43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak kulit buah pisang raja memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis. Hasil uji aktivitas dari ekstrak diperoleh bahwa konsentrasi
efektif sebagai antibakteri yaitu 200 mgml, 300 mgml dan 400 mgml dengan diameter daerah hambatan masing-masing terhadap
Propionibacterium acne adalah 14,83 mm, 16,03 mm dan 17,7 mm serta terhadap Staphylococcus epidermidis adalah 15,30 mm, 16,10 mm dan
17,26 mm. b.
Ekstrak kulit buah pisang raja dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel dan sediaan gel yang dibuat relatif stabil dan sediaan gel dengan
konsentrasi 30 dan 40 memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri masing-masing terhadap Propionibacterium acne adalah 14,06 mm
dan 14,46 mm serta terhadap Staphylococcus epidermidis adalah 14,18 mm dan 14,28 mm.
5.2 Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan ekstrak kulit buah pisang raja dalam formulasi yang lain seperti salep, krim atau obat
kumur.
44
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, F.M.A., Azhar, M.E., Fatemeh, S.R., dan Saifullah, R. 2012. Total
Phenolics, Flavonoids and Antioxidant Activity of Banana Pulp and Peel Flours: Influence of Variety and Stage of Ripeness. International
Food Research Journal. 193: 1041-1046.
Atun, S., Arianingrum, R., Handayani, S., Rudyansah, dan Garson, M. 2007. Identification and Antioxidant Activity Test of Some
Compounds from Metthanol Extract Peel of Banana Musa paradisiaca Linn.. Indonesian Journal Chemistry. 71: 83-87.
Aulton, M. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. London: Curcill Livingstone Edirberd. Halaman 244.
Anief, M. 1999. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, Cetakan VII. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 168-169.
Ansel, C.H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI- Press. Halaman 390, 489.
Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Morse, S.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 45-48, 89, 237. Cahyono, B. 2009. Pisang. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 11.
Cowan, M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Review. 124: 568.
Daniells, J., Jenny, C., Karamura, D., dan Tomekpe, K. 2001. Musalogue: A Catalogue of Musa Germplasm. Montpellier: International Plant Genetic
Resources Institute. Halaman 120. Depkes RI. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 167-170. Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 361, 516, 518, 522. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 1-6, 323-325. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 9, 33. Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 32-36, 86.
45 Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 7-8, 854-855, 891. Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Halaman
81-82, 84. Farnsworth, N.R. 1966. Biologycal and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Science. 553: 257, 262-264. Jawetz, E., Menick, J.L., dan Adelberg, E.A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran.
Alih Bahasa: Eddy Mudihardi, Kuntaman, Eddy Bagus Wasito, Ni Made Mertaniasih, Setio Harsono, dan Lindawati Alimsardjono. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika. Halaman 317-318, 352, 360.
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 109.
Lieberman, H.A. 1997. Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Systems. Volume 1. New York: Marcell Dekker Inc. Halaman 315-319.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Tokyo: Elsevier. Halaman 28-32, 157.
Nuramanah, E., Sholihin, H., dan Siswaningsih, W. 2012. Kajian Aktivitas Antioksidan Kulit Pisang Raja Bulu Musa paradisiaca L var. sapientum
dan Produk Olahannya. Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
Indonesia.
Nurmalina, R. 2012. 24 Herbal Legendaris Untuk Kesehatan Anda. Jakarta: Alex Media Komputindo. Halaman 11.
Oxoid. 1998. The Oxoid Manual. Edisi VIII. Basingstoke: Oxoid Limited. Halaman 161.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan Ratna Sri Hadioetomo. Jakarta: UI Press. Halaman 138-144.
Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Halaman 24, 29- 30, 106-108, 110, 138.
Rawlins, E.A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi ke-18. London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. 2005. Handbook of Pharmaceutical Exipients. Philadelphia: Washington Square Press. Edisi
V. Halaman 346, 466, 624. Satuhu, S., dan Supriyadi, A. 2008. Pisang Budi Daya, Pengolahan dan Prospek
Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 14.
46 Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.
Halaman 5. Soerartri, W. 2004. Pengaruh Penambahan Asam Glikolat Terhadap
Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Anti UV-A dan Anti UV-B Dalam Basis Gel. Surabaya: Majalah Farmasi Airlangga. 43: 76.
Someya, S., Yoshiki, Y., dan Okubo, K. 2002. Antioxidant Compounds From Banana Musa cavendish. Food Chemistry. 79: 351-354.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Editor: Ella Elviana dan Winny Riviani Syarief. Jakarta: EGC. Halaman 243.
Tjitrosoepomo, G., 2000. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 444.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Editor: Joshita Djajadisasatra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.
Halaman 11-25, 165-166. Valmayor, R.V., Jamaluddin, S.H., Silayoi, B., Kusumo, S., Danh, L.D., Pascua
dan Espino, R.R.C. 2012. Banana Cultivar Names and Synonyms in Southeast Asia. [diakses 18 November 2014]. Diambil dari:
http:kukr.lib.ku.ac.thfulltext_kukrku0222075c.pdf.
Volk, A.W., dan Wheeler, F.M. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jilid I. Jakarta: Erlangga. Halaman 33-40, 218-219, 266.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman 59-60.
WHO. 1992. Quality Control Methods For Medical Plant Materials. Geneva: World Health Organization. Halaman 31-33.
47
Lampiran 1 Hasil identifikasi tumbuhan
48
Lampiran 2 Gambar tumbuhan pisang raja Musa X paradisiaca AAB
A
B Keterangan:
A = Tumbuhan pisang raja Musa X paradisiaca AAB
B = Kulit buah pisang raja segar Musa X paradisiaca AAB
49
Lampiran 2 Lanjutan
C
D Keterangan:
C = Simplisia kulit buah pisang raja Musa X paradisiaca AAB
D = Serbuk simplisia kulit buah pisang raja Musa X paradisiaca AAB
50
Lampiran 3 Gambar sediaan gel ekstrak kulit buah pisang raja
Keterangan: A
= Formula tidak mengandung ekstrak kulit buah pisang raja B
= Formula mengandung 20 ekstrak kulit buah pisang raja C
= Formula mengandung 30 ekstrak kulit buah pisang raja D
= Formula mengandung 40 ekstrak kulit buah pisang raja
A D
C B
51
Lampiran 4 Gambar hasil uji homogenitas gel ekstrak kulit buah pisang raja
Keterangan: A
= Formula tidak mengandung ekstrak kulit buah pisang raja B
= Formula mengandung 20 ekstrak kulit buah pisang raja C
= Formula mengandung 30 ekstrak kulit buah pisang raja D
= Formula mengandung 40 ekstrak kulit buah pisang raja A
B C
D
52
Lampiran 5 Perhitungan pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia kulit buah
pisang raja Musa X paradisiaca AAB
a. Perhitungan hasil penetapan kadar air