35 etanol menyatakan jumlah zat tersari dalam air atau etanol. Penetapan kadar abu
dilakukan untuk mendestruksi senyawa organik dan turunannya sehingga yang tersisa senyawa anorganik. Kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar
senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam Depkes RI, 1995.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Kulit Buah Pisang Raja
Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia kulit buah pisang raja menunjukkan adanya kandungan flavonoid, glikosida, saponin, tannin, dan
steroidtriterpenoid. Hasil skrining dapat dilihat di Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia kulit buah pisang raja
No. Skrining
Hasil 1.
Alkaloid -
2. Flavonoid
+ 3.
Glikosida +
4. Saponin
+ 5.
Tannin +
6. SteroidTriterpenoid
+ Keterangan:
+ = mengandung golongan senyawa -
= tidak mengandung golongan senyawa
4.4 Hasil Ekstraksi Simplisia Kulit Buah Pisang Raja
Hasil maserasi dari 1200 g simplisia kulit buah pisang raja dengan pelarut etanol 80 dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator diperoleh ekstrak
kental 75,79 g rendemen 6,31.
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Pisang Raja terhadap Bakteri
Propionibacterium acne dan
Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Agar
Hasil pengukuran diameter daerah hambatan ekstrak kulit buah pisang raja terhadap pertumbuhan bakteri dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
36
Tabel 4.3 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah pisang raja terhadap
bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis Konsentrasi ekstrak
mgml Diameter daerah hambatan mm
Propionibacterium acne Staphylococcus
500 18,26
18,36 400
17,7 17,26
300 16,03
16,10 200
14,83 15,30
100 12,16
14,13 75
11,51 13,10
50 10,33
11,70 25
9,25 10,73
Blanko -
- Keterangan: = hasil rata-rata tiga kali pengukuran
- = tidak ada hambatan
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah pisang raja dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan
Staphylococcus epidermidis. Metode yang digunakan pada pengujian ini adalah metode difusi agar menggunakan pencadang kertas dengan mengukur diameter
zona hambat pertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan adanya zona jernih pada media pertumbuhan bakteri, dimana diameter zona hambat akan meningkat
dengan adanya peningkatan konsentrasi ekstrak, sehingga antara peningkatan konsentrasi ekstrak dengan peningkatan diameter zona hambat pertumbuhan
bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis memiliki korelasi positif. Data yang diperoleh dari pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
kulit buah pisang raja didapat kesimpulan bahwa ekstrak kulit buah pisang raja efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan
Staphylococcus epidermidis, sedangkan pada blanko tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri.
37 Aktivitas antibakteri yang terjadi dapat disebabkan karena adanya
kandungan senyawa kimia golongan flavonoid dan tanin Cowan, 1999. Flavonoid dan tanin merupakan senyawa golongan fenol. Senyawa golongan fenol
diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisidal namun tidak bersifat sporisidal Pratiwi, 2008.
Senyawa golongan fenol dan derivatnya merupakan salah satu antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma bakteri. Pada
konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan
pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel Volk dan Wheeler, 1993.
Mekanisme kerja flavonoid adalah dengan membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler, sehingga terjadi koagulasi protein yang dapat
mengganggu ptertumbuhan sel bakteri. Sedangkan mekanisme kerja tanin adalah dengan menciutkan dan mengendapkan protein sel yang dapat mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri, akibatnya sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Sirait, 2007.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa ekstrak kulit buah pisang raja memberikan batas daerah yang efektif pada konsentrasi 200 mgml terhadap
bakteri Propionibacterium acne dengan diameter 14,83 mm dan pada konsentrasi 100 mgml terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan diameter 14,13
mm. Batas daerah hambat dinilai efektif apabila memiliki diameter hambat lebih kurang 14 mm sampai 16 mm Ditjen POM, 1995.
38
4.6 Hasil Evaluasi Formula 4.6.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan