Penerapan Green Building dalam fasilitas pendidikan

80 - Profesional bidang jasa konstruksi - Institusi pendidikan dan penelitian Lembaga ini merupakan Emerging Member dari World Green Building Council WGBC yang berpusat di Toronto, Kanada Salah satu program lembaga ini adalah menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut GREENSHIP. Melalui lembaga ini pemerintah menyatakan dukungannya untuk menyehatkan kembali kondisi gedung-gedung di perkotaan dari penyakit SBS sick building syndrome Harapan kedepan dari sistem GREENSHIP adalah, seluruh bangunan- bangunan di kota besar di Indonesia sudah bebas dari SBS dengan bukti kepemilikan sertifikat Greenship. Bangunan-bangunan pemerintah khususnya pada daerah DKI Jakarta, sudah mulai menggalakkan “Memenuhi Persyaraatan GreenShip” sertifikat ini dengan harapan ditiru oleh seluruh provinsi di Indonesia

2.5.2.2 Penerapan Green Building dalam fasilitas pendidikan

Energi sekunder yang dibutuhkan dalam pembangunan khususnya di negara berkembang berasal dari konversi energi primer yang tidak terbarukan, seperti minyak bumi dan batu bara. Liebard dan Herde 2004 mengemukakan bahwa di negara berkembang pada tahun 1990 populasinya mencapai 70 dari penduduk dunia, dan diprediksi pada tahun 2050 populasinya mencapai 85 penduduk dunia. Padahal konsumsi energi primer di Negara berkembang yang berasal dari bahan bakar fosil dan tidak terbarukan mencapai 75 dari konsumsi energi dunia. Selanjutnya Liebard juga mengemukakan bahwa konsumsi energi di dunia arsitektur penyerapannya mencapai 40 dari konsumsi energi global. Hal ini menunjukkan bahwa dunia arsitektur memberikan kontribusi terjadinya isu global yang sangat signifikan. Penjelasan dapat ditelusuri dari perkembangan dunia arsitektur dan energi dalam perspektif historis. Perspektif historis yang pada akhirnya muncul langgam-langgam arsitektur seperti arsitektur hemat energi, arsitektur surya, eco-arsitektur, bio-klimatik arsitektur, sebenarnya merupakan Universitas Sumatera Utara 81 tindakan moral para arsitek dalam karya-karyanya yang ekologis berkelanjutan untuk menghindari isu global yang terus terjadi. Green Building saat ini menjadi isu yang sangat penting mengingat pembangunan di Indonesia yang semakin pesat dan kebutuhan akan energi yang terus meningkat. Green Building juga merupakan salah satu komponen dalam mendukung pembangunan rendah karbon yakni melalui kebijakan dan program peningkatan efisiensi energi, air dan material bangunan serta peningkatan penggunaan teknologi rendah karbon Yuwono, 2012. Penerapan Green Building bukan saja memberikan manfaat secara ekologis, tetapi juga bernilai ekonomis, karena dapat menurunkan biaya operasional dan perawatan gedung. Seiring dengan perkembangan Green Building di Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan. Peraturan ini mempertegas peraturan sebelumnya yang telah dikeluarkan pemerintah dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Tujuan utama pelaksanaan Green Building yaitu sebagai bentuk pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dan aspek penting dalam penanganan dampak perubahan iklim. Konsep Green Building bukan hanya diterapkan untuk bangunan besar seperti gedung-gedung perkantoran dan sejenisnya, tetapi juga sudah diterapkan mulai dari bangunan rumah tinggal dan fasilitas umum lainnya, termasuk fasilitas pendidikan. Green Building merupakan bagian dari penerapan Green Campus. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, pelaksanaan Green Campus sudah mulai diterapkan di berbagai Institusi pendidikan. Sebuah penelitian di Shenyang University, China, menyebutkan bahwa melalui usaha Green University yang diterapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam hal ekonomi, lingkungan dan manfaat sosial. Diantara manfaat yang diperoleh yaitu lebih efisien dalam penggunaan energi dan material, mengurangi biaya lingkungan, mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi limbah padat dan cair, menghindari material Universitas Sumatera Utara 82 berbahaya, meningkatkan kepedulian lingkungan, serta meningkatkan pencitraan hijau “green image”. Geng et al, 2012 2.5.2.3 Arsitektur Hijau Green Architecture Pengertian dari tema “ green arsitektur “ terdiri dari 2 kata yaitu: - Green Menurut kamus Cambridge Advabced Learner Cambrigde, 2003, green adalah sebuah warna yang terdapat di anatara atau terjadi akibat perpaduan dari warna biru dan warna kuning, selain itu kata green juga dapat berarti kata yang menunjukkan warna dari rumput. Tetapi Green disini tidak diartikan sebagai lingkungan terbangun yang serba hijau, tapilebih menekankan kepada keselarasan dengan lingkungan global, yaitu udara, air,tanah dan api. - Arsitektur Menurut kamus Cambridge Advabced Learner Cambrigde, 2003, arsitektur adalah sebuah seni dan ilmu untuk merancang dan membuat bangunan. Selain itu kata arsitektur juga dapat berarti gaya rancangan dalam membuat sebuah bangunan. Untuk menentukan apakah sebuah bangunan merupakan bangunan green arsitektur atau bukan, maka kita dapat menentukannya melalui ciri-cirinya. Ciri-ciri dari green arsitektur adalah : - Peka terhadap lingkungan - Konservasi energy mengkonsumsi energy seminim mungkin - Mengusahakan pencahayaan alami - Harmonis dengan lingkungan alam dimana bangunan berdiri - Mengusahakan penghawaan alami - Memakai material daur ulang atau material yang ekologis Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas masih terdapat beberapa teori dan pandangan tentang Green arsitektur menurut beberapa pakar yaitu  Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future: 1. Conserving Energy Hemat Energi Universitas Sumatera Utara 83 Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain: - Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik. - Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur- barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal. - Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu. - Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan. - Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya. - Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. - Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin AC dan lift. 2. Working with Climate Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara: Universitas Sumatera Utara 84 - Orientasi bangunan terhadap sinar matahari. - Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan. - Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan. - Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan. 3. Respect for Site Menanggapi keadaan tapak pada bangunan Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut. - Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal. - Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan. 4. Respect for User Memperhatikan pengguna bangunan Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya. 5. Limitting New Resources Meminimalkan Sumber Daya Baru Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya. 6. Holistic Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu Universitas Sumatera Utara 85 secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.  Green Architecture oleh Standar Leadership in Energy and Environmental Design LEED - Penggunaan pengembangan lahan berkelanjutan, jika mungkin, dapat menggunakan material-material dari bangunan yang telah dibangun dan memelihara lingkungan sekitar. Penggunaan roof garden dan penanaman vegetasi di sekitar bangunan dan di dalam site sangat mendukung. - Penggunaan pendaur ulang air kotor air yang telah digunakan dan penginstalasian bangunan yang dapat menampung air hujan. Penggunaan dan penyediaan air perlu dimonotori. - Efisiensi energi dapat ditingkatkan dengan cara yang bermacam-macam, contohnya, pengorientasi bangunan untuk mendapatkan keuntungan penuh dari perubahan musim dalam posisi matahari dan menggunakan alternative energi seperti energy solar dan energy angin - Penggunaan material yang di daur ulang yang tidak memerlukan energy yang banyak untuk membuatnya lagi. Selain itu, dapat juga menggunakan material local yang rendah polusi. - Pengkontrolan air indoor quality menggunakan fitur-fitur seperti pengkontrolan personal space, ventilasi, pengkontrol suhu dan menggunakan material yang tidak mengandung gas beracun Ada 6 enam aspek yang menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian Green Building Council Indonesia, yaitu: · Tepat Guna Lahan Approtiate Site Development ASD · Efisiensi dan Konservasi Energi Energy Efficiency Conservation EEC · Konservasi Air Water Conservation WAC · Sumber dan Siklus Material Material Resource and Cycle MRC · Kualitas Udara Kenyamanan Ruang Indoor Air Health and Comfort IHC Universitas Sumatera Utara 86 · Manajemen Lingkungan Bangunan Building and Environment Management Penerapan aspek Green Building dari segi design bangunan yaitu - Bentuk dan Orientasi Bagunan Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan Umum memiliki bentuk massa bangunan yang tipis, baik secara vertikal maupun horizontal. Sisi tipis di puncak gedung didesain agar mampu menjadi shading bagi sisi bangunan dibawahnya sehingga dapat membuat bagian tersebut menjadi lebih sejuk. Pada desain gedung ini memiliki area opening yang lebih banyak di sisi timur. hal ini dikarenakan cahaya pada sore hari matahari barat lebih bersifat panas dan menyilaukan. - Shading Reflektor Shading light shelf bermanfaat mengurangi panas yang masuk ke dalam gedung namun tetap memasukan cahaya dengan efisien. Dengan light shelf, cahaya yang masuk kedalam bangunan dipantulkan ke ceilin. Panjang shading pada sisi luar light shelfditentukan sehingga sinar matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya. Cahaya yang masuk dan dipantulkan ke ceiling tidak akan menyilaukan namun tetap mampu memberikan cahaya yang cukup. - Sistem Penerangan Sistem penerangan dalam bangunan menggunakan intelegent lighting system yang dikendalikan oleh main control panel sehingga nyala lampu dimatikan secara otomatis oleh motion sensor lux sensor. Dengan begitu, penghematan energy dari penerangan ruang akan mudah dilakukan. - Water Recycling System Water Recycling System berfungsi untuk mengolah air kotor dan air bekas sehingga dapat digunakan kembali untuk keperluan flushing toilet ataupun sistem penyiraman tanaman. Dengan sistem ini, penggunaan air bersih dapat dihemat dan menjadi salah satu aspek penting untuk menunjang konsep green building. Konsep Pembangunan Green Building. Beberapa aspek utama green building antara lain 1. Material Universitas Sumatera Utara 87 Material yang digunakan untuk membangun harus diperoleh dari alam, dan merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan. Daya tahan material bangunan yang layak sebaiknya teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang. 2. Energi Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu, bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi, terutama lampu dan AC. Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka agar mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green building juga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi, serta teknologi energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya. 3. Air Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini akan mendaur ulang air yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet hemat air, dan memasang sistem pemanas air tanpa listrik. 4. Kesehatan Penggunaan bahan-bahan bagunan dan furnitur harus tidak beracun, bebas emisi, rendah atau non-VOC senyawa organik yang mudah menguap, dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan alat-alat pengatur kelembaban udara.

2.5.3 Keterkaitan Tema dengan Judul Proyek