Akurasi pendugaan kekayaan spesies dengan metode rarefaction
37 Hasil pengamatan di Desa Lubuk Beringin menunjukkan bahwa
keanekaragaman spesies pohon bervariasi antar tipe tutupan lahan dan tingkat pertumbuhan seperti disajikan pada Gambar 13.
1 2
3 4
RA13S RA30F RA30S RA60S SH10F SH13S SH25F Forest In
d ek
s S h
anno n-
W ien
er
Tipe tutupan lahan Pancang
Tiang Pohon
Gambar 13. Indeks Shannon-Wiener pada tingkat pancang, tiang dan pohon di berbagai tipe tutupan lahan
Keanekaragaman spesies tingkat pancang, tiang dan pohon pada agroforest karet 60 tahun tidak berbeda nyata dengan hutan primer dan hutan sekunder, tetapi
berbeda nyata pada selang kepercayaan 10 dengan agroforest karet 13 dan 30 tahun. Keanekaragaman spesies pada agroforest karet 13 dan 30 tahun lebih
rendah bila dibandingkan dengan agroforest karet 60 tahun, hutan primer dan hutan sekunder.
Pada tingkat pancang, keanekaragaman spesies pada agroforest karet 13 dan 30 tahun adalah 2,99 dan 2,70 sedangkan pada agroforest karet 60 tahun mencapai
3,8 sama dengan hutan sekunder 25 tahun. Keanekaragaman pancang di hutan primer hampir sama dengan hutan sekunder 13 tahun yaitu 3,3 dan 3,2. Aktivitas
penyiangan yang dilakukan pengelola kebun memiliki peran yang sangat nyata dalam penurunan keanekaragaman spesies pohon karena menyebabkan hilangnya
beberapa spesies, terutama spesies yang dianggap tidak komersial. Pada tingkat tiang, agroforest karet 13 tahun dan 30 tahun yang jauh dari
hutan primer memiliki indeks keanekaragaman spesies hampir sama yaitu 0,75 dan 0,66. Agroforest karet 30 tahun dekat hutan primer memiliki indeks
38 keanekaragaman lebih tinggi yaitu 1,15 meskipun secara statistik tidak berbeda
nyata. Bila dibandingkan dengan agroforest karet 13 dan 30 tahun, maka pada tipe tutupan lahan yang dikelola secara tidak intensif memilik indeks keanekaragaman
spesies pohon lebih tinggi yaitu 2,63 untuk agroforest karet 60 tahun, 2,11 dan 2,44 untuk hutan sekunder 10 dan 13 tahun, 3,25 untuk hutan sekunder 25 tahun
dan 2,85 untuk hutan primer. Pada hutan sekunder, indeks keanekaragaman spesies pohon tingkat tiang semakin meningkat dengan bertambahnya umur lahan.
Hal ini menunjukkan bahwa spesies tingkat pancang yang pada umur yang lebih rendah dapat berkembang hingga mencapai tingkat tiang setelah rentang waktu
tertentu. Pada tingkat pertumbuhan pohon, indeks keanekaragaman spesies di
agroforest karet 30 tahun lebih rendah bila dibandingkan dengan agroforest karet 60 tahun, hutan sekunder dan hutan primer. Bahkan, perbedaan yang sangat nyata
pada selang kepercayaan 5 terjadi antara hutan primer dengan agroforest karet 30 tahun jauh dari hutan primer. Indeks keanekaragaman spesies pada agroforest
karet 30 tahun adalah 0,95 untuk lokasi di dekat hutan primer dan 0,16 untuk lokasi yang jauh dari hutan primer. Agroforest karet 60 tahun memiliki indeks
keanekaragaman spesies lebih tinggi yaitu 2,43. Indeks keanekaragaman spesies tingkat pohon di hutan sekunder dan hutan primer hampir sama yaitu 3,03 dan
3,11. Indeks keanekaragaman spesies tingkat pancang, tiang dan pohon pada
lahan yang tidak dilekola seperti hutan primer dan hutan sekunder relatif stabil bila dibandingkan dengan tipe tutupan lahan yang dikelola seperti agroforest karet.
Pada agroforest karet, terjadi penurunan indeks keanekaragaman spesies dari tingkat pancang ke tingkat tiang dan pohon yang sangat tajam, terutama pada
agroforest karet 30 tahun yang jauh dari hutan primer. Penurunan keanekaragaman spesies tersebut terjadi karena adanya akivitas manusia di dalam
kebun, antara lain penyiangan gulma. Penyiangan yang dilakukan pada lorong sadap di agroforest karet 60 tahun, maupun peyiangan seluruh lantai kebun
mengakibatkan matinya beberapa spesies tingkat pancang, sehingga menurunkan keanekaragaman pada tingkat tiang dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.