Bentuk Penyiksaan yang terjadi di dalam keluarga

diperbuat oleh keluarga tirinya tidak mengurungkan niatnya yang sudah bulat untuk dapat bertemu dan membantu ibunya memenuhi kebutuhan untuk melanjutkan hidup. Karena jika dia tidak membantu ibunya siapa lagi yang bisa Tokiko harapkan untuk meringankan beban atau penderitaan yang dirasakan ibunya, ayahnya saja tidak perduli dengan kondisi yang menimpa ibu kandungnya. Untuk meringankan beban ibunya dia rela kerja sambilan diberbagai tempat dengan pekerjaan yang berbeda pula. Namun hal ini dilakukan secara diam-diam agar tidak diketahui ibu dan saudara tiri, karena jika hal ini sampai diketahui mereka akan menimbulkan masalah besar, Tokiko tidak akan lagi dapat membantu ibunya mereka akan melarang keras Tokiko bekerja. Karena ibu dan saudara tirinya tidak senang melihat dia dan ibunya hidup tenang dan bahagia, sehingga Tokiko harus melakukan kerja sambilannya dengan diam-diam.

3.2.2 Bentuk Penyiksaan yang terjadi di dalam keluarga

Cuplikan 1. Hari-hari saya bersama keluarga Umezawa, bertahun-tahun yang lalu, amatlah sulit. Masako, ibu tiri saya, dan putri-putrinya dan sudara sepupunya yang sangat kejam kepada saya. Meskipun saya telah membunuh gadis-gadis itu dan menjebak Masako, saya tidak pernah menyesali perbuatan saya. Universitas Sumatera Utara Analisis: Dari cuplikan di atas menunjukkan indeksikal bahwa apa yan telah dialaminya dan penderitaan ibu kandungnya, pada akhirnya berubah menjadi amukan kejam yang melibas seluruh anggota keluarganya sendiri, walaupun ada atau tidaknya ikatan darah itu. Hal ini ditunjukkannya dengan membalas dendam kepada ibu dan saudara tirinya yang telah memperlakukanya dengan buruk, yaitu dengan membunuh mereka dan membuat ibu tirinya sendiri menjadi tersangka utama atas terbunuhnya anaknya sendiri. Pada kenyataannya setelah Tokiko membunuh mereka dia tidak merasakan perasaan bersalah atas apa yang telah diperbuatnya. dikarenakan dia telah menjalani hidup yang sulit karena perlakuan yang kejam yang diterimanya dari ibu dan saudara tirinya. Selain itu dengan terjadinya pembunuhan ini menunjukkan bahwa niat dan tekatnya yang bulat untuk membalaskan dendamnya sungguh kuat sampai rasa bersalah atau penyelesalan itu mati bisa dikatakan mati rasa. Hal ini dikarenakan beban berat yang telah dilaluinya semasa hidup dengan keluarga seperti itu. Wajar saja sampai dia merasakan yang seperti itu. Menurut saya, Tokiko melakukan kejahatan itu didorong rasa cinta dan simpatinya terhadap Tae, seorang ibu yang telah begitu banyak hidup dalam penderitaan. Cuplikan 2. Kalau Masako tidak menyukai saya, mengapa dia menahan saya di rumahnya? Mungkin dia takut di cap buruk oleh para tetangga, atau mungkin dia senang memanfaatkan saya sebagai pelayannya. Seluruh pekerjaan rumah tangga menjadi tugas saya sejak masih kecil. Suatu hari saya bertanya apakah saya bisa pergi dan tinggal dengan ibu saya, tetapi Masako tidak mengizinkan. Baik Universitas Sumatera Utara tetangga maupun teman sekolah tidak ada yang tau apa yang tarjadi di dalam rumah tangga Umezawa; mereka menyembunyikan kenyataan dengan begitu rapi. Analisis: Cuplikan di atas indeksikal yang menunjukkan bahwa Masako mempertahankan Tokiko tinggal di rumah itu hanya untuk bisa dikatakan sebagai pembantu yang mengurusi kehidupan orang-orang yang ada di dalamnya, pembantu yang didapat dengan cuma-cuma tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun,dan seorang pesuruh yang dengan bebas diperlakukan sesuka hati mereka tanpa adanya perasaan ibah atau bersalah kepada Tokiko. Makanya Masako tetap mempertahankan Tokiko tinggal bersama mereka dengan berbagai keuntungan yang didapatnya. Dan juga dia tidak mau di cap buruk oleh para tetangga karena membiarkan atau mengizikan Tokiko tinggal dengan ibu kandungnya yang hidup dalam kesusahan. Bisa-bisa tetangganya menganggap Masako tidak memenuhi tanggung jawabnya atau melepas kewajibannya dalam membesarka Tokiko. Bahkan setelah apa yang telah dialami Tokiko para tetangganya tidak ada yang tau masalah dalam kehidupan rumah tangga mereka, begitu juga dengan teman-teman disekolahnya karena mereka sangat pandai menutupi kalau mereka memperlakukan Tokiko dengan buruk. Cuplikan 3. Ibu saya selalu terlihat begituh sedih dan kesepian. Setiap kali saya melihatnya, sedang duduk di posisi yang sama di tempat yang sama. Kesadaran bahwa hidupnya tidak akan pernah berubah begitu menyakitkan bagi saya. Sedangkan wanita-wanita Umezawa menikmati hidup bergelimang kemewahan. Universitas Sumatera Utara Setiap kali mendengar mereka mengobrol, tertawa, atau bermain musik, kemarahan dan kebencian saya kepada mereka semakin menumpuk. Saya bisa merasakan darah saya mendidih; hati saya dipenuhi dendam. Analisis: Cuplikan di atas menunjukkan indeksikal bahwa Tokiko telah merasakan penyiksaan melalui perasaannya, yaitu hanya dengan melihat ibunya hidup dengan penuh kepedihan membuat dirinya semakin marah dan benci terhadap keluarga barunya yang hidup bahagia dengan bergelimang kemewahan yang diperoleh dari harta sang ayah kandungnya. Apalagi saat ia menyadari bahwa hidup ibunya tidak akan pernah berubah ke arah yang lebih baik selama ibu dan saudara tirinya ada. Sampai-sampai kemarahannya mencuat ketika hanya dengan melihat mereka tertawa dan mengobrol saja membuat dendamnya semakin membara dalam dirinya. Kemarahan, kebencian yang telah tertanam dalam dirinya memupuk sikap dan kepribadiaanya menjadi seorang yang pendendam. Oleh karena itu dengan tekat yang penuh kebenciaan dia ingin menghancurkan keluarga barunya sehingga membuat Tokiko ingin membalas dendam kepada meraka semua. Dan membuat hidup ibunya menjadi lebih bermakna dan berarti dalam menjalani kehidupan ini. Cuplikan 4. Suatu hari Kazue saudara tertua berkunjung kerumah. Dia adalah ratu protes: dia akan menunjuk sesuatu yang tidak disukai dan mengomel tentang hal itu seharian. Pada suatu kesempatan dia mengeluh tentang kursi yang didudukinya tidak seimbang. Lalu Masako berkata, “ Nih, taruh kain rombeng ini di bawah Universitas Sumatera Utara kaki kursi supaya seimbang”. Yang di lemparnya adalah pundi-pundi ibu saya yang merupakan bagian dari koleksinya. Analisis: Dari cuplikan di atas mengambarkan bahwa salah satu dari saudara tirinya mempunyai sifat bagaikan seorang ratu yang dapat berbuat sesuka hatinya terhadap hal-hal yang disukai dan dibenci, yang perintahnya harus dipenuhi. Kalau hal itu yang dibenci dia akan mengomelinya sepanjang hari tidak cukup memberi peringatan satu atau dua kali saja. Bahkan Kazue menjadikan benda peninggalan ibu Tokiko yang merupakan barang berharga menjadi pengganjal kursi yang didudukinya supaya seimbang. Jelas saja hal ini memancing kemarahan dalam diri Tokiko yang membuat menjadi marah besar dan kesabarannya yang ditahannya telah habis. Bagi seorang anak tidak apa-apa atau dia masih bisa menerima jika diperlakukan kasar, namun kenyataan itu otomatis akan berbeda ketika menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ibu kandungnya. Sejak kejadian itu Tokiko mulai mencurahkan aksi balas dendamnya secara perlahan, yaitu dengan mulai menciptakan cerita rekayasa tentang seorang wanita sempurna yang bernama Azot yang terbuat daroi potongan tubuh manusia. Dan nantinya setelah para saudaranya dibunuh akan diambil dari setiap orang anggota tubuh yang berbeda-beda itulah rencananya untuk menuntaskan balas dendamnya. Universitas Sumatera Utara

3.2.3 Interaksi yang terjadi antara Tokiko, ibu kandungya, serta ayahnya di dalam keluarga.