wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah
yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang lebih baik pula
dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur
merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional Bappenas, 2003.
Dampak dari kekurangan infrastruktur serta kualitasnya yang rendah menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja. Sehingga
pada akhirnya banyak perusahaan akan keluar dari bisnis atau membatalkan ekspansinya. Oleh karena itu, infrastruktur sangat berperan dalam proses produksi
dan merupakan prakondisi yang sangat diperlukan untuk menarik akumulasi modal sektor swasta.
2.1.5. Pentingnya Peran Pemerintah dalam Menyediakan Infrastruktur
Dasar
Dalam setiap sistem perekonomian, pemerintah senantiasa mempunyai peranan yang penting. Intervensi pemerintah ini menjadi sangat penting jika
terjadi kegagalan pasar yang menyebabkan mekanisme pasar gagal dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara efisien dalam menghasilkan
barang dan jasa. Oleh karena itu, dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk dapat memperbaiki alokasi sumber-sumber ekonomi sehingga kondisi Pareto
optimum dapat tercapai kembali. Dalam kaitannya dengan penyediaan
infrastruktur dasar, kegagalan pasar disebabkan oleh beberapa hal, yaitu adanya barang publik, eksternalitas, serta monopoli alamiah Mangkoesoebroto, 2000.
1. Barang Publik
Barang publik merupakan jenis barang dan jasa yang yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar dalam perekonomian. Barang publik murni memiliki
dua karakteristik utama, yaitu penggunaannya tidak bersaingan nonrivalry dan tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian nonexcludability. Oleh karena pihak
swasta tidak mau menghasilkan barang publik murni, maka pemerintahlah yang harus menyediakan barang tersebut agar kesejahteraan seluruh masyarakat dapat
ditingkatkan. Ada pula jenis barang publik yang tidak murni impure public goods, yaitu barang yang hanya memiliki salah satu dari karakteristik utama
barang publik murni Mangkoesoebroto, 2000. Barang publik dapat dikecualikan secara ekonomis, akan tetapi biaya
untuk mengecualikan segolongan masyarakat segolongan masyarakat dari manfaat suatu barang sangat besar dibandingkan dengan biaya untuk
menyediakan barang tersebut. Selain itu pada barang publik juga timbul masalah reveal preference. Dalam hal ini, tidak ada seorangpun yang bersedia
mengemukakan nilai kesukaannya terhadap suatu barang publik sehingga sistem pasar gagal menyediakan barang tersebut. Oleh karena itu, teori ini mampu
menjelaskan mengapa jaringan jalan raya sebagai salah satu barang publik semestinya dibangun oleh pemerintah.
2. Eksternalitas
Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Semakin modern suatu perekonomian, maka
semakin besar dan semakin banyak kaitannya dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya
dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem, maka keterkaitan antara berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan
tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai masalah.
Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar tersebut dikenal sebagai eksternalitas. Eksternalitas terjadi
apabila tindakan seseorang mempunyai dampak terhadap orang lain atau segolongan orang tanpa adanya kompensasi apapun sehingga menimbulkan
inefisiensi dalam alokasi faktor-faktor produksi. Ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi dua, yakni eksternalitas positif dan eksternalitas negatif
Mangkoesoebroto, 2000. Eksternalitas positif merupakan dampak yang menguntungkan dari suatu
tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Barangjasa yang menimbulkan
eksternalitas positif diproduksi terlalu sedikit under-supplied, sehingga perlu campur tangan pemerintah agar situasi optimum Pareto dapat tercapai kembali
McTaggart, Findlay, Parkin, 2007. Tergolong dalam kategori ini adalah produkjasa kesehatan atau sanitasi, termasuk air bersih. Sehingga teori ini dapat
menjelaskan mengapa air bersih harus disediakan oleh pemerintah. Pada kasus eksternalitas positif, MEB Marginal External Benefits = 0
sehingga tingkat produksi akan terlalu rendah jika dilihat dari efisiensi seluruh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan tingkat produksi ditentukan pada saat PMC
= MPB, sedangkan bagi seluruh masyarakat tingkat produksi yang efisien terjadi pada saat MSB = MPB + MEB = MSC = PMC + MEC. Dengan asumsi MEC = 0,
maka terlihat bahwa MSB MPB sedangkan MSC = PMC. Selama MSB MSC, produksi seharusnya ditingkatkan sampai MSB = MSC. Adanya eksternalitas
positif menyebabkan kurva MSC di bawah kurva PMC MSC PMC. Perpotongan antara kurva MSC dab MSB terjadi di titik E dan jumlah produksi
yang optimum adalah sebesar OQ
1
yang lebih besar dari OQ yang merupakan
jumlah yang optimal berdasarkan perhitungan secara mikro oleh produsen Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Eksternalitas Positif MPB = Marginal Private Benefits, MSB = Marginal Social Benefits, PMC =
Private Marginal Cost, MSC = Marginal Social Cost Adapun eksternalitas negatif terjadi apabila dampak yang diterima oleh
orang lain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Barangjasa yang menimbulkan eksternalitas negatif diproduksi terlalu banyak misalnya polusi
udara sehingga diperlukan intervensi pemerintah untuk dapat mencapai kondisi optimum Pareto. Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila MSC = MSB, padahal
produsen tidak pernah memperhitungkan MEC dan MEB dalam menentukan
E
Q
1
Q P
P
1
P
Jumlah MPB
MSC PMC
harga dan jumlah barang yang dihasilkannya. Karena itu, produsen akan menentukan harga dan tingkat produksi pada suatu tingkat dimana PMC = MPB
MEC = 0; dan MEB = 0.
Gambar 2.2. Eksternalitas Negatif MSB = Marginal Social Benefits, MEC = Marginal External Benefits, PMC =
Private Marginal Cost, MSC = Marginal Social Cost Apabila dalam melakukan kegiatan produksi timbul suatu eksternalitas
negatif, maka MEC 0 sedangkan MEB = 0. Ini berarti PMC MSC, sehingga ada tingkat produksi akan berada pada tingkat yang lebih besar karena
perhitungan biayanya menjadi terlalu murah dibandingkan dengan biaya yang harus ditanggung oleh seluruh masyarakat. Sehingga pada kasus eksternalitas
negatif MSC = PMC + MEC MSB dan tingkat produksi harus dikurangi agar efisiensi produksi yang ditinjau dari seluruh masyarakat mencapai optimum. Pada
Gambar 2.2. berikut, kurva permintaan menunjukkan manfaat masyarakat MSB atas suatu produksi barangjasa. Tingkat output yang optimum terjadi pada tingkat
produksi sebesar OQ
1
, sedangkan produsen akan cenderung menetapkan tingkat produksi sebesar OQ
2
dimana kurva permintaan MSB memotong kurva PMC,
MEC
MSB Q
2
Q
1
P
2
P
1
P
Jumlah PMC
MSC = PMC+MEC
sehingga tampak bahwa jumlah yang diproduksi terlalu banyak dibandingkan tingkat produksi yang optimum.
3. Monopoli Alamiah
Beberapa jenis barang yang hanya dapat diproduksi oleh satu produsen. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk menghapus monopoli pada produksi
suatu industri, persaingan di antara produsen yang ada akan menyebabkan hanya satu produsen yang mampu bertahan. Jadi, secara alamiah monopoli tersebut
terjadi di masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pasar akan barang tersebut terlalu kecil atau investasi yang dibutuhkan sangat besar sehingga skala ekonomi yang
efisien baru dapat terjadi pada tingkat produksi yang besar. contoh industri yang berada pada kondisi monopoli alamiah adalah industri listrik Mangkoesoebroto,
2000. Industri listrik digolongkan sebagai industri dengan biaya produksi rata-
rata yang selalu menurun dengan semakin banyaknya produk yang dihasilkan dan ditransmisikan. Industri yang demikian mempunyai kurva biaya marginal yang
selalu berada di bawah kurva biaya rata-rata sehingga produk yang dihasilkan harus dalam volume yang sangat besar agar tidak merugi. Akibatnya industri
listrik tidak dapat dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang kecil karena tidak menguntungkan dan sebaiknya diusahakan oleh sebuah perusahaan raksasa dan
bersifat monopoli. Di samping itu, industri pelistrikan termasuk dalam industri yang produknya ditujukan untuk kepentingan umum public utilities sehingga
pemerintah memiliki tanggung jawab utama dalam mengelola dan menyediakan listrik Suparmoko, 2002.
Pada Gambar 2.3. berikut, dapat dilihat bahwa permintaan akan barang X sangat kecil sehingga kurva permintaan memotong kurva biaya rata-rata AR
pada bagian yang menurun. Apabila produsen berproduksi pada tingkat produksi yang oleh masyarakat dianggap efisien, yaitu pada MC = AR, maka produsen
akan menghasilkan OX
1
unit barang dengan harga OP . Akan tetapi pada tingkat
produksi tersebut produsen akan rugi sehingga tingkat produksi OX
1
tidak dapat berlangsung dalam jangka panjang. Apabila barang X merupakan barang yang
penting bagi masyarakat sehingga barang tersebut harus diproduksi sebanyak OX
1
unit, maka tidak ada seorang produsen pun yang bersedia menghasilkannya. Oleh karena itu, pemerintah harus campur tangan yang dapat diwujudkan dalam
beberapa bentuk, antara lain produksi barang tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah.
Gambar 2.3. Industri pada Keadaan Monopoli Alamiah
P P
1
P
3
P
2
X
2
X
1
AR MR
MC AC
Jumlah Harga
2.1.6. Kemiskinan