diduga dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya, beberapa diantaranya adalah leverage operasi, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi
pinjaman dan lembaga pemeringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan, tingkat bunga, kadar risiko aktiva,
besarnya jumlah modal yang diperlukan, dan keadaan pasar modal.
4.5.2 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa ukuran perusahaan SIZE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur
modal LDER. Hasil pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini didukung penelitian sebelumnya oleh Rajan dan Zingales 1995 dan
Riyanto 2001 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan SIZE berpengaruh negatif terhadap struktur modal LDER.
Riyanto 2001 menyatakan bahwa perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki potensi risiko kebangkrutan yang lebih rendah
dibanding perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki arus kas yang lebih stabil
dan bisnis yang terdiversifikasi sehingga lebih mampu dalam mencukupi kebutuhan pendanaan perusahaan secara internal dan cenderung mengurangi
penggunaan hutang dengan tujuan untuk menekan besarnya biaya modal yang dapat menyebabkan kebangkrutan.
Selain itu, tingkat ketidakpastian dan risiko yang tinggi pada perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan akan memaksa
perusahaan untuk berusaha memenuhi kebutuhan dananya dari sumber dana yang paling aman terlebih dahulu yaitu pendanaan dari internal perusahaan,
seperti laba ditahan. Bagi perusahaan sektor pertambangan dengan risiko operasi yang tinggi, maka pemenuhan kecukupan sumber dana yang
bersumber dari internal perusahaan akan lebih diutamakan untuk mendanai keputusan-keputusan investasi jangka panjang. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk memberikan jaminan terhadap keberlangsungan operasi perusahaan yang sebagian besar ditopang oleh investasi-investasi jangka
panjang serta mampu meminimalkan risiko kebangkrutan bagi perusahaan sektor pertambangan. Penjelasan tersebut didukung oleh pecking order
theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang beresiko tinggi dengan kempampuan finansial yang baik cenderung memiliki kesempatan untuk
memilih menggunakan pendanaan yang bersumber dari internal perusahaan dan mengurangi pendanaan yang beresiko lebih tinggi seperti pendanaan
yang bersumber dari hutang. Alasan lain menyatakan bahwa perusahaan sektor pertambangan yang
memiliki ukuran lebih besar memiliki lebih sedikit fenomena informasi asimetris asymmetric information theory antara perusahaan dan publik.
Hal ini memperkecil kemungkinan terjadinya undervalue oleh publik terhadap saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan sehingga saham baru
tersebut cenderung dihargai dengan harga yang wajar oleh publik. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan untuk berpendapat bahwa pembiayaan
dengan penerbitan saham baru akan lebih menguntungkan dibanding pembiayaan dengan penerbitan surat hutang baru. Mengacu pada agency
theory, perusahaan sektor pertambangan memiliki tingkat risiko dan ketidakpastian yang tinggi sehingga pada umumnya kreditor akan
menetapkan tingkat bunga yang lebih tinggi serta memberikan persyaratan yang membatasi kebijakan keuangan perusahaan dalam memberikan
pinjaman. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh kreditor akibat ketidakpastian. Oleh sebab itu,
sesuai dengan trade off theory, penerbitan surat hutang baru dinilai memiliki biaya yang lebih mahal dibanding penerbitan saham baru. Hasil penelitian
ini didukung oleh hasil penelitian Rajan dan Zingales 1995. Riyanto 2001 juga menyatakan alasannya mengapa ukuran
perusahaan berhubungan negatif terhadap struktur modal. Suatu perusahaan besar yang sahamnya tersebar luas menyebabkan setiap perluasan modal
saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya pengendalian dari pihak yang lebih dominan terhadap perusahaan
yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan kecil di mana sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil maka penambahan jumlah saham akan
mempunyai pengaruh besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol dari pihak pemegang saham pengendali terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Hal ini yang mendorong perusahaan besar lebih berani dalam memilih pendanaan yang bersumber dari penerbitan saham baru.
Selain itu, mengacu pada signaling theory, perusahaan dalam kondisi normal harus memperhatikan adanya kapasitas cadangan untuk meminjam,
sehingga perusahaan sektor pertambangan pada umumnya akan mengurangi penggunaan dana yang bersumber dari hutang. Kapasitas cadangan untuk
meminjam ini ditujukan untuk memastikan perusahaan sektor pertambangan dapat memperoleh modal hutang jika kelak diperlukan ketika muncul
kesempatan investasi baru yang lebih menguntungkan.
4.5.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga