Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3. Mempublikasikan laporan keuangan periodik selama periode pengamatan dari tahun 2007 hingga tahun 2011 dengan lengkap. 4. Perusahaan selalu menghasilkan profit atau dengan kata lain tidak mendapatkan laba negatif selama periode pengamatan yaitu tahun 2007 sampai dengan 2011.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara pengambilan data atau informasi dalam suatu penelitian. Data sekunder yang ada dalam penelitian ini diperoleh dengan metode dokumentasi. Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mencari data yang diperlukan yang berupa arsip atau buku yang ada hubungannya dengan struktur modal. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market Electronic Library ICaMEL berbentuk laporan keuangan perusahaan sektor pertambangan pada tahun 2007-2011. Selain itu, juga diperoleh dengan metode studi pustaka yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan mengkaji jurnal-jurnal, buku dan sumber lain yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian.

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data bertujuan untuk mendapatkan informasi relevan yang terkandung di dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah Ghozali, 2009. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model regresi linier sederhana dan berganda. Analisis regresi digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen meliputi ukuran perusahaan SIZE, pertumbuhan aktiva GROWTH, struktur aktiva STR_A, profitabilitas ROA dan pertumbuhan penjualan SALES terhadap struktur modal LDER perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2008 sebagai variabel dependen, baik secara parsial maupun secara simultan. Model yang digunakan adalah : Y = α + β1X1+ β 2 X2 +β 3X3 + β4X4 + β5X5…...…………………………... 7 Keterangan: Y : Long Term Debt to Equity Ratio α : Konstanta β1,2,3,4,5 : Penaksir koefisien regresi X1 : Ukuran Perusahaan X2 : Pertumbuhan Aktiva X3 : Struktur Aktiva X4 : Profitabilitas X5 : Pertumbuhan Penjualan

3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian regresi terlebih dahulu harus dilakukan pengujian asumsi klasik. Analisis regresi linier berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis tersebut. Diharapkan setelah melewati pengujian asumsi klasik dapat diperoleh model-model regresi yang signifikan, representatif dan bisa dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen dalam sebuah model regresi memiliki distrubisi normal atau tidak. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai variabel independen dan variabel dependen mengikuti distribusi normal Ghozali, 2009. Jika asumsi tersebut dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Cara pertama yaitu dengan menggunakan analisis grafik. Sedangkan cara yang ke dua adalah dengan melakukan uji statistik Ghozali, 2009. Analisis grafik merupakan analisis yang sangat mengandalkan kemampuan visual untuk mengartikulasikannya. Dasar untuk pengambilan keputusan dengan analisis grafik adalah: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan jika tidak berhati-hati dalam mengartikulasian hasil visual dari analisis grafik. Oleh sebab itu dianjurkan selain menggunakan uji grafik dilengkapi juga dengan uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas variabel independen dan variabel dependen adalah uji statistik Kolgomorov Smirnov K-S, yaitu : a. Nilai signifikan atau probabilitas taraf signifikansi yang ditetapkan α=0,05, maka data tidak terdistribusi normal. b. Nilai signifikan atau probabilitas taraf signifikansi yang ditetapkan α=0,05, maka data terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel independen dengan variabel independen yang lain. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksiran semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah menjadi semakin besar. Menurut Ghozali 2009 terdapat beberapa cara untuk menemukan hubungan antara variabel X yang satu dengan variabel X yang lainnya terjadinya multikolinearitas, adalah sebagai berikut : a. Besaran VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance. i. Memiliki korelasi antar variabel bebas yang sempurna lebih dari 0,9, maka terjadi problem multikolinearitas. ii. Memiliki nilai VIF lebih dari 10 lebih besar 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 lebih kecil 0,10, maka model terjadi problem multikolinearitas. catatan: Tolerance = 1 VIF atau VIF = 1 Tolerance. b. Besaran korelasi antar variabel independen. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar variable independen haruslah lemah di bawah 0,5. Jika korelasi kuat, maka terjadi problem multikolinearitas. Cara mengatasi apabila terjadi multikolinearitas adalah sebagai berikut: i. Menggabungkan data cross section dan time series polling data. ii. Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang memiliki korelasi tinggi dengan model regresi dan diidentifikasikan dengan variabel lain untuk membantu prediksi. iii. Transformasi variabel dalam bentuk log natural dan bentuk first difference atau delta. iv. Menggunakan model dengan variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi hanya semata –mata untuk memprediksi dengan tidak menginterpretasi koefisien regresi. v. Menggunakan metode analisis yang lebih canggih seperti baynesian regression atau dalam kasus khusus ridge regression.

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota dalam data runtut waktu time series atau antara space untuk data cross section. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain Ghozali, 2009. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena gangguan pada individu atau kelompok cenderung mempengaruhi individu atau kelompok pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Keberadaan autokorelasi yang signifikan menyebabkan penaksiran dari hasil uji statistik menjadi tidak konsisten, meskipun tidak bias. Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dalam data yang dianalisis dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson Test DW test. Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi berdasarkan tabel nilai DW, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 1 dengan jumlah sampel n dan jumlah variabel independen, maka tabel Durbin-Watson akan didapat nilai sebagai berikut : du DW 4-du, apabila du lebih kecil maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa menolak H yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi Ghozali, 2009. Pengambilan keputusan ada tidaknya Autokorelasi ditentukan berdasarkan kriteria berikut Ghozali, 2009: a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound du dan 4- du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound dl, maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif. c. Bila nilai DW lebih besar daripada 4-dl, maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif. d. Bila nilai DW terletak di antara batas atas du dan batas bawah dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap disebut homoskedastisitas. Namun, apabila berbeda maka disebut heterokedastisitas. Salah satu cara untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan analisis grafik scatterplot. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED, dengan residualnya SRESID. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas Ghozali, 2009. Dasar analisis terjadi Heteroskedastisitas adalah Ghozali, 2009 : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali 2009, cara memperbaiki model jika terjadi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut : a. Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model tersebut. b. Melakukan transformasi logaritma.

3.9. Statistik Deskriptif

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 12 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 13

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia m.anas

0 0 109

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia IMG 20151207 0024

0 0 1

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112