II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Lahan dan Fungsi Utama Lahan
Definisi lahan memiliki keterkaitan dengan tanah. Menurut Utomo, et al 1992, lahan memiliki ciri-ciri yang unik dibandingkan sumberdaya lainnya,
yakni lahan merupakan sumberdaya yang tidak habis, namun jumlahnya tetap dan dengan lokasi yang tidak dapat dipindahkan. Jayadinata 1999 memaparkan
bahwa tanah berarti bumi earth, sedangkan lahan merupakan tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya, baik perseorangan atau
lembaga. Lahan sebagai modal alami utama yang melandasi kegiatan kehidupan
menurut Utomo, et al 1992, memiliki dua fungsi dasar, yaitu: 1 Fungsi kegiatan budidaya, yang memiliki makna suatu kawasan yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan, hutan produksi dan lain-
lain. 2 Fungsi lindung, bermakna bahwa kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta
budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.
2.2. Penggunaan Lahan
Land Use
Karakteristik lahan sebagai sumberdaya yang jumlahnya tetap dengan lokasinya yang tidak dapat dipindahkan, membutuhkan suatu perencanaan yang
berkaitan dengan pola pemanfaatan lahan guna memenuhi kebutuhan manusia yang beragam. Berbagai macam bentuk intervensi manusia terhadap lahan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dapat dikatakan land use atau penggunaan lahan atau tata guna lahan.
Menurut Jayadinata 1999, tata guna lahan meliputi dua unsur, yaitu: 1. Tata guna lahan yang berarti penataan atau pengaturan penggunaan merujuk
kepada sumberdaya manusia. 2. Lahan merupakan sumberdaya alam, yang berarti ruang permukaan lahan
serta lapisan batuan di bawahnya dan lapisan di atasnya, serta memerlukan dukungan berbagai unsur alam lain seperti air, iklim, hewan, vegetasi,
mineral, dan sebagainya. Pertimbangan mengenai kepentingan atas lahan di berbagai wilayah
mungkin berbeda tergantung kepada struktur sosial penduduk dan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah dalam mengembangkan wilayah. Aturan-aturan dalam
penggunaan lahan dijalankan berdasarkan pada beberapa kategori antara lain kepuasan, kecenderungan untuk kegiatan dalam tata guna lahan, kesadaran akan
tata guna lahan, kebutuhan orientasi dan pemanfaatan atau pengaturan estetika Munir, 2008. Sehubungan dengan hal tersebut, Chapin 1995 seperti yang
dikutip oleh Jayadinata 1999 menggolongkan lahan dalam tiga kategori, yaitu: 1. Nilai keuntungan, yang dihubungkan dengan tujuan ekonomi dan yang dapat
dicapai dengan jual-beli lahan di pasaran bebas. 2. Nilai kepentingan umum, yang dihubungkan dengan pengaturan untuk
masyarakat umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat. 3. Nilai sosial, yang merupakan hal mendasar bagi kehidupan dan dinyatakan
oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan pelestarian, tradisi, kepercayaan dan sebagainya.
2.3. Konversi Lahan
Utomo, et al 1992 mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh
kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif masalah terhadap lingkungan dan potensi
lahan tersebut. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan atau penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar
meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Sihaloho 2004 menjelaskan bahwa konversi lahan adalah alih fungsi lahan khususnya dari lahan pertanian ke penggunaan non pertanian atau dari lahan
non pertanian ke lahan pertanian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Mulyaharja, Sihaloho 2004 memaparkan bahwa konversi lahan
dipengaruhi dua faktor utama, yakni 1 faktor pada aras makro yang meliputi pertumbuhan industri, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan penduduk,
interven si pemerintah, dan ‘marginalisasi’ ekonomi atau kemiskinan ekonomi.
2 faktor pada aras mikro yang meliputi pola nafkah rumah tangga struktur ekonomi rumah tangga, kesejahteraan rumah tangga orientasi nilai ekonomi
rumah tangga dan strategi bertahan hidup rumah tangga tindakan ekonomi rumah tangga.
2.4 . Faktor Penyebab Konversi Lahan Pertanian