Tata Peletakan Struktur Masjid

37 kayu sebagai pembatas jalan masuk. Adapun penjelasannya keempat bagian tersebut adalah: A. Mihrab Mihrab adalah ruangan kecil yang dikhususkan untuk imam memimpin sholat. Berbentuk lengkung four centred 82 dengan sebuah jendela kecil di tengahnya. Bagian ini letaknya paling depan dan paling barat dari bagian dalam masjid. Bagian luar ruangan mihrab, langsung berhadapan dengan bagian makam yang dibatasi oleh dinding. Bagian makam langsung dapat dilihat dari sebuah jendela yang berada persis di depannya. B. Ruang Shalat Ruangan untuk sholat adalah ruangan utama dalam masjid yang berbentuk bujur sangkar. Ruangan ini dikhususkan untuk sholat laki-laki, I’tikaf maupun mengaji. Ruangan ini berbatasan dengan mihrab, mimbar dan pawestren. Di ruangan ini pembatas-pembatasnya ke bagian serambi berupa dinding, pintu dan teralis kayu. C. Mimbar Bagian ini terletak agak ke sebelah kanan utara. Sebuah ruangan kecil yang sangat khusus di bagian dalam masjid, untuk khatib menyampaikan khutbah. Selain itu juga digunakan untuk para penceramah yang memberikan tausiyah jika ada perayaan hari-hari besar Islam yang diselenggarakan oleh pengurus masjid. Mimbar ini dilengkapi dengan sebuah tongkat yang dipakai khatib ketika memberikan khotbah. Ornamen pada mimbar ini terdapat pada bagian pegangan 82 Four centred adalah bentuk lengkung yang memiliki sudut semu pada kedua sisinya. 38 2. Bagian Luar Bagian tambahan adalah bagian dimana aktifitas di dalamnya tidak berkaitan langsung dengan aktifitas ibadah. Bagian tambahan masih termasuk dalam lingkungan masjid, tetapi bukan tempat bagian utama dari inti aktifitas masjid, oleh karena itu dapat dinyatakan sifatnya hanya pelengkap tambahan. Bagian tambahan masijid adalah bagian di luar bangunan utama masjid, yaitu serambi, kolam, jembatan penyeberangan, halaman dan makam. Bagian tambahan ini di beberapa masjid kuno di Jawa, dapat diamati pada umumnya hampir selalu ada, yaitu kolam, jembatan penyeberangan, halaman dan makam. Namun di beberapa masjid, tidak ditemukan bagian tambahan berupa makam, seperti contohnya di masjid agung Kraton Yogyakarta dan Surakarta, karena para raja pewaris Mataram dan keluarganya, telah mempunyai tempat pemakaman sendiri, yaitu tempat pemakaman keluarga raja Mataram di Pajimatan Imogiri. Adapun penjelasan bagian tambahan masjid, yaitu: A. Serambi Bagian serambi adalah bagian yang terletak di antara bagian luar dan bagian dalam masjid, yang setengah meter lebih rendah dari ruang utama. Di serambi ini diletakkan beduk yang masih asli termasuk tempat untuk menggantungkannya. Adapun pembagian serambi terdiri dari tiga bagian, yaitu serambi bagian utara dan selatan, serambi bagian timur serta pawestren. Di sekeliling serambi terdapat selasar yang letaknya lebih rendah dari lantai serambi. Selasar tersebut dibatasi dengan pagar kayu yang berukuran setengah meter. Sedangkan batas bagian serambi dengan bagian dalam, dapat 39 dilihat dengan adanya pintu masuk dengan melalui beberapa anak tangga. Tiap bagian serambi mempunyai bagunan atapnya sendiri. Kedua bagian tersebut semuanya tertutup bangunan yang beratap limasan, kecuali bangunan serambi di bagian timur, beratap limasan lawakan. Penjelasan untuk kedua bagian serambi yaitu: 1. Serambi Bagian Timur Serambi bagian timur terdiri dari dua tingkatan, dengan perbedaan ukuran dan ketinggian di setiap tingkatan. Penjelasan ukuran lebih detail pada bagian ini dapat dilihat di bab ini pada poin B. Serambi bagian timur terhubung melalui jembatan penyeberangan utama dengan bagian halaman. Sedangkan di bagian utara dan selatan, terhubung melalui jembatan penyeberangan dengan bagian halaman. 2. Serambi Bagian Utara dan Selatan Serambi bagian utara dan selatan, hanya terdiri dari satu tingkat saja. Bagian serambi utara dan selatan yang terhubung dengan serambi bagian timur, tingkatan lantai yang pertama, sebab lantainya sejajar. Untuk mencapai tingkatan yang kedua dari serambi bagian timur, harus melalui beberapa anak tangga lagi, karena terdapat perbedaan tinggi lantai. Bagian serambi utara dan selatan, dapat langsung berhubungan dengan bagian dalam masjid, karena tidak dibatasi oleh pintu. Sedangkan untuk mencapai bagian dalam masjid tersebut, jamaah harus menaiki beberapa anak tangga. Untuk mencapai serambi utara dan selatan dari bagian halaman, dapat dicapai melalui jalan lewat kolam atau jalan lewat jembatan penyeberangan. 40 3. Pawestren Bagian pawestren terletak agak di sebelah kanan di dalam masjid. Bagian ini dibatasi oleh sebuah sekat dari dinding dan teralis kayu. Pawestren dikhususkan untuk kaum wanita. Untuk masuk ke bagian ini dari luar, dapat dicapai melalui serambi bagian utara. Sedangkan untuk mencapai bagian ini dari dalam masjid, terdapat sebuah jalan tanpa pintu. B. Kolam Kolam air yang dibangun di Masjid Pathok Negoro Plosokuning dibuat mengitari bagian utara, timur dan selatan masjid. Pada bagian ini, ada tiga buah ruangan jalan untuk menyeberang tanpa harus melalui kolam air, yang terletak di bagian timur, utara dan selatan. Batas-batas bagian kolam air dengan bagian halaman dan bagian serambi, dibatasi oleh pagar yang mengelilingi kolam. Air yang terdapat dikolam dahulu berasal dari Sungai Gajahwong, yang berada dekat dengan masjid, namun seiring perubahan zaman dan berkembangnya pemukiman warga sekitar masjid, aliran sungai Gajahwong sudah tidak bisa lagi mengisi kolam yang ada di Masjid Pathok Negoro Plosokuning, dan sebagai gantinya air yang mengisi kolam berasal dari tempat wudhu dan air hujan disaat musim hujan datang. C. Jembatan Penyeberangan Pada bagian utara dan selatan Masjid Pathoknegoro Plosokuning, dibangun ruangan jalan jembatan penyeberangan khusus bagi pejabat tingkat bawah, seperti lurah, wedana camat, carik juru tulis dan penghulu 41 masjid selain Masjid Agung Kraton yang ingin masuk ke dalam masjid. Pada bagian timur, terdapat juga sebuah jembatan penyeberangan, yang khusus diperuntukkan untuk pejabat tinggi Kraton Yogyakarta seperti bupati, patih, sultan beserta keluarganya maupun utusan khususnya. 83 D. Halaman Halaman masjid hanya berupa tempat lapang yang agak luas, yang mengelilingi bagian utama masjid. Bagian halaman lebih menjorok ke bagian timur, sedangkan ke bagian barat halaman di bagian utara dan selatan dari bagian utama masjid, sisa halamannya tidak begitu luas. Pada bagian luar lingkungan masjid terdapat rumah induk untuk pengasuh masjid, yang dibangun sekitar awal dekade 1900-an. 84 Pada bagian halaman terdapat empat buah pohon sawo, dua buah pohon sawo yang sudah tua dan dua buah lagi masih kecil. Pemisah antara bagian halaman masjid dengan lingkungan di luar masjid, dibatasi oleh dinding pagar dan pintu masuk berupa gapura paduraksa, dengan pagar besi yang diapit oleh dua pintu kecil di sebelah kanan dan kiri pintu. Gapura tersebut mengikuti keadaan, seperti di Masjid Agung Kotagede dan Masjid Agung Kraton Yogyakarta. 85 Batas antara makam dan halaman diberikan pembatas berupa dinding pagar dan pintu masuk dengan pintu besi. Dinding pembatas antara makam dan halaman adalah bangunan baru, begitupun gapura pintu masuk ke areal makam. 83 Hasil wawancara dengan bapak R Muh. Baghowi, pada tanggal 6 Juni 2015. 84 Setelah gempa besar terjadi di tahun 1867 di Yogyakarta, memporakporandakan sebagian besar bangunan, termasuk Masjid, maka seluruh bangunan mendapatkan renovasi. Sayangnya tidak ada catatan, bagian konstruksi mana saja yang mendapatkan renovasi. 85 Gapura paduraksa adalah gapura pintu masuk areal makam. 42 E. Makam Bagian makam di lingkungan Masjid Pathok Negoro Plosokuning, terdapat di bagian barat masjid. Pada bagian dalam makam terdapat tiga buah bangunan, dua buah bangunan pertama merupakan bangunan lama, sedangkan satu buah bangunan lainnya merupakan bangunan baru. Bagian makam dibatasi oleh dinding yang dibangun keliling setinggi 2 meter, sedangkan pembatas makam dengan halaman, telah dijelaskan dalam poin sebelumnya. Makam hanya bisa dimasuki dari halaman masjid, karena halaman masjid adalah satu-satunya akses masuk ke areal makam. Akses ke bagian makam juga dibatasi, dengan izin yang diberikan secara khusus dari pengurus masjid. Pada acara hari besar tertentu, ziarah ke areal makam dipenuhi oleh para jama’ah, tanpa atau dengan izin pengurus masjid. 86 Pada areal makam terdapat kurang lebih 60 makam, yang merupakan keluarga besar dari pengasuh masjid, yang tertua tercatat adalah makam Kyai Mursodo. Kyai Mursodo adalah generasi pertama pengasuh Masjid Pathok Negoro Plosokuning. 87 Makamnya dinaungi bangunan beratap genteng dan berdinding tembok. Walau komplek makam dan masjid terpisah oleh tembok , namun secara keseluruhan baik komplek makam dan masjid terletak dalam satu kesatuan ruang. Komplek makam maupun masjid merupakan tanah milik kraton.

B. Komposisi Struktur Masjid

Komposisi struktur masjid adalah penjelasan tentang bahan-bahan utama dasar, yang digunakan dalam konstruksi masjid. Adapun bahan- 86 Hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan bapak Kamaludin, pada tanggal 7 Juni 2015. 87 Hasil wawancara dengan bapak R Muh.Baghowi, pada tanggal 6 Juni 2015. 43 bahan utama yang digunakan dalam konstruksi masjid terdiri dari enam bahan, yaitu: kayu, batu, tanah dapat berupa keramik, genteng dan batu bata, pasir dan kapur sebagai pelapis batu bata atau disebut plesteran, 88 logam, serta kaca sebagai bahan tambahan. Struktur masjid terbagi dalam dua bagian, sebagaimana pembagian dalam tata peletakan struktur masjid, yaitu bagian dalam masjid dan bagian luar masjid. Bagian-bagian di dalam lingkungan masjid tersebut pada pembahasan di poin ini, akan dijelaskan mengenai komposisi struktur yang dimaksud berupa, bahan dan ukuran, yaitu: 1. Bagian Dalam Bagian dalam masjid berbahan dasar tanah batu bata dan genteng kayu, logam dan kaca. Bagian yang berbahan dasar tanah batu bata adalah dinding tembok, dahulu bagian dinding terbuat dari lembaran papan kayu jati. Jika mengacu pada keterangan dari buku R. Suprobo, maka masjid Pathok Negoro Plososkuning sejak tahun 1812 M, diganti dengan dinding tembok dinding tanah batu bata yang belum dilapisi oleh plester pasir dan kapur. Perbaikan dinding kembali dilakukan setelah tahun 1869 M, yaitu pasca gempa besar yang melanda Yogyakarta pada tahun 1867 M, maka semua dinding masjid Pathok Negoro yang ada di Yogyakarta dilapisi dengan plester 88 Aspek percampuran budaya Indies, dapat dilihat antara Barat dan Jawa dalam Masjid berupa dinding tembok. Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa, Abad XVIII-Medio Abad XX, hlm. 59.

Dokumen yang terkait

125847 AKJ 2008 08 27 Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning

0 0 1

141650 AKJ 2009 08 31 Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning

0 0 1

094935 AKJ 2006 10 04 Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB I

0 1 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB II

0 0 84

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB III

0 1 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta

0 0 15