1. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi penciptaan
sebuah karya sastra 2. Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca
maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya. Keadaan psikologis pengarang pasti akan memberi warna yang berbeda dari sebuah karya
sastra. Keadaan psikologis pengarang mempengaruhi pemilihan tema, bahasa dan alur cerita karya sastra. Hasil karya sastrawan muda pastilah
berbeda dengan hasil karya sastrawan senior. 3. Keadaan lingkungan pengarang, baik sosial, ekonomi dan politik.
4. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama dan lain- lain. Latar belakang keagamaan pengarang juga sangat berpengaruh pada
penciptaan karyasastra. Singkatnya unsur ekstrinsik meliputi latar belakang pengarang, adat
istiadat yang berlaku, sistuasi politik, kenyakinan dan pandangan hidup pengarang, agama,ekonomi dan sebagainya.
2.2. Kajian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosiosociusYunani yang berarti masyarakat, logilogos yang
berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan evolusi masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan
hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, empiris. Sedangkan sastra dari akar kata Sansekerta berarti mengarah, mengajar,
Universitas Sumatera Utara
memberi petunjuk, dan intruksi. Akhiran tra berarti alat,`sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku pelajaran yang baik. Maka sastra
bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan , artinya kumpulan hasil karya sastra yang baik Ratna, 2003:1
Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan. Karya sastra menerima
pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang
sistematis tentang kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat.
Hubungan antara sastra dengan sosiologi menurut Endraswara 2008:79 bahwa antara sosiologi dan sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah
manusia karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada pengarang. Abrams dalam Nurgiantoro 2007 :178 mengatakan
sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang pengarang dipengaruhi oleh
status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. Kesemuanya
itu terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra, salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah menyangkut perwatakan tokoh-
tokohnya. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan di mana ia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau
Universitas Sumatera Utara
tokohnya. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan mengungkapkan isi sebuah karya sastra.
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh
masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki
keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatny dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan
masyarakat dalam berbagai dimensinya. Hal terpenting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin mirror.
Dalam kaitan ini , sastra dianggap sebagai mimesis tiruan masyarakat. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan.
Dari sini tentun sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan sekedar copy kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan.
Ada beberapa alasan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat, menurut Ratna 2004:332-333 yakni:
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang
cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan
yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui
kompetansi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang
lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etik, bahkan logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra dalah hakikat intersubjektivitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.
Sebagai multidisiplin, maka ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi. Dengan perkembangan bahwa karya sastra juga
memasukkan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka ilmu-ilmu yang juga terlibat adalah aspek sejarah, filsafah, agama, ekonomi, dan politik.
Menurut Endraswara 2008:80 Pendekatan sosiologi sastra Sosiologi sastra dapat meneliti sastra sekurang-kurang melalui tiga pandangan yaitu 1
Pandangan terhadap teks sastra, artinya peneliti menganalisis sebagai sebuah refleksi dari kehidupan masyarakat dan sebaliknya, 2 Pandangan terhadap
biografis, yaitu peneliti menganalis pengarang dalam hal ini berhubungan dengan life historis seorang pengarang dan latar belakang sosialnya. Terkadang analisis
ini terbentur pada kendala jika pengarang telah meninggal dunia, sehingga tidak bisa ditanyai. Karena itu, teori ini diperuntukkan bagi pengarang yang masih
hidup dan mudah terjangkau, 3 Pandangan reseptif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.
Universitas Sumatera Utara
Manusia diciptakan berbeda dengan manusia lainnya. Namun walaupun perbedaan itu ada, tapi tetap saja ada suatu ikatan yang terjalin yaitu hubungan
untuk saling melengkapi satu sama lain yang ada dalam setiap diri manusia, seperti hubungan sosial. Dan terkadang di dalam suatu hubungan ada saja
masalah-masalah yang muncul yang sering kali disebabkan karena perkara kecil yang menjadi masalah besar, Seperti halnya masalah yang ada dalam lingkungan
keluarga maupun masalah yang ada dalam suatu organisasi sosial. Oleh karena itu, timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia
dalam kelompok tersebut Soekanto, 2007:22. Dengan adanya peraturan yang menginkat hubungan yang terjalin pun terkadang berjalan dengan baik, terkadang
tidak baik namun hanya bagi sebagian orang saja. Dengan dengan mempertimbangkan bahwa sosiologi sastra adalah karya
sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan menurut Ratna 2004:339-340 meliputi tiga macam, yaitu:
1. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya
sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut sebagai aspek intrinsik, model
hubungan yang terjadi disebut refleksi. 2.
Sama dengan yang di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur, bukan aspek-aspek tertentu, dengan model yang hubungan
yang bersifat dialektika. 3.
Menganalisis karya sastra dengan tujuan memperoleh informasi tertentu, dilakukan dengan disiplin tertentu. Model analisis inilah yang pada
umumnya menghasilkan karya sastra sebagai gejala kedua.
Universitas Sumatera Utara
Didalam menganalisis
dengan menggunakan
sosiologi sastra,
masyarakatlah yang lebih berperan. Masyarakatlah yang mengkondisikan karya sastra, bukan sebaliknya. Oleh karena itu berdasarkan metode penelitian sastra
inilah penulis burusaha menjadikan pedoman untuk dapat menganalisis pembahasan pada bab III yang mana di dalamnya mencakup tentang bagaiman
hubungan interaksi sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Sehingga apa yang diharapkan penulis dalam keingintahuan tentang masalah diatas dapat
terjawab melalui penelitian ini.
2.3 Setting Novel Tokyo Zodiac Murder