5. Orientasi penetapan waktu pengamatan eritema
Lima daerah kulit punggung kelinci yang sudah disiapkan seperti sebelumnya diradiasi dengan UV A selama 10 jam. Selanjutnya kelima daerah
tersebut di amati pada jam ke-0, 12, 24, 36, dan 48. Waktu pengamatan eritema ditetapkan pada saat eritema maksimal terbentuk.
6. Orientasi penetapan waktu pemberian kontrol positif
Sebanyak sembilan daerah kulit uji 4 cm
2
dibagi menjadi 3 kelompok. Tiap kelompok diolesi tipis-tipis krim hidrokortison asetat Bufacort® dengan
variasi waktu pemberian 15, 30, dan 60 menit sebelum diradiasi dengan UV A selama 10 jam. Selanjutnya eritema diamati pada jam ke-24. Dosis pemberian
kontrol positif yang dipilih adalah pemberian yang lebih efektif dalam menghambat terbentuknya eritema.
7. Orientasi penetapan lama masa pemberian ampas wortel
Delapan belas daerah kulit punggung kelinci dibagi dalam 6 kelompok. Tiap kelompok diberikan ampas wortel dengan cara ditempelkan menggunakan
plester dan kain kasa selama 4 jam. Lama masa pemberian yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 hari. Selanjutnya untuk setiap kelompok diradiasi UV A selama 10
jam dan diamati eritemanya pada jam ke-24.
8. Pengujian efek anti inflamasi
Empat puluh daerah uji kulit punggung kelinci yang sudah di adaptasikan, di bagi menjadi 8 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri dari 5 daerah uji.
Kelompok I : Kontrol negatif, diradiasi lampu UV A,
λ 352 selama 10 jam Kelompok II
: Kontrol positif, diberi krim hidrokortison asetat Bufacort® dan kemudian diradiasi lampu UV A ,
λ 352 selama 10 jam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelompok III – VIII : Kelompok perlakuan, diberi 2 gram ampas wortel ditempel selama 4 jam dengan lama masa pemberian 1 – 6 hari dan kemudian di radiasi lampu
UV A, λ 352.
Masing–masing kelompok diberi perlakuan, yang pertama membuat daerah uji dengan mencukur bulu pada daerah punggung kelinci seluas 4 cm
2
menggunakan pisau cukur dan telah diadaptasikan. Bersihkan daerah dengan alkohol 75 sebelum
perlakuan. Selanjutnya tiap daerah yang sudah dibersihkan, untuk kelompok I tidak diberikan apa–apa sedangkan untuk kelompok II diberikan krim hidrokortison asetat
sebagai kontrol positif. Sedangkan untuk kelompok IV – VIII diberikan ampas wortel selama 4 jam dengan lama masa pemberian 1 – 6 hari. Setelah itu semua
kelompok diradiasi dengan lampu UV A, λ 352 selama 10 jam dan eritema yang
muncul diamati pada jam ke-24. 9.
Analisis data
Data mean skor eritema yang diperoleh dari kelompok perlakuan ampas wortel dibandingkan dengan kontrolnya diuji dengan statistik non parametrik
Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Untuk mengetaui perbedaan yang bermakna antar kelompok dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U.
10. Pembuatan preparat histologi kulit
Pertama pada daerah kulit yang diuji dipotong ± 2 cm
2
, kemudian difiksasi dalam formalin 4. Preparat dimasukkan kedalam larutan etanol secara bertingkat
berturut–turut etanol 50 selama 30 menit, etanol 90 selama 30 menit, etanol mutlak selama 30 menit, masing–masing 2 kali perlakuan. Preparat kemudian
direndam dalam xilol-parafin, dimasukkan ke dalam oven selama satu jam dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suhu 60 °C. Setelah itu dipindahkan ke dalam parafin cair selama satu setengah jam
dalam blok preparat. Setelah dicetak, preparat dipotong setebal 6 mikron dengan mikrotom. Pita irisan ditempelkan pada gelas benda dengan perekat gliserin
albumin. Kemudian dimasukkan kedalam larutan etanol secara bergantian, berturut – turut etanol 96, 90, 70, dan 50, masing – masing selama 5 – 10 menit, cuci
dengan air, kemudian baru dimasukkan ke dalam larutan hematoksilin-eosin HE dalam alkohol selama 12 menit. Akhirnya preparat dikeringkan dalam suhu kamar
dan ditutup dengan kanada balsam serta obyek gelas. Proses pembuatan preparat histologi dilakukan di Laboratoriun Anatomi dan Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada.
11. Pemeriksaan histopatologi