang Dosen 4 m² / org NA 34 org 3264 m² 24

Ketua Jurusan Ruang kerja 12 - 15 m² / org BSNP 4 org 16 m² 4

JURUSAN

9 JURUSAN PEN ERBANG

Ruang kelas

1,5 m² / mhsw

BSNP 40 orang @ an gkatan/tahun; 3 angkatan =12

256 m² 4

5238 m²


(41)

0 orang, 4 kel as

Radiotelephony 6,4 m² / ruang RTA 20 orang 128 m² 1 Aircraft Link Simula

tor 42 m² / alat

RTA 6 alat 252 m² 1

10 JURUSAN TEK NIK PENERBA NGAN

Ruang Kelas 1,5 m² / mhsw BSNP 48 orang @ an gkatan/tahun; 3 angkatan = 1 44 orang , 5 ke

las

216 m² 4

Ruang Briefing 1,9 m² /mhsw BSNP 273 m² 1

Gas tubine shop 162 m² RTA 162 m² 1

Workshop & Hangar 1000 m² RTA 1000 m² 1

Hidaulik Lab 162 m² RTA 162 m² 1

Instrument Lab 162 m² RTA 162 m² 1

Sheet Metal Shop 189 m² RTA 189 m² 1

Engine Shop 162 m² RTA 162 m² 1

Ruang Gambar 162 m² RTA 162 m² 2

Lab Fisika 162 m² RTA 162 m² 1

Elektrikal Lab 162 m² RTA 162 m² 1

11 JURUSAN KESELAMATA N

PENERBANGA N

Ruang kelas

1,5 m² / mhsw BSNP ngkatan/tahun;50 orang @ a 3 angkatan = 1 50 orang, 6 kel

as

225 m² 4

Ruang Briefing 1,9 m² /mhsw BSNP 285 m² 1

Junior ATC Radar L

ab 162 m²

RTA 162 m² 1

Senior ATC Radar L

ab 144 m²

RTA 144 m² 1

Teleprint Lab 126 m² RTA 126 m² 1


(42)

12 JURUSAN MANAJEMEN PENERBANGA N

Ruang Kelas

1,5 m² / mhsw

BSNP 30 orang @ an gkatan/tahun; 3 angkatan = 9 0 orang, 3 kela

s

135 m² 4

Ruang Briefing 1,9 m² /mhsw BSNP 171 m² 1

Lab. Bahasa 144 m² RTA 144 m² 2

Lab. Komputer 144 m² RTA 144 m² 2

Toilet pria dan wanit

a 2 m² @ WC

1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W

astafel

NA 6 WC , 4

urinoir , 4 wastafel

26,7 m² 2

PENUNJANG 13 UNIT

PERPUSTAKA AN

Ruang Baca

1,6 m² /org BSNP 150 orang 240 m² 1

6268 m²

Ruang Staff 4 m²/ org NA 2 orang 8 m² 1

Ruang TI 1,2 m² /org NA 50 orang 75 m² 1

14 UNIT

LABORATORI UM

Ruang Staff (3 Jurus

an) 4 m²/ org

NA 3 orang 12 m² 4

Toilet pria & wanita

2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W

astafel

NA 6 WC , 4

urinoir , 4 wastafel


(43)

15 UNIT

WORKSHOP

Ruang Staff (3 Jurus

an) 4 m²/ org

NA 3 orang 12 m² 1

Toilet pria & wanita 2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W

astafel

NA 6 WC , 4

urinoir , 4 wastafel

26,7 m² 1

16 UNIT

KESEHATAN

Klinik

4 m² / unit

BSNP 3 orang + 1 dokter ,1

perawat

7 m² 1

Toilet Klinik 2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W

astafel

NA 3 WC, 2

urinoir, 3 wastafel

15 m² 1

17 UNIT ASRAMA

Kamar tidur

18 m²/kamar

NA 1 unit = 4 org 2304 m² 128

Kamar mandi

32 m²

NA 1 orang 512 m² 16

Lobby 1 m² / org RTA 20 org 20 m² 1

R. Staff 4 m²/ org NA 3 - 5 org 12 m² 1

Gudang 24 m² / 2 lnti BSNP 48 m² 2


(44)

R. berkumpul

2 m² / org

NA 500 orang 400 m² 16

Toilet

2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W

astafel

NA 6 WC , 4

urinoir , 4 wastafel

26,7 m² 2

18 UNIT FASILITAS UMUM

Kantin

1,6 m²/ org NA 500 orang 800 m² 1

Auditorium

1,5 m²/ org NA/BS NP

600 orang 900 m² 1

Toilet Umum 2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W

astafel

NA 3 WC, 2

urinoir, 3 wastafel

15 m² 2

Lobby 1 m² / org NA 50 orang 50 m² 1

19 UNIT

OLAHARAGA

Lapangan Basket 26 m² x 14 m² NA 10 orang 464 m² 1

Lapangan Voli 18 m² x 9 m² NA 12 orang 162 m² 2

Gymnasium

100 m² / unit NA/BS NP

20 orang 100 m² 1

R. Staff 4 m²/ org NA 3 orang 12 m² 1


(45)

20 SECURITY Ruang Security

1,4 m² / org BSNP 2 orang 2,7 m² 1

591.7 m² Ruang CCTV

1,6 m²/org RTA 3 orang 12 m² 1

21 CLEANING SE RVIS

Ruang Peralatan

25 m² /unit NA - 100 m² 1

Tempat Tinggal 9 m² /unit NA 10 orang 45 m² 1

22 UNIT SERVIC E

Ruang Staff

4 m²/ org NA 3 orang 12 m² 1

Ruang Utilitas 420 m² NA - 420 m² 1

PARKIR 23 Dosen dan karya

wan

Ruang Parkir

2 m² NA/BSNP 130 SRP 260 m² -

2210 m²

15 m² NA/BS

NP

130 SRP 1950 m² -

LUAS TOTAL ( m² )

PENGELOLA 3800

JURUSAN 5238

PENUNJANG 6268

SERVIS 591.7

PARKIR 2210

JUMLAH 18107.7

Sirkulasi 15% 2716.1

dibulatkan 20824 m²

RTA = Redraw TA NA = Neufert


(46)

4.3 Analisa Teknologi Bangunan

4.3.1 Analisa Sistem Struktur dan Konstruksi Dasar pertimbangan :

- Secara umum memenuhi persyaratan dasar struktural.

- Bentuk bangunan mampu mendukung ekspresi bentuk yang diinginkan.

- Karakter dan fungsi bangunan mampu mendukung ekspresi bangunan yang ingin ditampilkan sesuai dengan karakter dan fungsi bangunan sebagai bangunan pelayanan rohani.

- Disesuaikan dengan kondisi lingkungan : tahan terhadap pengaruh fisik

- Memperhatikan suasana alami dengan menyesuaikan pada penggunaan bahan-bahan struktur dan bentuk arsitektur yang khas di lingkungan sekitarnya.

- Struktur konstruksi tanggap terhadap kondisi kontur sehingga memberikan keamanan, kenyamanan, minim terhadap pencemaran, dsb.

4.3.1.1 Struktur Pondasi

Factor yang menentukan pemakaian pondasi : - Daya dukung terhadap bangunan berlantai banyak

- Kondisi geologis yaitu daya dukung tanah terhadap bangunan serta kondisi hidrologis dimana ketinggian airnya sesuai dan mendukung

- Cukup kaku menhadapi gaya lateral

- Lebih mudah dan cepat cara pengerjaannya

Alternatif pondasi yang digunakan adalah :

- Pondasi foot plate :untuk menjamin keseimbangan dan efisiensi umumnya berbentuk telapak bujur sangkar, tetapi apabila ruangnya terbatas dapat juga berbentuk empat persegi panjang.


(47)

Gambar 4.36 Pondasi Tiang Pancang Sumber : Internet

- Pondasi Bore Pile : memiliki bentuk seperti tabung yang terdiri dari campuran beton bertulang dengan dimensi diameter tertentu yang dipasang didalam tanah dengan menggunakan metode pengeboran terkini sampai panjang kedalaman dengan tingkat kekerasan daya dukung tanah yang diperlukan untuk suatu konstruksi bangunan.

Gambar 4.37 Pondasi Bore Pile Sumber : Internet

4.3.1.2 Struktur Dinding dan lantai

Elemen dinding yang dipilih adalah struktur rangka dengan rigid frame pada titik-titik kolom, sedangkan untuk system lantai yang digunakan adalah system lantai berusuk dua arah dan balok induk-balok anak


(48)

Metode struktur plat lantai yang dipakai merupakan metode bondek (floordeck )dimana tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya diganti oleh plat bondek. Digunakan bila diinginkan pelaksanaan dalam waktu yang lebih cepat. Struktur lantai menjadi ringan karena betonnya menjadi lebih tipis. Ada dua jenis baja yang digunakan; sheet steel dan cellular steel.

Gambar 4.38 Floor Deck Sumber : Internet

4.3.1.3 Struktur Atap

Struktur atap terdiri dari struktur rangka dan bidang. Pada bangunan sekolah direncanakan menggunakan struktur rangka dengan alasan fleksibilitas dan kemudahan pembuatan. Hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan rangka atap yaitu:

- Kesesuaian dengan iklim

- Kesesuaian dengan bentuk karakter bangunan - Ketahanan terhadap cuaca

Penutup Atap

Ada beberapa jenis material atap yang saat ini banyak digunakan, yaitu sebagai berikut.


(49)

Gambar 4.39 Atap Genteng Beton Sumber : Internet

Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanahtradisional, hanya saja bahan dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar. Bagian luarnya diberi lapisan tipis yang berfungsi sebagai pewarna dan lapisan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan lama, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 hingga 40 tahun.

Atap Dak Beton ( Roof Garden )

Gambar 4.40 Roof Garden Sumber : Internet

Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton. Penerapannya biasanya pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Karena konstruksinya kuat, atap ini dapat digunakan sebagai tempat beraktivitas, misalnya untuk menjemur pakaian dan bercocok tanam

Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan pada bagian cor-nya dan pada saat memasang lapisan waterproof pada bagian atasnya.


(50)

Kuda - kuda berdasarkan bentang kuda-kuda dan jenis bahannya : a. Bentang 3-4 Meter

Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya dari kayu, atau beton bertulang.

Gambar 4.41 Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter

b. Bentang 4-8 Mater

Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang.

Gambar 4.42 Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter

c. Bentang 9-16 Meter

Untuk bentang 9 s.d. 16 meter, bahan dari baja (double angle).

Gambar 4.43 Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter

d. Bentang 20 Meter

Bentang maksimal sekitar 20 m, Bahan dari baja (double angle) dan Kuda-kuda atap sebagai loteng, Bahan dari kayu


(51)

Gambar 4.44 Kuda-Kuda Bentang 20 Meter

e. Kuda-Kuda Baja Profil Siku

Gambar 4. 45 Kuda-Kuda Baja Profil Siku

f. Kuda-Kuda Gabel Profil WF


(52)

Sistem Rangka Ruang

1. Pengertian : yaitu sistem struktur rangka batang yang tersusun secara tiga dimensional (ruang).

2. Fungsional : hampir sama dengan rangka bidang, umumnya digunakan pada struktur atap bentang panjang (sport hall, exhibition hall, stadion, dll).

3. Estetika : dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih kompleks dan atraktif. 4. Konstruksional :

Stabilitas : lebih stabil dibandingkan rangka bidang.

 Kekuatan : kuat menopang beban yang besar karena beban didistribusikan secara merata.

Ketahanan goncangan : tahan terhadap gaya yang sejajar struktur dan tahan terhadap tekuk lateral (gaya tegak lurus terhadap struktur).

 Kemudahan pembuatan : pembuatannya cukup rumit.

Waktu pelaksanaan : cukup panjang / lama.

 Komponen utama : batang (member) dan sambungan (joint).

Bahan / material : struktur ini menggunakan material baja.

 Bentuk dasar : struktur ini memiliki bentuk dasar piramid (tetrahedron), limas / segitiga.

Model / tipe : square on square no offset, cubic prisms, two member lengths, trigonal prisms, octahedron and tetrahedron, one member lengths.

4.3.2 Analisa Sistem Utilitas Bangunan

Pada pembuatan dan pemasangan sistem utilitas bangunan distandarkan dengan kriteria standar bangunan pada umumnya dengan pertimbangan sebagai berikut:

- Mampu memenuhi kebutuhan akan penunjang sebuah bangunan - Efisien dalam jangka panjang

- Hemat biaya dan memenuhi standart yang ada - Berkesinambungan dengan sistem lain


(53)

4.3.2.1 Jaringan Air Bersih

Jaringan Air bersih dibedakan menjadi 2 yaitu: - PAM

- Air Hujan

Skema air sebagai berikut :

Gambar 4.47 Skema Air bersih Sumber : Internet

4.3.2.2 Jaringan Air Kotor Pembuangan air kotor, meliputi: - Air kotor dari dapur

- Air kotor dari lavatory - Faeces dari KM/WC - Air Hujan

Air Hujan dan air kotor dari KM, cucian akan dialirkan ke riol kota melalui talang. Sedangkan air kotor dari WC akan dialirkan ke septick Tank dan masuk ke sumur resapan, lalu nantinya dialirkan ke riol kota

Sistem pembuangannya adalah sebagai berikut:

- Air kotor dari dapur akan diproses dalam water treathment, setelah dinyatakan netral lalu dialirkan ke riol kota

- Air dari lavatoryu dan air hujan akan ditampung dalam bak penampungan lalu dialirkan ke riol kota


(54)

4.3.2.3 Jaringan Listrik

Jaringan listrik adalah suatu sistem penyediaan tenaga listrik dan pengaturan distribusinya untuk melayani seluruh kebutuhan tenaga listrik bagi keperluan penerangan buatan, servis, dan operasional suatu bangunan. Sumber utama energi listrik dari PLN dan generator set (genset) apabila aliran listrik dari PLN terjadi gangguan. Panel-panel kontrol listrik diletakkan pada kontrol ruang panel yang akan mengkoordinasi distribusi listrik pada tiap unit bangunan

Gambar 4.48 Skema Listrik Sumber : Internet

4.3.2.4 Sistem Pengamanan dan Bahaya Kebakaran Dasar pertimbangan :

a. Kesesuaian dengan fungsi bangunan sebagai fasilitas pelayanan pedidikan b. Tata massa bangunan pada tapak

c. Tinggi bangunan pada fasilitas pendidikan ini termasuk kategori low rise building Fasilitas pendidikan ini direncanakan merupakan bangunan bermassa banyak dengan ketinggian maksimal 28 m sehingga jika ada salah satu bangunan yang terbakar, maka isolasi terhadap bangunan lain cukup mudah dilakukan

-Fire Alaram -Sprinkler Gas -Sprinkler Air -Fire Extinguiser -Outdoor Hydrant


(55)

4.3.2.5 Sistem Pembuangan Sampah

Limbah padat yang dihasilkan dari aktifitas yang diwadahi dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu limbah non-organik dan limbah organik.

-Penanganan terhadap sampah dilakukan dengan: -Penempatan kotak sampah

-Penempatan lokasi penampunga sampahsementara pada area sebagai tempat pengumpulan sampah sementara sebelum diangkutke pembuangan sampah kota -Pemisahan antara sampahorganik dan non-organik

4.3.2.6 Sistem pengkondisian Udara Pengkondisian alami

Berupa pemanfaatan udara luar yang masuk ke dalam bangunan dngan cara aliran silang (Cross Ventilation). Pengudaraan alami dapat dipakai untuk ruang utilitas serta ruang-ruang lain yang memungkinkan mendapatkan pencahayaan alami. Pengudaraan Buatan

Difungsikan untuk ruang-ruang tertutup, yang menuntut kondisi udara yang stabil dan faktor keyamanan. Untuk memenuhi kebutuhan penghawaan buatan digunakan beberapa alternative system diantaranya:

- System VRF (Variable Refrigerant flow): digunakan pada ruang administrasi , ruang lab dan ruang serbaguna

Gambar 4.49 Skema AC Sumber : Internet


(56)

- System exhaust fan : digunakan pada toilet dapur dan kantin

- System blower : digunakan pada ruang mechanical dan ruang genset.

4.4Analisa Penerapan Tema

Penerapan Tema Arsitektur Hijau berpedoman pada 6 aspek dari Green Building Council Indonesia, yaitu :

· Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)

· Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC) · Konservasi Air (Water Conservation / WAC)

· Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC)

· Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC) ·Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management /

BEM)

Aspek di atas menjadi dasar untuk membangun Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia menjadi salah satu Green Building di Indonesia dengan beberapa penerapan, yaitu :

1. Memilih lokasi site yang memiliki perencanaan pengembangan sarana dan prasarana serta aksesibilitas komunitas di sekitarnya

2. Penggunaan skylight untuk mengurangi pemakaian energi listrik di pagi dan siang hari pada area koridor

3. Ventilasi silang pada ruang kelas untuk meminimalisasi pemakaian pendingin ruangan

4. Shading / Reflektor pada area administrasi untuk mengurangi panas matahari dan memasukkan cahaya matahari pantulan

5. Pembuatan void pada bangunan untuk mengalirkan udara panas

6. Penyaringan air hujan dan air kotor untuk dipakai kembali untuk beberapa kebutuhan seperti : menyiram tanaman , air cucian dan lain lain

7. Menggunakan material local dan material yang ramah lingkungan seperti baja ringan, bata , aluminium, dan lain sebagainya


(57)

8. Penggunaan sistem BAS (Building Automation System) untuk mengontrol dan meminimalisir penggunaan energy berlebih pada bangunan


(58)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Dasar (Penerapan Tema pada Bangunan)

Konsep Green Architecture ( Arsitektur Hijau ) telah menjadi salah satu topic yang ramai diperbincangkan saat ini, selain karna adanya kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya melestarikan alam, hal ini juga untuk mengehemat sumber daya alam yang tak terbarukan.

Inti dari konsep arsitektur hijau mengarah pada upaya untuk meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat. Konsep arsitektur ini pada dasarnya lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, penggunaan bahan daur ulang dan juga ramah lingkungan. Green architecture diharapkan akan digunakan di masa kini dan masa yang akan dating terutama untuk fasilitas pendidikan dengan standar bangunan minimal 20 tahun dan bangunan sekolah yang akan dipakai dari generasi ke generasi.

5.2 Konsep Perancangan Tapak 5.2.1 Konsep Pencapaian Tapak

Gambar 5.1 Lokasi Tapak Sumber : Pribadi


(59)

Sesuai dengan konsep Aerotropolis, fungsi sekolah terletak tidak jauh dari bandara Kualanamu untuk memudahkan pelatihan ataupun OJT. Selain itu, letak sekolah juga tidak berada pada jalan utama melainkan pada jalan sekunder dengan pertimbangan polusi suara yang akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Lokasi Perancangan dapat diakses dari Jl. Raya Bandara dan menuju Jl. Lingkungan 1. Entrance Mobil, drop off dan Entrance untuk pedestrian yang langsung menuju entrance utama sekolah dapat diakses dari Jl. Lingkungan 1, sedangkan jalur masuk servis diakses dari Jl. Lingkungan II dan keluar menuju Jl. Lingkungan

Gambar 5.2 Konsep Pencapaian Tapak Sumber : Pribadi

5.2.2 Konsep Perancangan Tata Luar

Konsep perancangan tata luar didasari oleh penzoningan berdasarkan sifat dan aktivitas ruang Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia.


(60)

Gambar 5.3 Penzoningan berdasarkan sifat dan aktivitas ruang Sumber : Pribadi

Gambar 5.4 Konsep Perancangan Tata Luar Sumber : Pribadi

Tapak terletak di simpang jalan dan memiliki view dari 2 jalan secara langsung. Dengan begitu, Area sekolah dan area auditorium diletakkan dekat dengan jalan utama tetapi difilter dengan adanya parkiran dan entrance pedestrian. Area parker mobil dan motor berada di depan sekolah dan di samping auditorium untuk memudahkan akses dari pengendara baik tamu, dosen maupun pegawai.Entrance


(61)

pedestrian diletakkan di simpang jalan yang langsung menuju lobby sekolah yang juga bisa terhubung sampai asrama.

5.2.3 Konsep Peletakkan dan Gubahan Massa

Dari sifat dan aktivitas ruang Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia, maka dibagi menjadi 4 massa, yaitu Sekolah, Auditorium, Musholla, dan Student Union + Asrama. Setiap Massa dihubungkan dengan lapangan hijau di tengah untuk memudahkan akses dan mengarahkan setiap bangunan menghadap ke lapangan sebagai salah satu bentuk sekuritas untuk mengontrol dan jarak pandang yang tak terbatas terhadap view. Selain itu, bangunan servis diletakkan di belakang sekolah dan sejalan dengan jalur servis untuk memudahkan maintenance. Bangunan Asrama diletakkan di sisi belakang timur untuk mendapatkan matahari pagi secara optimal dan tidak menghalangi view.

Gambar 5.5 Konsep Peletakkan Massa Sumber: Pribadi


(62)

5.2.4 Konsep Sirkulasi Tapak dan Parkir

Sirkulasi tapak Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia dibagai menjadi 2 yaitu sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pedestrian. Sirkulasi kendaraan dibagi menjadi sirkulasi pengguna sekolah, pengunjung auditorium dan sirkulasi servis. Sedangkan pedestrian dibagi menjadi 2 yaitu entrance menuju lobby sekolah dan area pedestrian untuk pengguna sekolah. Jalur pedestrian pada entrance sangat diutamakan, oleh karena itu diletakkan pada simpang jalan untuk memudahkan para pejalan kaki untuk langsung memasuki area sekolah. Selain itu entrance mobil diletakkan 40 m dari entrance pedestrian untuk meminimalisir kemacetan dan efisiensi jalur lalu lintas.

Gambar 5. 6 Sirkulasi Tapak Sumber: Pribadi


(63)

Gambar 5.7 Zona Parkir Sumber : Pribadi

5.2.5 Konsep Utilitas

Sistem Utilitas dibagi 2 yaitu Sistem Elektrikal dan Sistem Plumbing. Letak sistem utilitas berada di belakang sekolah dan memiliki ruang tersendiri. Sistem Elektrikal yang diterapkan pada Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia adalah Sistem terpusat dengan R. Trafo memiliki ruang tersendiri di luar bangunan. Sama halnya dengan Sistem Plumbing pada setiap bangunan memiliki ground watertank sendiri kecuali Auditorium dan Musholla yang memiliki satu groundwatertank karena penggunaan tidak sebanyak sekolah ataupun asrama. Selain itu, Septictank disediakan beberapa titik untuk pembuangan padat kotor, seperti bangunan sekolah memiliki 2 septictank dengan masing-masing septictank melayani 4 lantai kamar mandi.


(64)

Gambar 5.8 Letak Elektrikal padaTapak Sumber : Pribadi

Gambar 5.9 Letak Plumbing pada Tapak Sumber : Pribadi


(65)

5.3 Konsep Perancangan Bangunan 5.3.1 Konsep Sirkulasi

Sirkulasi pada Bangunan Sekolah dibagi 2 yaitu sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertical. Sirkulasi Horizontal berupa Single Load, dimana koridor terbuka dan mendapatkan cahaya matahari secara langsung serta sirkulasi yang jelas dengan adanya sudut pandang yang lebih luas. Setiap lantai koridor menghadap Hall / R.duduk di tengah bangunan.

Gambar 5.10 Sirkulasi Horizontal Sumber : Pribadi

Sirkulasi Vertikal pada bangunan sekolah terdiri dari :

- Lift pada bagian lobby untuk pengunjung, administrasi dan ketua sekolah - Tangga pada lobby untuk pengunjung dan alternative sirkulasi untuk pegawai

ataupun administrasi

- Tangga pada hangar untuk taruna/i, pelatih, dosen, pengelola hangar - Tangga pada area r. kelas untuk taruna/i, dosen dan pegawai

- Lift barang pada hangar untuk mengangkut barang dari gudang dan kemudian diangkut ke laboratorium atau ruang kelas.


(66)

Gambar 5.11 Sirkulasi Vertikal Sumber : Pribadi

5.3.2 Konsep Perancangan Tata Ruang

Konsep Tata Ruang pada bangunan Sekolah dibagi menjadi 4 berdasarkan fungsi dan pelaku, yaitu Area Administrasi, Area Hanggar, Area Laboratorium, Area Servis, Area R. Kelas dan Hall berkumpul dan berdiskusi untuk taruna/i ketika tidak memiliki jadwal kelas.

Gambar 5.12 Konsep Perancangan Tata Ruang Tangga pada Hanggar

Tangga pada area R. kelas

Tangga pada Hanggar

Tangga pada Lobby


(67)

5.3.3 Konsep Bentuk dan Estetika Bangunan

Konsep bentuk bangunan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia mengambil konsep “Form follow Function” dimana bentuk mengikuti fungsi yang ada. Oleh karena itu, bentuk Sekolah yang berupa persegi massif dengan coakan di tengah berasal dari pertimbangan akses yang nyaman dengan jarak pandang yang terbuka dan lebih luas. Kemudian memasukkan cahaya matahari sebanyak mungkin dengan menyaring panas matahari dengan beberapa solusi seperti peletakkan pohon pada hall untuk mengurangi panas terhadap taruna/I dan dosen yang duduk. Koridor single load yang terbuka dan difilter dengan tanaman Lee Kwan Yew yang berfungsi seperti tritisan dan membawa suasana lebih nyaman dan hijau.

Bangunan sekolah juga memperhatikan arah matahari seperti pada arah timur dan barat diberi kisi-kisi untuk mengeluarkan udara panas dan diberi tritisan untuk mereduksi paparan matahari langsung.

Gambar 5.13 Konsep Bentuk dan Estetika Bangunan Sumber : pribadi

5.4 Konsep Perancangan Struktur Bangunan

Dasar Struktur Bangunan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia menggunakan baja WF dengan pertimbangan dapat bertahan lebih lama dan low maintenance. Selain itu, dalam mengusung tema Arsitektur Hijau, dimana “Hijau” tidak hanya ditinjau dari material tetapi lama pengerjaan, konstruksi baja berupa fabrikasi dan minim


(68)

akan kesalahan dan tidak perlu bergantung pada cuaca yang tidak menentu. Selain itu, Konstruksi hangar berupa Space frame arch dengan bentang 30 m dan ketinggian 10 m.

Gambar 5.14 Konsep Perancangan Struktur Bangunan Sumber : Pribadi


(69)

BAB VI

GAMBAR PERANCANGAN

6.1 Perspektif Eksterior dan Interior

Gambar 6.1 Perspektif Entrance Utama


(70)

Gambar 6.3 Musholla, Auditorium dan Lapangan Utama

Gambar 6.4 Perspektif Asrama dan Student Union


(71)

Gambar 6.6 Void pada Entrance 2


(72)

6.2 Foto Maket

Gambar 6.8 Aksonometri massa


(73)

Gambar 6.10 Tampak Depan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia

Gambar 6.11 Tampak Hanggar Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia


(74)

Gambar 6.13 View dari Jalan Bandara Kualanamu

Gambar 6.14 View Bangunan Auditorium


(75)

Gambar 6.16 View Musholla dan Auditorium

Gambar 6.17 Tampak Timur (Entrance 2)


(76)

Gambar 6.19 Auditorium


(77)

6.3 Gambar Perancangan

Gambar –gambar yang termasuk dalam gambar perancangan yaitu: Lokasi Perancangan, Tampak dan Potongan Site, Siteplan, Groundplan, Denah, Tampak, Potongan, Rencana Pondasi, Rencana Pembalokan, Rencana Utilitas Ground, Rencana Elektrikal, Rencana Plumbing, Rencana Kebakaran, Rencana AC, Detail Arsitektural, dan Detail Struktural


(78)

(79)

(80)

(81)

(82)

(83)

(84)

(85)

(86)

(87)

(88)

(89)

(90)

(91)

(92)

(93)

(94)

(95)

(96)

(97)

(98)

(99)

(100)

(1)

Gambar 2.57 Analisa site SIEEB ... 93

Gambar 2.58 Bentuk bangunan dan orientasi ... 94

Gambar 2. 59 Skema pengontrolan eksternal ... 95

Gambar 2.60 Double Fasad (DF) ... 95

Gambar 2.61 Double skin fasad (DSF) ... 95

Gambar 2.62 Intergrated Active Fasad ... 96

Gambar 2.63 Light shelf ... 96

Gambar 2.64 Wind – Stack Ventilation ... 97

Gambar 2.65 Ventilasi alami... 97

Gambar 2.66 Konsep Material ... 98

Gambar 2.67 Water Recycling ... 98

Gambar 2.68 Konsep BAS pada bangunan ... 100

Gambar 4.1 Lokasi Site………106

Gambar 4.2 Eksisting site ... 108

Gambar 4. 3 Tata Guna Lahan ... 109

Gambar 4.4 Figure Ground kawasan ... 109

Gambar 4.5 Potongan Site... 110

Gambar 4.6 Pergerakan matahari ... 111

Gambar 4.7 Pengaruh matahari terhadap massa bangunan ... 111

Gambar 4.8 Analisa Matahari ... 112

Gambar 4.9 Pendekatan arah matahari terhadap bangunan ... 113

Gambar 4.10 Jenis jendela ... 114

Gambar 4.11 Bentukan massa dan atap ... 114

Gambar 4.12 Deskripsi Jalan ... 115

Gambar 4. 13 Peta Pencapaian ... 116

Gambar 4.14 Kondisi jalan sekitar ... 116

Gambar 4.15 Usulan pelebaran jalan eksisting ... 117

Gambar 4.16 Potensi Entrance ... 117

Gambar 4.17 Jalur Pedestrian ... 118

Gambar 4.18 Usulan Jalur Pedestrian ... 118


(2)

Gambar 4.20 Level kebisingan ... 120

Gambar 4.21 Solusi Umum untuk Kebisingan ... 120

Gambar 4.22 Kondisi eksisting ... 121

Gambar 4.23 Instalasi listrik bawah tanah ... 122

Gambar 4.24 Kondisi usulan ... 122

Gambar 4.25 Vegetasi Eksisting ... 123

Gambar 4.26 View ke Dalam Site... 124

Gambar 4.27 View ke Dalam Site... 125

Gambar 4.28 Alur Kegiatan Mahasiswa ... 129

Gambar 4.29 Alur Kegiatan Pengajar (Dosen) ... 129

Gambar 4.30 Alur Kegiatan Pengelola Administrasi ... 129

Gambar 4.31 Alur Kegiatan Pengelola Asrama ... 130

Gambar 4.32 Alur Kegiatan Kepala Sekolah ... 130

Gambar 4.33 Matrik Ruang secara Umum ... 134

Gambar 4.34 Matrik Ruang Fungsi Utama ... 134

Gambar 4.35 Matrik Ruang Fasilitas Penunjang ... 135

Gambar 4.36 Pondasi Tiang Pancang ... 145

Gambar 4.37 Pondasi Bore Pile ... 145

Gambar 4.38 Floor Deck ... 146

Gambar 4.39 Atap Genteng Beton ... 147

Gambar 4.40 Roof Garden ... 147

Gambar 4.41 Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter ... 148

Gambar 4.42 Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter ... 148

Gambar 4.43 Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter ... 148

Gambar 4.44 Kuda-Kuda Bentang 20 Meter ... 149

Gambar 4.45 Kuda-Kuda Baja Profil Siku ... 149

Gambar 4.46 Kuda-Kuda Gabel Profil WF ... 149

Gambar 4.47 Skema Air bersih ... 151

Gambar 4.48 Skema Listrik ... 152

Gambar 4.49 Skema AC ... 153


(3)

Gambar 5.2 Konsep Pencapaian Tapak ... 157

Gambar 5.3 Penzoningan berdasarkan sifat dan aktivitas ruang... 158

Gambar 5.4 Konsep Perancangan Tata Luar... 158

Gambar 5.5 Konsep Peletakkan Massa ... 159

Gambar 5. 6 Sirkulasi Tapak ... 160

Gambar 5.7 Zona Parkir ... 161

Gambar 5.8 Letak Elektrikal padaTapak ... 162

Gambar 5.9 Letak Plumbing pada Tapak ... 162

Gambar 5.10 Sirkulasi Horizontal... 163

Gambar 5.11 Sirkulasi Vertikal... 164

Gambar 5.12 Konsep Perancangan Tata Ruang ... 164

Gambar 5.13 Konsep Bentuk dan Estetika Bangunan ... 165

Gambar 5.14 Konsep Perancangan Struktur Bangunan ... 166

Gambar 6.1 Perspektif Entrance Utama………167

Gambar 6.2 Auditorium ... 167

Gambar 6.3 Musholla, Auditorium dan Lapangan Utama ... 168

Gambar 6.4 Perspektif Asrama dan Student Union ... 168

Gambar 6.5 Lobby Sekolah... 168

Gambar 6.6 Void pada Entrance 2 ... 169

Gambar 6.7 Perspektif Hall Sekolah ... 169

Gambar 6.8 Aksonometri massa ... 170

Gambar 6.9 Pintu Masuk Pedestrian ... 170

Gambar 6.10 Tampak Depan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia ... 171

Gambar 6.11 Tampak Hanggar Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia ... 171

Gambar 6.12 Tampak belakang Sekolah ... 171

Gambar 6.13 View dari Jalan Bandara Kualanamu ... 172

Gambar 6.14 View Bangunan Auditorium ... 172

Gambar 6.15 Hall Sekolah ... 172

Gambar 6.16 View Musholla dan Auditorium ... 173

Gambar 6.17 Tampak Timur (Entrance 2) ... 173


(4)

Gambar 6.19 Auditorium ... 174

Gambar 6.20 View site Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia ... 174

Gambar 6.21 Lokasi Perancangan………175

Gambar 6.22 Siteplan………...176

Gambar 6.23 Groundplan……….177

Gambar 6.24 Denah lantai 2 (Sekolah)………178

Gambar 6.25 Denah lantai 3 (Sekolah)………179

Gambar 6.26 Denah lantai 4 (Sekolah)………180

Gambar 6.27 Denah lantai atap (Sekolah)………181

Gambar 6.28 Tampak 1………182

Gambar 6.29 Tampak 2………183

Gambar 6.30 Potongan……….184

Gambar 6.31 Rencana Pondasi ………185

Gambar 6.32 Rencana Pembalokan 2………...186

Gambar 6.33 Rencana Pembalokan 3………..187

Gambar 6.34 Rencana Pembalokan 4………..……188

Gambar 6.35 Rencana Pembalokan Atap………189

Gambar 6.36 Rencana Elektrikal Ground………190

Gambar 6.37 Rencana Elektrikal lantai 2……….191

Gambar 6.38 Rencana Elektrikal lantai 3……….192

Gambar 6.39 Rencana Elektrikal lantai 4……….193

Gambar 6.40 Rencana Plumbing Ground ………194

Gambar 6.41 Rencana Plumbing lantai 2……….……195

Gambar 6.42 Rencana Plumbing lantai 3……….196

Gambar 6.43 Rencana Plumbing lantai 4……….197

Gambar 6.44 Rencana Plumbing lantai Atap………198

Gambar 6.45 Rencana Sprinkle lantai 2………199

Gambar 6.46 Rencana Sprinkle lantai 3………200

Gambar 6.47 Rencana Sprinkle lantai 4………201

Gambar 6.48 Rencana Alarm lantai 2….………..……202


(5)

Gambar 6.50 Rencana Alarm lantai 4………..204

Gambar 6.51 Rencana AC lantai 2 ………..205

Gambar 6.52 Rencana AC lantai 3………206

Gambar 6.53 Rencana AC lantai 4………207

Gambar 6.54 Rencana AC lantai Atap………..208

Gambar 6.55 Denah Auditorium ……….209

Gambar 6.56 Tampak 1………210

Gambar 6.57 Tampak 2………211

Gambar 6.58 Potongan ……….212

Gambar 6.59 Rencana Pondasi Auditorium ………213

Gambar 6.60 Rencana Elektrikal ………214

Gambar 6.61 Denah,Tampak, Potongan Musholla………...215

Gambar 6.62 Rencana Pondasi, Pembalokan dan Utilitas Musholla………216

Gambar 6.63 Denah lantai 1 (Asrama) ………217

Gambar 6.64 Denah lantai 2 (Asrama) ……….218

Gambar 6.65 Denah lantai 3 (Asrama) ………219

Gambar 6.66 Denah lantai 4-8 (Asrama) ……….220

Gambar 6.67 Tampak Asrama 1………...221

Gambar 6.68 Tampak Asrama 2………...222

Gambar 6.69 Potongan ………223

Gambar 6.70 Rencana Pondasi ………224

Gambar 6.71 Rencana Pembalokan lantai 2……….225

Gambar 6.72 Rencana Pembalokan lantai 3……….226

Gambar 6.73 Rencana Pembalokan lantai 4-8 ………227

Gambar 6.74 Rencana Elektrikal lantai 1 ………228

Gambar 6.75 Rencana Elektrikal lantai 2……….229

Gambar 6.76 Rencana Elektrikal lantai 3……….230

Gambar 6.77 Rencana Elektrikal lantai 4-8……….231

Gambar 6.78 Rencana Sprinkle lantai 1 ………..232

Gambar 6.79 Rencana Sprinkle lantai 2………233


(6)

Gambar 6.81 Rencana Sprinkle lantai 4-8 ………235

Gambar 6.82 Rencana Kebakaran lantai 1………236

Gambar 6.83 Rencana Kebakaran lantai 2………237

Gambar 6.84 Rencana Kebakaran lantai 3………238

Gambar 6.85 Rencana Kebakaran lantai 4-8………239

Gambar 6.86 Detail Arsitektural ………..240

Gambar 6.87 Detail Struktural ……….241