Pola sebaran spasial spesies
32 24 dan 30 spesies. Agroforest karet 13 tahun dan 30 tahun serta hutan sekunder 13
tahun memiliki kekayaan spesies lebih rendah, secara berturut-turut 13, 20, 15 dan 19 spesies.
Tingginya kekayaan spesies pada agroforest karet 60 tahun terjadi karena masih terdapat sumber biji yang berasal dari induk tingkat pertumbuhan tiang dan
pohon yang terdapat pada tipe tutupan lahan tersebut. Ditemukan 15 spesies yang kemungkinan merupakan sumber biji. Artocarpus sp. dan Dacryodes rostrata
ditemukan dalam pertumbuhan pancang dan tiang, Styrax benzoin, Litsea grandis, Koompassia malaccensis, Polyalthia subcordata, Madhuca kingiana, Cratoxylon
cf. arborescens ditemukan dalam pertumbuhan pancang dan pohon, Syzygium claviflorum, Cephalomappa malloticarpa, Palaquium gutta, Parkia speciosa,
Pternanda azurea, Lithocarpus sp. 1
1
dan Hevea brassiliensis ditemukan dalam tingkat pertumbuhan pancang, tiang dan pohon.
Selain berasal dari induk yang ditemukan pada tipe tutupan lahan tersebut, spesies tingkat pancang yang tumbuh pada agroforest karet 60 tahun berasal dari
induk di tempat lain dan dipencarkan oleh satwa. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa struktur agroforest karet yang menyerupai hutan merupakan
habitat atau ’refugia’ bagi berbagai spesies satwa yang beberapa diantaranya berperan sebagai pemencar biji. Jepson dan Djarwadi 2000, menemukan 5
spesies burung pemakan buah pada agroforest karet. Jumlah tersebut sama dengan di hutan primer, tetapi lebih tinggi bila dibandingkan di perkebunan karet
monokultur, yaitu hanya 2 spesies. Seperti halnya di hutan alam, pada agroforest karet masih ditemukan spesies burung berukuran besar dengan berat tubuh antara
1.281-2.560 gram. Pada agroforest karet ditemukan beberapa spesies burung yang umum terdapat di hutan alam, namun spesies burung belukar juga ditemukan di
sini. Selain burung, agroforest karet juga merupakan habitat yang disukai
beberapa spesies mamalia. Maryanto et al. 2000, menemukan 9 spesies mamalia pada agroforest karet dengan indeks keanekaragaman lebih tinggi dari hutan
primer, yaitu 2,09 pada agroforest karet dan 1,67 pada hutan primer. Sebanyak 4
1
Angka 1 dibelakang nama Lithocarpus sp. diberikan untuk memberi tanda bahwa dalam pengamatan ditemukan spesies Lithocarpus lain yang belum teridentifikasi sampai tingkat spesies
33 spesies bajing dan 2 spesies tupai yang ditemukan pada agroforest karet
berpotensi sebagai pemencar biji. Apabila dibandingkan dengan hutan primer, kekayaan spesies mamalia pada agroforest karet adalah 28,57 lebih tinggi.
Pada lokasi penelitian yang sama yaitu di Desa Lubuk Beringin, Prasetyo 2007, melaporkan bahwa keanekaragaman spesies kelelawar di agroforest karet
tua adalah 1,41; lebih tinggi bila dibandingkan dengan hutan primer yaitu 0,78. Tingginya keanekaragaman spesies satwa pada agroforest karet tua yang berperan
sebagai pemencar biji, menyebabkan tingginya kekayaan spesies tingkat pancang. Apalagi didukung oleh lebih terbukanya tutupan lahan bila dibandingkan dengan
hutan primer. Tutupan lahan diduga dari biomasa tingkat pertumbuhan tiang dan pohon. Total biomasa pada agroforest karet 60 tahun adalah 259 tonhektar,
sedangkan di hutan primer 470 tonhektar. Biomasa yang lebih rendah pada agroforest karet 60 tahun mengindikasikan lebih rendahnya kerapatan kanopinya
sehingga memungkinkan cahaya matahari yang mencapai lantai kebun lebih banyak bila dibandingkan dengan hutan primer. Cahaya matahari tersebut memicu
perkecambahan biji yang disebarkan oleh satwa maupun yang berasal dari pohon induk di dalam kebun.
Agroforest karet 60 tahun ini dikelilingi oleh lahan terbuka dan kebun karet muda sehingga menyebabkan terpecahnya fragmentasi habitat. Van Dyke 1954,
menyatakan bahwa fragmentasi habitat cenderung meningkatkan jumlah habitat tepi yang sering berasosiasi dengan kekayaan spesies lebih tinggi. Meskipun
demikian, spesies yang ditemukan pada habitat tepi biasanya spesies generalis yang memiliki jarak sebaran dan kisaran geografi luas. Pada agroforest karet 60
tahun 18 spesies yang ditemukan merupakan spesies yang sangat umum dijumpai di Desa Lubuk Beringin, karena ditemukan pada 5 tipe tutupan lahan 62,5
dari 8 yang diamati. Pada tingkat pertumbuhan tiang, kekayaan spesies pada agroforest karet
menurun secara drastis bila dibandingkan dengan tingkat pancang, dan berbeda nyata p0.001; BNT = 2.69 dengan hutan primer, yaitu 5 spesies pada agroforest
karet tua dan 9 spesies di hutan primer. Spesies tingkat tiang yang ditemukan pada agroforest karet 60 tahun adalah spesies yang memiliki nilai komersial sehingga