sebesar 34,77 persen. Sedangkan DKI Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah, yaitu 3,8 persen. Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, 16
di antaranya memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari rata-rata tingkat kemiskinan nasional Gambar 1.3.
Penyediaan layanan publik yang maksimal seharusnya menjadi tujuan dari setiap unit uang yang dibelanjakan oleh pemerintah daerah. Dengan
demikian, diharapkan local government spending akan benar-benar bermanfaat dan menjadi stimulus fiskal bagi perekonomian di daerah dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan suatu daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada Pemerintah Daerah
dalam mengalokasikan belanjanya pada program dan kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat kepentingan publik termasuk pembangunan
infrastruktur, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan mengurangi jumlah penduduk miskin.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kinerja keuangan daerah di Indonesia berdasarkan
indikator penyerapan belanja modal dan proporsi belanja modal? 2.
Bagaimanakah keterkaitan antara kinerja keuangan daerah dan ketersediaan infrastruktur listrik, air bersih, dan jalan di Indonesia?
3. Bagaimanakah keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur dan tingkat
kemiskinan di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kinerja keuangan daerah di Indonesia berdasarkan indikator
penyerapan belanja modal dan proporsi belanja modal. 2.
Menganalisis keterkaitan antara kinerja keuangan daerah dan ketersediaan infrastruktur listrik, air bersih, dan jalan di Indonesia.
3. Menganalisis keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur dan tingkat
kemiskinan di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah-pemerintah
daerah kabupatenkota di Indonesia dalam meningkatkan kinerja keuangan dan pentingnya melaksanakan pembangunan infrastruktur
untuk mengatasi kemiskinan di daerah. 2.
Sebagai wawasan dan pengetahuan mengenai keterkaitan antara kinerja keuangan daerah, infrastruktur, dan kemiskinan di kabupatenkota di
Indonesia. 3.
Sebagai bahan pustaka informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja keuangan daerah, ketersediaan infrastruktur, dan tingkat kemiskinan di kabupatenkota di Indonesia.
Analisis dilakukan terbatas pada 200 kabupatenkota dengan menggunakan metode analisis boxplot dan data panel. Metode boxplot digunakan untuk
menganalisis secara deskriptif kinerja keuangan 200 kabupatenkota di Indonesia periode 2006-2009. Analisis kinerja keuangan daerah hanya dilakukan dari sisi
pengeluaran yaitu dengan pendekatan belanja modal, sehingga dalam penelitian ini tidak dapat dianalisis kinerja keuangan daerah dari sisi penerimaan. Kinerja
keuangan daerah dianalisis berdasarkan penyerapan belanja modal dan proporsi belanja modal dari total belanja daerah. Sedangkan ketersediaan infrastruktur
yang dianalisis terbatas hanya pada infrastruktur listrik, air bersih, dan jalan yang termasuk dalam infrastruktur dasar.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN