suatu isyarat signal bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Sebaiknya, bagi perusahaan dalam kondisi normal harus
memperhatikan adanya kapasitas cadangan untuk meminjam reserve borrowing capacity. Oleh sebab itu, perusahaan sering kali menggunakan
lebih sedikit hutang daripada yang ditentukan oleh struktur modal yang optimal menurut MM untuk memastikan perusahaan dapat memperoleh
modal hutang jika kelak diperlukan bila muncul peluang investasi yang lebih menguntungkan.
Fama et al. 1983 melalui hasil penelitiannya menambahkan bahwa perusahaan yang mengumumkan kesepakatan hutang dengan bank
memberikan signal informasi yang positif. Hal ini disebabkan karena bankers mengetahui rahasia informasi perusahaan selama proses
peminjaman. Sebaliknya, perusahaan yang mengumumkan pengurangan hutang dari bank memuat informasi insiders yang tidak menguntungkan dari
tindakan bankers. Teori ini mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara
perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan mengobservasi struktur permodalannya untuk
perusahaan yang highly levered. Kelebihan teori ini adalah kemampuan dalam menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga saham sebagai
tanggapan terhadap peningkatan financial leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan hubungan berkebalikan
antara profitabilitas dan leverage. Kelemahan lain adalah tidak dapat dijelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan dan
nilai tangible assets tinggi menggunakan lebih banyak hutang daripada perusahaan yang memiliki nilai intangible assets tinggi. Namun, dalam teori
hal ini diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.
2.4.6 Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961 sedangkan penanaman packing order theory dilakukan oleh Myers pada
tahun 1984 Husnan, 2000. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hieraki sumber dana
yang paling disukai. Menurut Brealey and Myers 2008, secara singkat teori ini menyatakan bahwa:
a. Perusahaan menyukai internal financing pendanaan dari hasil operasi
perusahaan berwujud laba ditahan retained earning. Berdasarkan teori ini perkembangan laba yang diperoleh akan meningkatkan laba
ditahan dan akan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. pecking order theory membedakan ekuitas yang diperoleh dari laba
ditahan dan penerbitan saham baru karena urutan pilihan atau prioritas sumber pendanaan menempatkan laba ditahan pada posisi yang paling
atas, sedangkan penerbitan saham berada pada urutan terbawah. b.
Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak
melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar. Hal ini membawa implikasi bahwa kebijakan dividen lebih relevan dengan
keputusan investasi daripada dengan keputusan pendanaan. Kebijakan manajemen meningkatkan deviden biasanya hanya dilakukan bila
mereka memiliki keyakinan akan data pada masa yang akan datang. c.
Kebijakan dividen yang cendrung bersifat konstan sticky, sehingga dampak fluktuasi profitabilitas terhadap peluang pada aliran kas
internal bisa lebih besar atau lebih kecil dari pengeluaran investasi. d.
Apabila pendanaan dari luar external financing diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih
dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi
convertible bond, saham preferen preffered stock, baru akhirnya apabila masih memerlukan dana, perusahaan akan menerbirkan
common stock external equity. Hal ini terjadi karena adanya transaction cost didalam mendapatkan dana dari pihak eksternal.
Penelitian lebih lanjut kembali dilakukan oleh Stewart C. Myers pada 1992. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa dalam bentuk yang paling
sederhana, pecking order model dalam pendanaan perusahaan menjelaskan bahwa ketika arus kas internal perusahaan tidak cukup untuk mendanai
investasi riil dan dividen, perusahaan akan menerbitkan hutang. Saham tidak akan pernah diterbitkan, kecuali biaya financial distrees perusahaan tinggi.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan yang sangat menguntungkan pada umumnya mempunyai hutang yang lebih sedikit. Hal
ini terjadi bukan karena perusahaan tersebut mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi disebabkan karena perusahaan memang tidak
membutuhkan dana dari pihak eksternal Brealey et al. 2008. Sesuai
dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua jenis modal sendiri yang preferensinya berbeda, yaitu laba ditahan dipilih lebih dahulu
dan penerbitan saham baru dipilih paling akhir setelah penggunaan hutang. Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana
untuk investasi. Perusahaan
–perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak
mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai dibanding menerbitkan ekuitas baru. Kaaro 2003 dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu
mencari sumber pendanaan dari pemodal luar atau pihak eksternal perusahaan. Sumber dana yang dapat diperoleh tanpa mendapatkan sorotan
dan publisitas publik sebagai akibat penerbitan saham baru akan lebih diutamakan oleh perusahaan.
Menurut Husnan 2000, Terdapat dua alasan mengapa dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri, yaitu:
a. Pertimbangan mengenai biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya
emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan memicu timbulnya ketidaksempurnaan informasi yang dapat
menurunkan harga saham. b.
Manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal sehingga akan membuat harga
saham menurun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan
adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal.
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal