33 kanker yang lebih lanjut. Doksorubisin adalah obat golongan antibiotik sitotoksik,
siklofosfamid dan sisplatin adalah obat golongan alkilator, sedangkan 5- fluorourasil dan metotreksat adalah obat golongan antimetabolit. Paklitaksel dan
dosetaksel merupakan obat-obat golongan taksan yang diindikasikan untuk kanker payudara. Trastuzumab dan rituksimab adalah antibodi monoklonal yang memiliki
selektivitas relatif untuk jaringan tumor dan memiliki toksisitas yang relatif rendah Calabresi dan Chabner, 2003.
Obat-obat sitotoksik sebagai agen kemoterapi diberikan baik secara injeksi intravena maupun secara oral. Obat-obat sitotoksik memiliki efek samping
spesifik pada saluran cerna yaitu mual dan muntah. Masing-masing obat dapat menyebabkan mual-muntah dengan bermacam-macam tipe. Obat-obat tersebut
dapat menginduksi mual-muntah karena merangsang atau memberikan stimulus pada chemoreceptor trigger zone CTZ pada medulla, korteks serebral dan pada
periferal di saluran cerna. Reseptor lain yang berhubungan dengan kejadian mual- muntah adalah dopamin, serotonin, histamin, opioid dan asetilkolin Calabresi dan
Chabner, 2003.
4.4 Penggunaan Obat Penunjang Kemoterapi
Pasien kanker payudara tidak hanya menggunakan obat-obat sitotoksik, tetapi juga menggunakan obat-obat lain yang berguna mengatasi efek samping
akibat kemoterapi, radioterapi, pembedahan, dan juga untuk mempertahankan leukosit dalam batas normal, mengobati infeksi, mengatasi anemia, perdarahan,
memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi, dan lain-lain untuk menunjang kemoterapi. Terapi penunjang sama pentingnya dengan kemoterapi. Sebagai
tambahan, dukungan keluarga dan kerabat juga dapat meringankan beban
34 psikologik pasien. Untuk lebih jelas, obat-obat penunjang kemoterapi yang
banyak digunakan untuk terapi kanker payudara di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2011 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 4.3
Obat-obat penunjang kemoterapi yang banyak digunakan untuk terapi kanker payudara di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada
tahun 2011 – 2012
No. Golongan Obat
Jenis Obat
1 Obat yang bekerja
pada sistem saraf pusat
Antiemetik Antagonis 5-
HT
3
Ondansetron Lain-lain
Deksametason Difenhidramin-HCl
Metoklopramid-HCl Psikofarmaka
Diazepam 2
Obat yang mempengaruhi gizi
dan darah Obat untuk anemia dan
kelainan darah lainnya Asam folat
Vitamin Vitamin B kompleks
3 Obat yang bekerja
pada saluran cerna Antitukak
Antagonis reseptor
H
2
Ranitidin Antidiare
Atapulgit aktif 4
Obat yang bekerja pada saluran
pernapasan Antitusif
Dekstrometorfan-HBr Antihistamin
Difenhidramin-HCl 5
Obat yang bekerja sebagai analgesik
Analgesik opioid Tramadol-HCl
Analgesik non-opioid Parasetamol
6 Obat yang digunakan
untuk penyakit pada sistem
kardiovaskular Antihipertensi
Kaptopril 7
Obat antiinflamasi Kortikosteroid
Metilprednisolon 8
Obat yang digunakan untuk pengobatan
infeksi Antibakteri
Metronidazol Seftriakson
Siprofloksasin
Pada Tabel 4.3 nampak bahwa obat yang digunakan sebagai penunjang
kemoterapi dapat digolongkan menjadi 8 kelas terapi obat. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat adalah obat golongan antiemetik dan psikofarmaka.
Menurut Katzung 2001, ondansetron, antagoris 5-HT
3
, diterima untuk digunakan
35 mencegah mual dan muntah yang berhubungan dengan operasi dan pemberian
kemoterapi kanker. Obat ini digunakan baik secara oral maupun secara injeksi intravena dengan infus yang diberikan sebelum kemoterapi.
Obat jenis metoklopramid-HCl, difenhidramin-HCl dan deksametason biasa digunakan sebagai kombinasi dengan antagonis serotonin untuk mencapai
efek yang optimal. Metoklopramid-HCl yang merupakan suatu obat kolinergik dapat mengatasi mual-muntah secara sentral maupun perifer. Secara sentral, obat
ini akan mempertinggi ambang rangsang chemoreceptor trigger zone CTZ, sedangkan secara perifer obat ini dapat menurunkan kepekaan viseral yang
menghantarkan rangsang aferen dari saluran cerna ke pusat muntah di otak. Deksametason merupakan kortikosteroid yang secara luas digunakan untuk
mengatasi mual-muntah akibat kemoterapi. Penggunaan obat antimual lebih efektif bila diberikan secara kombinasi Damayanti, 2006.
Pada pasien yang mengalami gangguan susah tidur, diberikan obat jenis diazepam yang termasuk dalam golongan obat psikofarmaka. Gangguan susah
tidur ini dapat disebabkan perasaan subjektif yang dirasakan pasien pada saat berada di rumah sakit. Pada sebagian pasien, berada di rumah sakit dapat
menimbulkan perasaan tidak nyaman seperti kecemasan dan kegelisahan. Perasaan gelisah antara lain dapat disebabkan oleh adanya efek samping
kemoterapi seperti mual dan muntah yang mengganggu yang dialami pasien tersebut Damayanti, 2006.
Gangguan keseimbangan nutrisi dapat memperburuk kondisi pasien saat berada di rumah sakit. Selain dari makanan yang sudah disediakan di rumah sakit,
pemberian obat untuk gizi dan darah dapat menunjang kebutuhan pasien pada
36 kasus kanker payudara akan gizi yang diperlukan untuk menjaga kesehatannya.
Obat gizi dan darah diberikan kepada pasien kanker payudara untuk memberi asupan vitamin dan mineral tambahan untuk menjaga organ tubuh agar tetap
berfungsi secara optimal. Obat ini dapat mengatasi gejala kekurangan nutrisi, mengatasi kelelahan dan menambah tenaga pada pasien kanker payudara. Obat
untuk anemia dan kelainan darah lainnya diberikan pada pasien untuk mengatasi gejala kurang darah pada pasien kanker payudara. Terjadinya anemia pada
penderita kanker dapat disebabkan karena aktivasi sistem imun tubuh dan sistem inflamasi. Aktivasi tersebut menghasilkan beberapa sitokin yang merangsang
terjadinya anemia. Selain itu, kanker yang menginvasi sumsum tulang dapat meningkatkan proses fibrosis yang akan mengurangi volume rongga sumsum
tulang sehingga menyebabkan gangguan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang Kar, 2005.
Obat yang bekerja pada saluran cerna digunakan untuk mengatasi keluhan pada saluran cerna yang dialami pasien kanker payudara pascakemoterapi. Obat
golongan antitukak antagonis reseptor H
2
seperti ranitidin dapat membantu mengatasi mual-muntah. Berdasarkan literatur, yaitu Informatorium Obat
Nasional Indonesia 2000, ranitidin dapat menghambat reseptor histamin H
2
sehingga rangsangan mual-muntah tidak dihantarkan atau tidak sampai ke otak. Sel-sel kanker dapat menyebar ke organ lain, salah satunya adalah ke paru-
paru. Penyebaran metastasis pada paru-paru akan mengganggu fungsi normal sel paru-paru sehingga pasien seringkali mengeluhkan adanya penyakit pada paru-
paru, seperti batuk dan keluhan sesak napas. Untuk mengatasi keluhan tersebut, diberikan obat untuk saluran napas bagi pasien kanker payudara yang memiliki
37 penyebaran sel kanker pada paru-paru. Antitusif diberikan kepada pasien yang
mengalami batuk kering untuk menekan batuk ataupun untuk mengurangi frekuensi batuk Damayanti, 2006.
Obat antihistamine H
1
sering digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk mencegah atau mengobati gejala reaksi alergi. Difenhidramin adalah obat
antihistamine yang mempunyai sedikit efek sedatif dan dapat mencegah motion
sickness. Obat-obat hormonal golongan kortikosteroid seperti metilprednisolon
juga diberikan kepada pasien dengan tujuan untuk mengatasi alergi yang diderita oleh pasien Katzung, 2001.
Analgesik diberikan pada pasien untuk mengatasi keluhan nyeri yang dialami pasien. Pasien kanker payudara seringkali mengalami nyeri pada
payudaranya karena desakan sel kanker yang mencapai jaringan di sekitarnya sehingga dapat menstimulasi pusat nyeri di otak. Analgesik golongan non-opioid
diberikan kepada pasien yang mengalami nyeri ringan atau sakit kepala, sedangkan golongan opioid diberikan kepada pasien yang mengalami nyeri berat
yang tidak teratasi dengan penggunaan obat analgesik non-opioid Damayanti, 2006.
Obat-obat untuk penyakit kardiovaskular diberikan kepada pasien kanker payudara yang memiliki riwayat hipertensi. Kaptopril menghambat enzim
pengonversi peptidyl dipeptidase yang menghidrolik angiotensin I ke angiotensin II dan menyebabkan inaktivasi bradykinin. Aktivitas hipotensi kaptopril terjadi
baik dari efek hambatan pada sistem angiotensin renin dan efek stimulasi pada sistem kinin-kallikrein Katzung, 2001.
38 Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi diberikan pada pasien
untuk tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi. Infeksi dapat terjadi pada pasien yang memiliki luka operasi pada payudaranya, yang pernah
dijalaninya, oleh karena itu untuk mencegah adanya infeksi diberikan antiinfeksi. Obat untuk mengobati infeksi juga digunakan untuk mencegah infeksi nosokomial
yang mungkin terjadi. Selain itu, obat untuk mengobati infeksi digunakan sebagai terapi kuratif untuk menyembuhkan infeksi yang diderita pasien Damayanti,
2006.
4.5 Identifikasi DRPs