Penerimaan Usahatani Padi yang Hilang

66 Pengolahan padi menjadi beras dilakukan dengan digiling di penggilingan padi. Pengolahan padi menjadi beras berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik penggilingan padi rata-rata dari 100 kg padi yang digiling akan menghasilkan sekitar 65 kg beras. Nilai ini mengindikasikan bahwa nilai rendemen dari padi yang dihasilkan dari lahan pertanian di kawasan perumahan Pakuan Regency adalah 65 . Berdasarkan nilai rendemen tersebut maka beras yang hilang sebagai implikasi dari pembangunan perumahan Pakuan Regency adalah sebanyak 269,36 ton. Konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia berdasarkan asumsi yang digunakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan pada tahun 2008 adalah sebesar 137 kg per kapita. Produksi beras yang hilang sebagai dampak dari adanya konversi lahan akan mampu mencukupi kebutuhan sekitar 1.966 orang dalam waktu satu tahun. Implikasi lain dari hilangnya produksi beras yang mampu dihasilkan adalah Pemerintah Kota Bogor harus menambah jumlah permintaan berasnya kepada daerah penghasil beras seperti Karawang dan Cianjur.

6.2.3. Penerimaan Usahatani Padi yang Hilang

Penerimaan usahatani padi yang hilang akibat pengalihfungsian lahan pertanian menjadi perumahan Pakuan Regency merupakan besaran penerimaan yang seharusnya diperoleh oleh petani per tahun dari kegiatan menanam padi pada lahan yang terkonversi dan selisih penerimaan usahatani pada lahan yang kehilangan akses aliran air irigasinya. Penerimaan usahatani padi sawah yang hilang akibat konversi lahan sawah dipengaruhi oleh produktifitas usahatani, biaya usahatani dan pola tanam Pakpahan et al, 1993. Produktifitas lahan pertanian yang terkonversi diestimasi dari produktifitas lahan pertanian yang 67 masih berjalan di sekitar perumahan Pakuan Regency. Nilai produktifitas lahan yang dihasilkan dari responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah 1,12 kg per m 2 per tahun. Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melakukan usahatani padi di kawasan Pakuan Regency antara lain sebagai berikut: 1. Biaya tenaga kerja dalam maupun luar keluarga: pengolahan lahan, semprot Hama dan Penyakit Tanaman HPT 2. Penyakap maro dalam bentuk biaya yang tersimpan: persemaian, penanaman, perawatan, dan panen. 3. Bajak sawah 4. Bibit 5. Pupuk dan pestisida 6. Transportasi: pupuk dan hasil panen. 7. Konsumsi 8. Pengeringan atau penjemuran hasil panen 9. Sewa lahan Penerimaan petani yang hilang dihitung berdasarkan pada hasil usahatani per tahun. Pola tanam yang dilakukan oleh petani di sekitar perumahan Pakuan Regency pada umumnya menanam padi dua kali dalam satu tahun. Penerimaan usahatani yang hilang akibat adanya konversi lahan pertanian pada penelitian ini hanya dihitung dari usahatani padi karena usahatani padi merupakan usahatani yang utama dan dilakukan oleh semua petani pada waktu hampir bersamaan. Jumlah produksi padi yang hilang pada lahan yang terkonversi sebesar 392 ton GKG. Nilai produksi padi yang hilang jika dikalikan dengan harga padi 68 yang diterima oleh petani sebesar Rp. 2.900,00 per kg maka nilai penerimaan yang hilang dari usahatani lahan terkonversi sebesar Rp. 1.136.800.000,00 per tahun. Pembangunan perumahan Pakuan Regency selain telah menghilangkan penerimaan dari usahatani pada lahan pertanian yang terkonversi juga telah menghilangkan kesempatan memperoleh penerimaan dari usahatani padi pada lahan di bagian hilir aliran air irigasi tersebut. Produksi padi yang hilang pada lahan yang terganggu aliran air irigasinya sebanyak 22,4 ton GKG per tahun luas lahan dikali dengan produktifitas lahan sehingga penerimaan yang hilang dari lahan tersebut adalah Rp. 64.960.000,00 per tahun produksi padi dikali dengan harga yang berlaku. Penerimaan yang hilang dari usahatani padi tersebut disubstitusi dengan penerimaan yang diterima dari hasil perkebunan. Penerimaan dari hasil perkebunan seluas 2 ha adalah sebesar Rp. 60.000.000,00 diperoleh dari hasil penjualan oyong dan jagung. Produksi oyong dalam 1.000 m 2 dapat mencapai 100 kg per panen dan dalam satu kali tanam petani dapat melakukan panen sebanyak enam kali. Produksi jagung dalam 1.000 m 2 dapat mencapai 1,5 ton per panen dan dalam satu kali tanam petani dapat melakukan panen sebanyak satu kali. Harga yang berlaku di petani saat musim panen terjadi adalah Rp. 2.000,00 per kg untuk oyong dan Rp. 1.200,00 per kg untuk komoditi jagung. Sehingga, terdapat selisih penerimaan sebesar Rp. 4.960.000,00 per tahun. Penerimaan dari usahatani padi yang hilang sebagai implikasi dari pembangunan perumahan Pakuan Regency merupakan penjumlahan dari penerimaan usahatani padi pada lahan yang terkonversi dan lahan yang aliran air irigasinya terganggu. Penerimaan yang hilang dari usahatani padi dari lahan yang 69 terkonversi sebesar Rp. 1.136.800.000,00 per tahun dan penerimaan yang hilang dari petani yang aliran air irigasinya terganggu adalah sebesar Rp. 4.960.000,00 per tahun. Sehingga, hilangnya penerimaan dari usahatani padi sebagai dampak dari pembangunan perumahan Pakuan Regency adalah sebesar Rp. 1.141.760.000,00 per tahun. Konversi lahan yang terjadi pada kasus pembangunan perumahan Pakuan Regency merupakan satu dari banyak kasus konversi lahan pertanian yang terjadi di Kota Bogor dan di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus membuat suatu kebijakan pengaturan tentang pengalihfungsian lahan pertanian terutama lahan produktif. Apabila masalah ini terlambat diatasi tanpa adanya solusi dan penerapan kebijakan tersebut maka suatu saat nanti Indonesia akan mengalami kekurangan pangan.

6.2.4. Nilai Land Rent

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus : Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

1 55 58

Perencanaan Pengembangan Pertanian Berdasarkan Kelas Kemampuan lahan dan Analisis Sewa Ekonomi Lahan (Land Rent) (Studi Kasus di Desa Tapos Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor)

0 8 175

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria: Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat

0 24 181

Konversi hutan rakyat di das ciliwung hulu, kabupaten bogor: analisis land rent dan jasa lingkungan

0 15 243

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Taraf Hidup Rumahtangga Petani: Kasus Pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 6 177

Dampak sosio-ekonomis dan sosio-ekologis konversi lahan pertanian: studi kasus Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

0 12 136

Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

5 40 91

Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Pendapatan Usahatani Padi yang Hilang dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kecamatan Bogor Selatan)

0 4 104

Konversi hutan rakyat di das ciliwung hulu, kabupaten bogor analisis land rent dan jasa lingkungan

0 12 128

DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN MAGELANG (Studi Kasus di Kecamatan Mertoyudan)

1 8 83