Klasifikasi DRPs DRPs .1 Definisi DRPs

19 2.4 DRPs 2.4.1 Definisi DRPs DRPs adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan pasien. Suatu kejadian dapat disebut DRPs apabila terdapat dua kondisi, yaitu: a adanya kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien, kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosa penyakit, ketidakmampuan disability yang merupakan efek dari kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultur atau ekonomi; dan b adanya hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat Strand, et al., 1990.

2.4.2 Klasifikasi DRPs

Jenis-jenis DRPs dan penyebabnya menurut Cipolle, et al. 2004 disajikan sebagai berikut: a. Membutuhkan terapi tambahan obat i. Pasien mempunyai kondisi medis baru yang membutuhkan terapi awal pada obat. ii. Pasien mempunyai penyakit kronik yang membutuhkan terapi obat berkesinambungan. iii. Pasien mempunyai kondisi kesehatan yang membutuhkan farmakoterapi kombinasi untuk mencapai efek sinergisme atau potensiasi. iv. Pasien dalam keadaan resiko pengembangan kondisi kesehatan baru yang dapat dicegah dengan penggunaan pencegah penyakit melalui terapi obat danatau tindakan pramedis. 20 b. Terapi obat yang tidak perlu i. Pasien yang sedang mendapatkan pengobatan yang tidak tepat indikasi pada waktu itu. ii. Pasien yang tidak sengaja maupun sengaja menerima sejumlah racun dari obat atau bahan kimia, sehingga menyebabkan rasa sakit pada waktu itu. iii. Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat, alkohol, dan rokok. iv. Kondisi kesehatan pasien lebih baik diobati dengan terapi tanpa obat. v. Pasien yang mendapatkan beberapa obat untuk kondisi yang mana hanya satu terapi obat yang terindikasi. vi. Pasien yang mendapatkan terapi obat yang tidak tepat dihindarkan dari reaksi efek samping yang disebabkan oleh pengobatan lainnya. c. Terapi obat salah i. Pasien menerima obat yang paling tidak efektif untuk indikasi pengobatan. ii. Pasien menjadi sulit disembuhkan dengan terapi obat yang digunakan. iii. Bentuk sediaan obat tidak tepat. d. Dosis terlalu rendah i. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk memberikan respon kepada pasien. ii. Konsentrasi obat dalam darah pasien di bawah batas terapetik yang diharapkan. 21 iii. Selang waktu pemberian obat terlalu jarang sehingga tidak menghasilkan respon yang diinginkan. e. Reaksi obat yang merugikan i. Pasien memperoleh reaksi alergi dalam pengobatan. ii. Ketersediaan obat dapat menyebabkan interaksi dengan obat lain atau makanan pasien. iii. Penggunaan obat menyebabkan terjadinya reaksi yang tidak dikehendaki yang tidak terkait dengan dosis. iv. Penggunaan obat yang kontraindikasi. f. Dosis terlalu tinggi i. Dosis terlalu tinggi untuk memberikan respon kepada pasien. ii. Pasien dengan konsentrasi obat di dalam darah di atas batas teurapetik obat yang diharapkan. iii. Obat, dosis, rute atau perubahan formulasi tidak tepat untuk pasien. iv. Dosis dan frekuensi pemberian tidak tepat untuk pasien. g. Kepatuhan i. Pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang tepat penulisan, pengobatan, pemberian atau pemakaian. ii. Pasien tidak patuh dengan aturan yang diberikan untuk pengobatan. iii. Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena harganya mahal. iv. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan karena kurang mengerti. 22 v. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan karena sudah merasa sehat. 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian