Kecerdasan Interpersonal Kajian tentang Kecerdasan Interpersonal
16 keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan
mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau saling menguntungkan. Dua tokoh dari psikologi intelegensi
yang secara tegas mengeaskan adanya sebuah kecerdasan interpersonal ini adalah Thorndike Azwar, 1997; Safaria, 2005 dengan menyebutnya sebagai kecerdasan
sosial dan Howard Gardner Safaria: 2005 menyebutnya sebagai kecerdasan interpersonal. Baik kata sosial ataupun interpersonal hanya istilah penyebutannya
saja, namun kedua kata tersebut menjelaskan hal yang sama yaitu kemampuan untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan suatu hubungan
antarpribadi sosial yang sehat dan saling menguntungkan. Menurut teorinya, kecerdasan sosial ini mempunyai dimensi utama yaitu
a social sensitivity, b social insight, c social communication Anderson, 1999; Safaria, 2005. Ketiganya ini merupakan satu kesatuan utuh dan saling mengisi
satu sama lain. Kecerdasan initerpersonal ini merupakan kecerdasan yang lebih bersifat crystallized menurut konsep yang dikemukakan oleh Cattel Azwar, 1973:
Safaria, 2005. Intelegensi crystallized dapat dipandang sebagai endapan pengalaman yang terjadi sewaktu inteligensi fluid bercampur dengan apa yang
disebut inteligensi budaya. Inteligensi crystallized akan meningkat kadarnya dalam diri seseorang seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh individu. Inteligensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15 tahun, sedangkan
inteligensi crystallized masih dapat terus berkembang sampai usia 30-40 tahun, bahkan lebih. Maka jelas bahwa kecerdasan interpersonal ini bersifat bisa berubah
17 dan dapat ditingkatkan karena merupakan sebuah proses belajar dari pengalaman
anak sehari-hari, bukan merupakan faktor hereditas. Semua anak bisa memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi.
Berikut ini tiga dimensi kecerdasan interpersonal : 1.
Social sensitivity atau sensitivitas sosial, yaitu kemampuan anak untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang
ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal. Anak yang memiliki sensitivitas sosial yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya
reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif atau pun negatif.
2. Social insight, yaitu kemampuan anak untuk memahami dan mencari
pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi
sosial yang telah dibangun anak. Tentu saja pemecahan masalah yang ditawarkan adalah pendekatan menang-menang atau win-win solution. Di
dalamnya terdapat juga kemampuan anak dalam memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi
tersebut. Fondasi dasar dari insight ini adalah berkembangnya kesadaran diri anak secara baik. Kesadaran diri yang berkembang ini akan membuat anak
mampu memahami keadaan dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti menyadari emosi-emosinya yang sedang muncul internal atau
menyadari penampilan cara berpakaiannya sendiri, cara berbicaranya dan intonasi suaranya eksternal.
18 3.
Social communication atau penguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi
dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial, maka
seseorang membutuhkan sarannya. Tentu saja sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup baik komunikasi verbal, nonverbal
maupun komunikasi melalui penampilan fisik. Keterampilan komunikasi efektif, keterampilan berbicara efektif, keterampilan public speaking dan
keterampilan menulis secara efektif Anderson: 1999; Safaria, 2005: 24-25. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
berinteraksi dan memahami orang lain serta lingkungan sekitarnya baik secara verbal maupun nonverbal. Interaksi yang dilakukan seperti kemampuan
berkomunikasi, memahami dan memberikan respon. Berdasarkan kajian teori di atas dapat, indikator dalam penelitian ini
meliputi : a.
Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan adaptif b.
Kemampuan bertindak asertif c.
Kemampuan berempati d.
Kemampuan bersikap santun kepada teman sebaya e.
Bekerjasama dengan teman sebaya f.
Kemampuan berinisiatif
19