36 ditetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga organisasi bergerak
sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh. b. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan antara
lain karena adanya pendelegasian wewenang, interaksi yang didasarkan pada sikap dewasa baik secara teknikal maupun intelektual,
saling menghargai dan adanya kesempatan bagi bawahan untuk berpikir dan bertindak secara inovatif.
c. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat karena melibatkan para pegawai yang bertanggungjawab
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan operasional dan tidak sekedar diperintahkan oleh para manajer.
d. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi.
e. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang partisipatif.
f. Memperlancarar jalannya komunikasi yang efektif yang pada gilirannya memperlancar proses perumusan kebijaksanaan organisasi
dan operasionalisasinya. g. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalah
tumbuh suburnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan di kalangan para anggota organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan dan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahun, keterampilan, dan kepribadian peserta
37 pelatihan, guna meningkatkan produktifitas mereka di dalam kegiatan
institusi terkait.
3. Jenis-jenis dan Model Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Dale Yorder dalam buku Mustofa Kamil 2010: 14 mengemukakan jenis-jenis pelatihan itu dengan memandangnya dari lima
sudut, yaitu: a. Siapa yang dilatih who gets trained, artinya pelatihan itu diberikan
kepada siapa. Dari sudut ini maka pelatihan dapat diberikan kepada calon pegawai, pegawai baru, pegawai lama, pengawas, manajer, staf
ahli, remaja, orang lanjut usia, dan anggota masyarakat umumnya. b. Bagaimana ia dilatih how he gets trained, artinya dengan metode apa
ia dilatih. Dari sudut ini pelatihan dapat dilaksanakan dengan metode pemagangan, permainan peran, permainan bisnis, pelatihan
sensitivitas, instruksi kerja, dan sebagainya. c. Di mana ia dilatih where he gets trained, artinya di mana pelatihan
mengambil tempat. Dari sudut ini pelatihan dapat diselenggarakan di tempat kerja, di sekolah, di kampus, di tempat khusus, di tempat
kursus, atau di lapangan. d. Bilamana ia dilatih when he gets trained, artinya kapan pelatihan itu
diberikan. Dari sudut ini pelatihan dapat dilaksanakan sebelum seseorang mendapat pekerjaan, seteleah seseorang mendapat
pekerjaan, setelah ditempatkan, menjelang pensiun, dan sebagainya.
38 e. Apa yang dibelajarkan kepadanya what he is taught, artinya materi
pelatihan apa yang diberikan. Dari sudut ini pelatihan dapat berupa pelatihan kerja atau keterampilan, pelatihan kepemimpinan, pelatihan
keamanan, pelatihan hubungan manusia, pelatihan kesehatan kerja, pelatihan penanggulangan bencana, pelatihan penumpasan teroris, dan
sebagainya. Sementara itu J.C. Denyer 1973 dalam buku Mustofa Kamil 2010:
15 yang melihat dari sudut siapa yang dilatih dalam konteks suatu organisasi, membedakan pelatihan atas empat macam, yaitu:
a. Pelatihan induksi induction training, yaitu pelatihan perkenalan yang biasanya diberikan kepada pegawai baru dengan tidak memandang
tingkatannya. Pelatihan induksi dapat diberikan kepada calon pegawai lulusan SD, SMP, SMA, SMK, Kesetaraan, dan lulusan perguruan
tinggi. b. Pelatihan kerja job training, yaitu pelatihan yang diberikan kepada
semua pegawai dengan maksud untuk memberikan petunjuk khusus guna melaksanakan tugas-tugas tertentu.
c. Pelatihan supervisor supervisory training, yaitu pelatihan yang diberikan kepada supervisor atau pimpinan tingkat bawah.
d. Pelatihan manajemen management training, yaitu pelatihan yang diberikan kepada manajemen atau untuk pemegang jabatan
manajemen.
39 e. Pengembangan eksekutif executive development, yaitu pelatihan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pejabat-pejabat pimpinan.
Menurut Oemar Hamalik 2007: 20 model pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan pelatihan yang didalamnya terdapat program pelatihan
dan tata cara palaksanaannya. Tiap model memiliki tujuan dan prosedur penyelenggaraan yang berbeda-beda. Model-model pelatihan tersebut
adalah sebagai berikut: a. Public Vocational Training Refreshing Course
Tujuannya adalah memberikan latihan kepada calon tenaga kerja. Pelatihan dikaitkan dengan kebutuhan organisasi, dan diselenggarakan
di luar organisasi atau perusahaan. b. Apprentice Training
Latihan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan arus pegawai baru yang tetap dan serba bisa. Prosedur latihan dalam kelas. Praktik kerja
lapangan berlangsung dalam jangka waktu lama, dengan pengawasan terus-menerus.
c. Vestibule Training Off the Job Training Latihan diselenggarakan dalam suatu ruangan khusus yang berada di
luar tempat kerja biasa, yang meniru kondisi-kondisi kerja sesungguhnya. Tujuannya untuk melatih tenaga kerja secara tepat,
misalnya karena perluasan pekerjaan. Materi latihan dititikberatkan pada metode kerja teknik produksi dan kebiasaan kerja.
40 d. On the job training Latihan sambil kerja
Tujuannya untuk memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi pekerjaan
tersebut, dan sebagai alat untuk kenaikan jabatan. Kegiatannya terdiri dari membaca materi, praktek rotasi, kursus khusus, penugsasan, dan
lain-lain. Diperlukan pelatih yang cakap untuk memberikan instruksi, menggunakan situasi pekerjaan sebagai tempat memberikan pelajaran.
e. Pre employment training pelatihan sebelum penempatan Bertujuan mempersiapkan tenaga kerja sebelum ditempatkan atau
ditugaskan pada suatu organisasi untuk memberikan latar belakang intelektual, mengembangkan seni berpikir dan menggunakan akal.
Materi lebih luas dan bersifat teoritik. Pelatihan diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luar organisasi perusahaan.
f. Induction training latihan penempatan Bertujuan untuk melengkapi tenaga baru dengan keterangan-
keterangan yang diperlukan agar memiliki pengetahuan, tentang praktek dan prosedur yang berlaku di lingkungan orgaanisasi atau
lembaga tersebut, seperti: kebijakan, peraturan, kesejahteraan sosial, dan hal-hal yang diharapkan oleh atasan dan rekan sekerja.
g. Supervisory training latihan pengawas Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sebagai pengawas.
Kepada peserta diberikan informasi tentang teori dan penerapan praktis mengenai teknik-teknik pengawasan, serta latihan tenaga kerja lainnya.