Fungsi-fungsi Bagian-bagian dalam Struktur Masjid

58 masjid, sesuai dengan konsep dan tujuan pembangunan dari bagian-bagian masjid. Adapun fungsi-fungsi pada bagian-bagian masjid, yaitu: 1. Bagian Dalam Bagian utama adalah struktur Masjid Pathok Negoro Plosokuning, sebagaimana telah dijabarkan di atas, terdiri dari tiga bagian, yaitu: mihrab, ruang sholat dan mimbar. Penjelasan yang ada pada bagian ini disatukan, tidak terpisah-pisah menurut susunan tersebut. Bagian utama masjid adalah bagian terbatas, yang dibatasi oleh pintu kayu dan kaca serta dinding pembatas. Pada saat ini tidak ada fungsi lain di bagian dalam masjid, kecuali untuk ritual sholat, I’tikaf, mengaji dan prosesi yang ada dalam sholat Jum’at serta sholat lainnya yang membutuhkan khatib. Bagian kecil di bagian barat masjid yang berbentuk kubus kecil mihrab, berfungsi utama sebagai ruang imam memimpin sholat, tidak ada fungsi lainnya. Pada bagian dalam masjid di sebelah kanan utara, terdapat mimbar untuk khatib berkhutbah. Pada masa sebelumnya sebelum Indonesia merdeka, ada sebuah fungsi lain di bagian utama masjid, yaitu sebagai tempat berkumpulnya para pejuang pada malam hari, karena Masjid Pathok Negoro Plosokuning, yang berada di bawah pengawasan kraton Yogyakarta langsung, adalah salah satu tempat steril yang dilarang dimasuki oleh militer Belanda. Kondisi itu terjadi karena bagian utama masjid Pathok Negoro Plosokuning sebagai tempat sholat, terutama di siang hari, tidak dicurigai untuk tempat berkumpul memobilisasi rakyat. 117 117 Hasil wawancara dengan bapak Kamaludin, pada tanggal 7 Juni 2015. 59 2. Bagian Luar Bagian luar berupa serambi, pawestren, kolam, ruangan jalan jembatan penyeberangan, halaman dan makam, mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi dari bagian tambahan masjid Pathok Negoro Plosokuning, ada yang bersifat praktis utama dan tambahan, yang sebenarnya bukan peruntukkan asli bagiannya, namun tetap digunakan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan penggunaan ruang masjid saat ini. A. Serambi Bagian serambi terdapat dua bagian dan masing-masing bagian mempunyai dua fungsi. Bagian pertama serambi, adalah pawestren, dengan fungsi utama yaitu tempat ruangan sholat khusus untuk kaum wanita, baik di sebelah utara kanan dan selatan kiri. Fungsi lainnya adalah tambahan tempat sholat kaum pria pada hari Jum’at, ketika kaum wanita tidak melaksanakan sholat Jum’at. Serambi yang terbesar di bagian timur mempunyai banyak fungsi. Fungsi utamanya adalah tempat untuk sholat, jika terpaksa bagian dalam masjid telah penuh, maka fungsi tersebut menjadi paling penting, terutama saat sholat Jum’at. Fungsi utama lainnya adalah, tempat bersilaturrahimnya pa ra jama’ah masjid selepas sholat dan saat acara tertentu seperti saat diadakan pengajian rutin atau saat peringatan hari besar Islam tertentu. 118 Fungsi tambahannya yaitu untuk beristirahat para jama’ah atau pengunjung masjid, karena istirahat tidur di dalam bagian dalam masjid, sangat dilarang 118 Hasil wawancara dengan bapak Kamaludin, pada tanggal 7 Juni 2015. 60 oleh takmir masjid. 119 Adapula fungsi lainnya yaitu sebagai tempat untuk menaruh inventaris masjid, di bagian kiri dan kanan yang tidak ada pintunya, yaitu untuk menaruh perangkat alat musik rebana dan rak buku perpustakaan kecil masjid. B. Pawestren Bagian pawestren fungsi utamanya adalah tempat untuk shalat kaum Hawa wanita. Fungsi utama ini berlaku setiap hari dalam shalat lima waktu, bahkan pada waktu shalat Jum’at, beberapa jama’ah wanita, ikut dalam shalat Jum’at, meskipun jumlahnya tidak banyak. Tidak ada fungsi tambahan di bagian pawestren. C. Kolam Bagian kolam mempunyai berberapa fungsi, dengan fungsi utama dan fungsi tambahan. Adapun fungsi utamanya yaitu: sebagai tempat bersuci sebelum dibuatkan area berwudhu khusus dengan pancuran pada tahun 1980- an dan pertahanan militer. 120 Bagian kolam sengaja dibuat lebih rendah dari bagian serambi, karena dahulu salah satu fungsinya sebagai benteng pertahanan berupa parit yang berisi air, untuk menyulitkan musuh menyerang, jika pasukan yang ada terpaksa bertahan di dalam masjid. 121 Saat ini fungsi praktisnya adalah tempat untuk memelihara ikan. Fungsi tambahan adalah berupa estetika, yang menganggap masjid yang diwujudkan dalam arsitektural meru atau gunung di atapnya adalah sebuah pulau di tengah lautan. Pengaruh konsep Hindu dalam mikro kosmos 119 Hasil wawancara dengan bapak R Muh. Baghowi, pada tanggal 6 Juni 2015. 120 Dwi Wahyuningsih, Akulturasi Budaya Pada Masjid Sulthoni di Plosokuning, Ngaglik, Sleman, hlm. 38. 121 Adrisijanti, Arkeologi Perkotaan Mataram Islam, hlm. 41. Keadaan serupa juga ada di bekas Masjid agung Plered, di Masjid agung Kotagede dan Masjid agung Demak. 61 masyarakat Jawa, adalah proses pengejawantahan pancaran sinar raja dalam arsitektural masjid pinggiran dari pusat kraton. Pada hal ini orisinalitas perwujudan budayanya, hanya terdapat di Yogyakarta, yaitu di Masjid Pathok Negoro. 122 D. Jembatan Penyebrangan Jembatan penyeberangan tanpa kaki menyentuh dan masuk kedalam kolam. Fungsi utamanya adalah sebagai jembatan penyeberangan bagi pejabat tinggi kraton dan pejabat masjid. Para pejabat diperlakukan berbeda dari rakyat biasa, sebagai bentuk penghormatan, karena sudah berusaha memajukan agama Islam di wilayah tersebut.Fungsi bagian ini dapat ditemukan pada masjid besar kraton Yogyakarta dan Surakarta. 123 Sebelum tahun 1990-an, jembatan penyeberangan digunakan sebagaimana mestinya, terutama jembatan penyeberangan utama di bagian timur. Fungsi utamanya adalah untuk menyeberang para pejabat tinggi Kraton Yogyakarta. Namun saat ini fungsi utamanya menjadi tidak sesuai, saat orang biasa dapat melaluinya. Fungsinya akan kembali seperti semula saat diadakan acara besar tertentu yang menghadirkan pejabat kraton atau daerah. 124 Sedangkan jembatan penyeberangan di bagian selatan dan utara masjid, dahulunya difungsikan sebagai jembatan penyeberangan bagi pejabat rendahan kraton. Seringkali difungsikan sebagai tempat menyimpan barang tertentu, namun saat ini fungsinya hanya sekedar jembatan penyeberangan semata dan tempat wudhu ’, terutama bagi kaum wanita yang menuju ke 122 A. Bagoes, Seni Bangunan dan Seni Binakota di Indonesia, Kajian Mengenai Konsep, Struktur dan Elemen Fisik Kota Sejak Peradaban Hindu-Buddha, Islam Hingga Sekarang, hlm. 10. 123 Hasil wawancara dengan bapak R Muh. Baghowi, pada tanggal 6 Juni 2015. 124 Hasil wawancara dengan bapak Kamaludin, pada tanggal 7 Juni 2015. 62 bagian pawestren dengan tidak melalui kolam, karena pawestren terletak, tepat di ujung jembatan penyeberangan bagian utara. E. Halaman Fungsi utama bagian halaman adalah sebagai tempat untuk kegiatan non-ritual keagamaan seperti, tempat warga berkumpul membuat acara tertentu. Adakalanya bagian halaman juga digunakan untuk aspek ritual keagamaan, seperti saat sholat di hari-hari besar seperti Iedul Fitri atau Iedul Adha. Pada beberapa peristiwa sejarah Perang Jawa 1825-1830 M dan Revolusi Fisik 1945-1949 M, bagian halaman juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya rakyat. 125 Pada perayaan hari-hari besar tertentu, seperti pengajian akbar, bagian halaman menjadi tempat berkumpulnya jama’ah untuk audiensi. Dua pohon sawo kecik di bagian halaman, berfungsi menjadi penyejuk dan peneduh halaman di siang hari. Bagian halaman juga dibatasi oleh sebuah pagar tembok panyengker, yang berfungsi sebagai pembatas antara bagian luar masjid dengan lingkungan dalam masjid. F. Makam Fungsi utama makam Masjid Pathok Negoro Plosokuning, adalah tempat untuk mengebumikan jenazah, dari keluarga yang masih bertalian darah langsung dengan Kyai Mursodo sebagai pendiri Masjid Pathok Negoro Plosokuning. 126 Tidak ada fungsi praktis lainnya untuk bagian makam, hanya fungsi religi saja yang dapat diketahui. Sebab makam berada di bagian barat 125 Yuwono Sri Suwito, dkk., Prajurit Kraton Yogyakarta, Filosofi dan Nilai Budaya Yang Terkandung Di Dalamnya, hlm. 5. 126 Hasil wawancara dengan bapak R Muh. Baghowi, pada tanggal 6 Juni 2015. Kyai Mursodo amak dari Kyai Nuriman, pendiri Masjid Pathok Negoro Mlangi. 63 masjid, maka makam sejak zaman Kesultanan Demak, berfungsi sebagai tempat penghormatan dan pengingat para jama’ah yang berziarah, untuk selalu mengingat kehidupan akhirat kelak. 127 Karena untuk memberikan pemaknaan utuh bahwa antara kehidupan dan kematian sangatlah dekat. 127 Roland, Pengembangan Arsitektur Rumah Jawa, hlm. 53. 64

BAB IV PERWUJUDAN SIMBOLIK ARSITEKTUR

A. Status Masjid di Kesultanan Yogyakarta

Kedudukan atau status dalam struktur kerajaan, berkaitan dengan tingkatan derajat, baik dalam bentuk, posisi maupun pancaran perhatian dari pusat atau Kraton raja. Raja digambarkan sebagai pusat kekuasaan yang memancarakan sinarnya ke segala penjuru kerajaan. 128 Raja Jawa selalu dianggap sebagai wakil Tuhan dalam segala hal, baik dunia maupun akhirat, hal itu tercermin dari gelarnya Sampeyan Ndalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Kaping atau Senopati Ingalogo Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalipatullah ing Ngayogyakarta. 129 Marcel Bonneff dalam tulisannya yang berjudul Le Kauman de Yogyakarta Des Fonctionnaires Religieux Convertis Au Reformisme et a i’Esprit d’Enterprise menyebutkan bahwa punggawa dari beberapa Masjid Pathok Negoro, bertugas sebagai asisten khusus penghulu hakim yang bertanggung jawab dalam pengadilan surambi di Masjid Agung Kraton dan berjumlah empat orang. 130 Menurut Bonneff, keberadaan Pathok Negoro ini mengikuti konsep mancapat dengan penghulu di tengah-tengahnya. Keempat orang penghulu dari Masjid Pathok Negoro tersebut, menempati desa yang 128 Revianto Budi Santosa ed., Dari Kabanaran Menuju Yogyakarta, Sejarah Hari Jadi Yogyakarta, Yogyakarta: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Yogyakarta, 2008, hlm. 46. 129 Sumardjo, Arkeologi Budaya Indonesia, Pelacakan Hermeneutis-Historis Terhadap Artefak-artefak Kebudayaan Indonesia, hlm. 60. 130 Mercel Bonneff, “Le Kauman de Yogyakarta. Des Fanctionnaires Religieux Convertais Au Reformisme et a i’Esprit d’Entreprise”, ARCHIPEL, No. 30. Paris: Assosiation Archipel, 1985, hlm. 178. 65 ditetapkan sebagai desa perdikan dan bernama Kauman nama Kauman mengikuti sifat perdikan-nya. Keempat desa tersebut adalah: 1 Mlangi; 2 Plosokuning; 3 Babadan; dan 4 Dongkelan. Pada keterangan Bonneff tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebutan Pathok Negoro meliputi: jabatan asisten penghulu, masjid, dan desa yang berstatus perdikan. Pada konteks Masjid Pathok Negoro Plosokuning, raja merupakan pelindung agama sekaligus perwujudan dari pancaran sinar raja di salah satu sudut kerajaan, dalam hal ini Kraton Yogyakarta ke daerah Plosokuning. Sejak masa Sultan Hamengkubuwono I hingga saat ini, Masjid Pathok Negoro Plosokuning, tetap merupakan bagian yang integral dengan kraton, dan segala aspek yang berkaitan dengannya dalam hal struktural, dibahas secara lebih mendalam dalam dua poin di bawah ini: 1. Status Tanah Sebagaimana telah disampaikan secara singkat di bab sebelumnya, bahwa status tanah di Masjid Pathok Negoro Plosokuning bersifat perdikan. Tanah perdikan adalah status yang diberikan pihak kraton karena beberapa sebab, salah satunya karena adanya keistimewaan tertentu, misalnya terdapat makam kerajaan atau tempat tinggal tokoh tertentu yang berjasa pada raja dan pusat pengajaran agama Islam. 131 Tanah atau desa yang diberikan status perdikan adalah secara khusus mempunyai keistimewaan, dengan pemberian keputusan daerah bebas pajak, tidak diwajibkan kerja wajib dan tidak boleh diganggu gugat. Desa ini akan memberikan bantuan secara utuh kepada raja, apabila raja membutuhkan. 131 Tim Museum Sonobudoyo, Masjid-Masjid Pathok Negoro di Kesultanan Yogyakarta, Yogyakarta: Museum Sonobudoyo Kraton Yogyakarta, 2009, hlm. 48.

Dokumen yang terkait

125847 AKJ 2008 08 27 Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning

0 0 1

141650 AKJ 2009 08 31 Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning

0 0 1

094935 AKJ 2006 10 04 Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB I

0 1 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB II

0 0 84

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB III

0 1 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta

0 0 15