Gambar 7 Flow Chart Kegiatan Penanaman Kembali Proyek kegiatan penanaman kembali dalam penelitian ini hanya dilakukan
dari proses penebangan hingga perumpukan. Hal tersebut dikarenakan investasi yang terlalu besar untuk pembelian sebuah alat berat. Sedangkan kegiatan re-
design infrastruktur membuat drainase dan terasering dan penanaman, perusahaan kebun melakukannya sendiri dengan menggunakan alat yang sudah
ada bulldozer dan secara manual tenaga manusia. Oleh karena itu ruang lingkup penelitian ini terdiri dari kegiatan penumbangan hingga perumpukan,
yaitu sebagai berikut :
1. Penumbangan
Penumbangan merupakan kegiatan melepaskan perakaran sawit dari permukaan tanah. Sawit merupakan tanaman dengan akar serabut sehingga cukup
mudah ditumbangkan dengan alat berat. Alat dan mesin yang digunakan yaitu excavator dengan kapasitas 20 ton dilengkapi dengan alat chipping bucket.
Berikut kegiatan penumbangan yang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Kegiatan Penumbangan
2. Pencacahan
Pencacahan merupakan kegiatan membagi batang sawit menjadi beberapa bongkahan batang sawit dengan ketebalan sekitar 15-20 cm. Tujuan dari
pencacahan ini adalah mempermudah serta mempercepat proses pembusukan dekomposisi sehingga biomassa sawit dapat dimanfaatkan kembali menjadi
pupuk bagi tanaman baru. Selain itu, pencacahan juga bermanfaat untuk mencegah datangnya hama seperti kumbang, dimana kumbang akan cepat
menyerang pada batang yang ditumbangkan dalam kondisi utuh. Proses
Penumbangan Pencacahan
Perumpukan Re-design Infastruktur
Penanaman
pencacahan ini cukup mudah dilakukan karena kondisi batang yang masih segar dan basah. Alat dan mesin yang digunakan yaitu excavator dengan kapasitas 20
ton dilengkapi dengan alat chipping bucket. Berikut kegiatan pencacahan yang disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Kegiatan Pencacahan
3. Perumpukan
Perumpukan merupakan kegiatan untuk mendistribusikan hasil cacahan sehingga dapat merata dan teratur. Tujuan dari perumpukan ini adalah
memastikan bahwa hasil dekomposisi biomassa sawit dapat dimanfaatkan secara merata. Alat dan mesin yang digunakan yaitu excavator dengan kapasitas 20 ton
dilengkapi dengan alat chipping bucket. Berikut kegiatan perumpukan yang disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Kegiatan Perumpukan Kegiatan penanaman kembali dengan cara mekanis alat berat adalah
pilihan bagi perusahaan kelapa sawit untuk memperoleh hasil yang optimal dan waktu yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan cara manual chainsaw. Hasil
yang optimal adalah hasil cacahan berupa beberapa bongkahan dengan tebal 15- 20 cm untuk semua bagian sawit mulai dari pelepah hingga tunggul dan
bongkahan tersebut dirumpuk utara-selatan dengan jarak antar rumpukan 12 m.
Untuk waktu dengan cara mekanis, diperoleh untuk satu alat excavator 20 ton mampu mencapai produktivitas 1 ha per hari dengan jam kerja 14 ha.
5.3 Usaha Kontraktor Proyek Kegiatan Penanaman Kembali
Umumnya karena alat berat merupakan investasi yang mahal, perusahaan akan memilih untuk menggunakan jasa kontraktor. Adapun bentuk kerjasama
antara kontraktor dengan perusahaan kebun dapat berupa kontrak luasan ha, kontrak volume pokok sawit, dan kontrak jam. Untuk kontrak luasan dan
volume akan sangat bergantung pada pengalaman kontraktor, karena mereka akan dibayar berdasarkan produktivitas yang diperoleh, sedangkan untuk kontrak jam
merupakan pilihan bagi kegiatan yang tergolong baru, yaitu untuk mempelajari terlebih dahulu proses kerja. Karena penanaman kembali dengan cara mekanis
masih tergolong baru, maka kontrak jam menjadi pilihan dalam penelitian ini. Kontraktor dan perusahaan kebun yang telah bersepakat melakukan
kerjasama memiliki kesepakatan kerja yang tertuang dalam perjanjian kerjasama. Tabel 8 berikut ini menyajikan rincian kerjasama yang berisi hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Hak dan kewajiban tersebut diperoleh dari hasil wawancara di lapangan.
Tabel 8 Kerjasama Antara Kontraktor dan Perusahaan Kebun
5.4 Bisnis Usaha Kontraktor Proyek Kegiatan Penanaman Kembali
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, bisnis usaha kontraktor proyek penanaman kembali menguraikan proses pekerjaan, waktu yang ditargetkan, serta
pihak yang terlibat dalam pekerjaan. Berikut adalah proses bisnis usaha kontraktor proyek penanaman kembali yang ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11 Proses Bisnis Usaha Kegiatan Penanaman Kembali Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa waktu efektif pekerjaan
adalah dari Januari hingga September. Hal ini karena pada akhir tahun Oktober hingga Desember akan dilakukan penanaman. Kegiatan penanaman kembali
dilakukan dalam dua shift yaitu waktu kerja maksimal dalam satu shift adalah sepuluh jam, dan rata-rata tujuh jam, jadi dalam satu hari diperoleh jam kerja 14
jam.
5.5 Analisis Kelayakan Finansial Kontraktor Proyek Kegiatan Penanaman Kembali
Analisis finansial menguraikan 3 hal, yaitu pendapatan inflow, pengeluaran outflow, dan cash flow. Berikut hasil pengamatan di lokasi kerja :
5.5.1 Pendapatan Inflow
Pendapatan berdasarkan dari jumlah jam kerja yang dihasilkan per bulan. Dalam satu hari, rata-rata jam kerja adalah 14 jam, sehingga dengan jumlah hari
kerja 25 hari per bulan akan dihasilkan 350 jam kerja per bulan. Beberapa faktor yang mempengaruhi jam kerja adalah kondisi alat berat, cuaca, dan ketersediaan
bahan bakar. Dalam penelitian ini, harga per jam menjadi variable dengan melihat
kondisi pasar di lokasi kerja. Harga per jam terdiri dari Rp. 200.000 per jam, Rp. 225.000 per jam, dan Rp. 250.000 per jam. Pembagian harga per jam ini
dimaksudkan untuk menjadi pertimbangan kontraktor ketika negosiasi dengan perusahaan kebun, apakah dengan harga minimal sebesar Rp. 200.000 per jam
sudah dapat dijadikan sebagai proyek yang layak. Berikut inflow yang diperoleh